Kelam

198 2 0
                                    

Seonggok lelaki berkaus hitam memandang titik kosong nan kelam. Teringat masa lalu yang membuatnya terus mencari orang selama ini mengisi hatinya.

Perempuan itu bernama Shella. Dia yang mampu membuat lelaki di bangku SMA tersebut jatuh hati sangat dalam.

Flashback on

"Eh, murid baru!"
"Berdiri ngapa, bukan duduk-duduk aja!" sentak Shella.

Lelaki itu menatap perempuan di depannya, sambil membantin, "Terimakasih ya Allah atas nikmat yang kau berikan."
Tiba-tiba sosok semanis itu hilang dari hadapannya.

"Aduh, ngapain gue ngelamun, ya?" tutur Aftan.

Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan tidur di lantai pada bagian pojok kelas untuk bersembunyi dari kakak-kakak kelas yang membosankan.

Teeettt ... Teeettt ....

Suara itu membangunkan Aftan dari tidur panjangnya. Hari pertama dalam kegiatan belajar mengajar telah selesai dilakukan dengan lancar.

Aftan pun keluar kelas dan langsung menuju parkiran. Baru saja berdiri di samping motor, ia melihat perempuan yang dikenalnya.

"Eh, lo!" Namun sayang, panggilan cukup keras itu diabaikan.

Perempuan berparas imut yang selalu melekat di kepala Aftan benar-benar tidak peduli. Tahu dia bernapas saja rupanya tidak.

Motor yang tidak tergolong dalam kategori mahal telah setia menemani Aftan, bersama rasa yang terpendam menolak untuk padam.

Perempuan bersurai karamel itu berjalan anggun di trotoar. Setahu Aftan, rumahnya memang dekat dengan sekolah. Sepertinya ia harus melangkah lebih maju, memberanikan diri lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali.

"Shella!"

Berhasil, saat Aftan menyejajarkan dan memperlambat laju motornya, dia yang bernama Shella menoleh. Mata indah tersebut menyambut senyuman tipis dari Aftan.

"Ya?"

"Gak papa, manggil aja."

Shella mendengus kesal. "Baru jadi adik kelas udah songong lo!" ketusnya sembari menggetok helm Aftan.

"Gak ngaca?"

Hanya desisan dari perempuan itu yang bisa Aftan saksikan sebelum kembali melaju.

Tanpa tahu, bahwa itu bukanlah awal dari langkahnya.

Flashback off

Tragis, dia yang bernama Aftan tersebut hanya mampu merasakan berjuang sendirian. Tanpa tahu kata akhir akan berpihak, hingga melenyapkan sekuntum serbuk cinta yang telah ia tanam untuk menaburkan benih pada sang mahkota. Mahkota yang entah kini berada di mana.

Selama satu tahun menjalani hidup sebagai mahasiswa, dia benar-benar kehilangan jejak Shella. Bukan penguntit yang handal memang, kakak kelas famous anggota OSIS itu berhasil mengunci asa seorang Aftan. Begitu berusaha hingga detik ini ia merasa semua sia-sia.

Menyedihkan.

Sebuah skenario dari Tuhan memang tak bisa ditebak, rangkaian alur saja tidak nampak, manusia hanya bisa memilih akan ke mana ia menyeret langkah.

Seperti apa yang Aftan rasakan sekarang. Langkahnya berhenti mendadak, membeku laksana tak bernyawa. Netra cokelat itu tertuju di satu titik. Dari kejauhan, ia menemukan orang yang dicari selama ini.

Tuhan Maha Baik.

Apalagi yang ia tunggu? Lelaki beralmamater biru tersebut langsung tancap gas, berlari menghampiri perempuan berambut sebahu yang tengah duduk di halte.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Book 6] kepergian-Mu✔ [on Going ]    Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang