Jejak Ombak

107 1 0
                                    

Kepergian mu mulai terasa
Jejak mu menghilang
Bagai debu yang Berterbangan

Kesepian mungkinkah?
Merindukanmu!
Entah lah

Tak terasa sudah lama kau pergi
Mungkin kah kita bersama lagi!
Mengenang masa masa itu lagi..

Ombak mulai mendekati keberadaannya
Dan kamu menjauh mendekatinya

Ada kalanya kita sendiri dan
Ada kalanya kita bersama lagi.

Aku menikmati indahnya hidup sendiri
Kala tak bertemu dengan mu...

-Gladis-

⚘⚘⚘

...Selamat membaca ya..

Di usianya yang telah menginjak 21 tahun, gadis ceria penyuka hujan itu masih bergelut dalam dunia perkuliahan.

Gladis Aurora namanya. Mungkin, zaman sekarang sulit mencari orang yang bisa dipercaya dan hanya Ranialah yang setia berada disisinya. Mereka sudah bersahabat sejak pertama masuk kuliah.

Bersama tudung merah yang menutup sempurna auratnya, Gladis kembali menengadahkan tangan. Menebar senyum manis tatkala musim hujan telah datang. Tiap rintik rinai menyapa bumi, mampu mengikis kenangan masa lalunya.

Menetap lurus menikmati aroma petrichor yang menemani. Gladis berusaha mandiri sebab ia memang sedang jauh dari orang tuanya, disini. Hal itu bermula.

"Mau sampai kapan sih, Ra ngelihatin hujan sampai segitunya? Ngapain coba megang bunga mawar yang udah layu gitu?" Suara itu berhasil membuyarkan lamungan Gladis.

Ternyata Rania sudah datang disertai seringai jahilnya. Gladis mendecak, perempuan yang lebih tua darinya itu memang menyebalkan.

Flashback on

"Hujan!" Seruan bahagia dari celah bibir manisnya.

Sebegitu jatuh cinta pada turunnya air langit sampai ia tak sadar ada sepasang mata elang mengamatinya dari kejauhan, kemudian berjalan mendekatinya.

Gladis menyadari kehadiran si surai hitam tersebut. Sempat terpana pada netranya. "Jangan hujan-hujanan nanti sakit! Memang benar hujan itu rahmat yang membawa berkah, tapi gak harus mandi hujan segala, kan? Omel laki-laki itu yang disambut tawa seorang Gladis.

"Kalau gak sakit, nanti kakak gak kasih mawar merah lagi," kesal Gladis.

"Oh, begitu, ya, gadis nakal!" Laki-laki itu memukul kepala Gladis dengan pulpen ditangannya. "Sehat itu rezeki, tau. Oke, nanti setiap hujan turun kakak kasih setangkai mawar, mau? Dengan satu syarat, kamu gak boleh main hujan sampai basah kuyup kaya gini lagi."

"Mau Kak, janji!" Gladis antusias. "Saya Gladis Aurora berjanji, gak akan main hujan lagi, hehe."

"Dasar, kamu ini."

"Tapi, Kak, hujan itu bikin aku bahagia. Bersama hujan kita bisa tersenyum dan menangis diwaktu yang bersamaan."

"Arga Saputra Hanif  namanya, panggil saja Arga. Orang yang selalu memerhatikan Gladis bersama hujan dan ia berjanji tidak akan lupa memberika setangkai mawar merah kepada perempuan hujannya."

[Book 6] kepergian-Mu✔ [on Going ]    Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang