4

4 1 0
                                    

"Tentu kalian memiliki cita-cita. Nah, bapak ingin bertanya kepada kalian semua. Jawab dengan rasa bangga sebagai anak Sumatera! Kalian siap ?”

“ Siap Pak..” Serentak kami menyepakati.

Dari duapuluh lima murid yang ada dalam kelas ini, semua mendapat jatah untuk menjawab dan menyampaikan cita-citanya termasuk aku, Syahrizal, Syahrir, dan Arumnia. Pak Syafi bertanya secara acak dan semua menjawab dengan lantang dan rasa bangga .

“ Syahrir, mau jadi apa kamu ? Tanya Pak Syafi.

“ Siap, saya mau jadi PNS pak.”

“ Bagus, kamu Rizal ? Mau jadi apa ? “

“ Saya mau jadi Bupati yang tidak korupsi. “

“ Bagus, semangatmu besar anak muda. “

“ Arumnia, kamu mau jadi apa ? “ Lanjut ia bertanya.

"Saya mau menjadi guru seperti bapak yang mencintai muridnya, selain itu saya juga ingin membuka usaha rumah makan, selain untuk dijual juga untuk diberikan bagi masyarakat lain yang kekurangan. “ Sembari bertepuk tangan Pak Syafi mengatakan,

“ Bagus sekali ! mulai cita-cita mu itu.” Sontak teman-teman lainnya ikut bertepuk tangan terhadap cita-cita Arum, memang mulia.

“ Terakhir, Dahlan apa cita-ita mu ?

“ Menikah dengan Arumnia pak, “ sontak seluruh isi kelas tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku.

“ Ada-ada saja kamu ini, jawab dengan sungguh-sungguh Dahlan. “ Setelah selesai tertawa, ia tanyakan lagi cita-citaku kali ni memintaku untuk serius menjawab.

“ Saya ingin mengenal dunia pak, saya ingin menjadi orang kaya supaya bisa mengelilingi dunia. Inggirs, Prancis, Swiss, Belanda dan lainnya. “

“ Kamu hanya ingin mengenal dunia? Tidakkah kamu ingin dikenal dunia ?”

“ Dunia ini luas pak, bagaimana bisa aku dikenali oleh mereka? “

“ Seorang tokoh dunia pernah berkata : Membacalah! Dengan begitu kamu akan mengenal dunia dan jika kamu ingin dikenal dunia maka, Menulislah!.”

“ Sebelum melihat dunia seperti apa yang kamu inginkan, kenalilah dahulu duni dengan membaca Dahlan.” Lanjutnya menjelaskan. Kemudian Syahrir menanyakan kembali mengenali hal yang disampaikan Pak Syafi.

“ Lantas kenapa harus dengan menulis supaya dikenal dunia pak? Kenapa tidak menjadi artis saja? “

“ F. Hegel dalam pemakaman Karl Marx pernah berkata : Manusia dapat mati jasadnya, namun tidak dengan karya-karyanya. Karyanya akan tetap abadi.”

“ Menjadi artis bisa saja berkarya namun begitu mudah kita lupa. Namun dengan menulis, kita tidak hanya bekarya namun mampu memberikan manfaat terhadap sesama seperti tokoh-tokoh dunia lainnya.”

“ Untuk semua saja, jika berkeinginan seperti Dahlan, mulai dari sekarang perbanyak membaca dan menulislah kalian.” Imbuh Pak Syafi.

Anak-anak Pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang