Setelah peristiwa menohok itu, aku putuskan untuk berangkat ke Jawa minggu depan, persis sebelim pernikahan Arumnia. Aku ingin segera melupakannya saja.
Sore hari, selepas ibu pulang dari pasar. Aku sampaikan keinginanku untuk segera berangkat ke Jawa.
" Mak, minggu dapan aku berangkat berangkat ke Jawa."" Katamu sebulan lagi ? Kok berubah begitu." Jawabnya dan menghampiriku duduk bersama di kursi depan rumah."Sudahlah mak, aku tidak mau berlama-lama lagi di sini."" Aku tahu, karena Arum kan ? ""Sudahlah mak, aku tak ingin menginggatnya lagi. Salamkan ucapan selamatku kepadanya ketika pernikahannya ya."" Kau harus kuat menghadapinya, sabar dan ikhlas."" Jangan sebut namanya lagi, aku tak ingin menangisinya untuk yang kesekian kali."" Kata orang bijak, orang menangis bukan karena lemah. Tapi mereka terlalu lama harus berusaha terlihat kuat. "" Aku tahu kau begitu sayang padannya, sejak dulu aku sudah mampu membaca ketertarikanmu. Tai mulai sekarang, kau harus belajar melepaskan dirinya. "" Terima kasih mak. Aku kan berangkat bersama Rizal. Ia akan ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah Diplomanya."" Restuku selalu bersamamu nak,"
Hari demi hari berlalu dengan kehampaan, namun aku tidak boleh egois. Aku tidak boleh membiarkan sisa-sisa hariku penuh dengan rasa hampa, aku harus memanfaatkannya untuk ibu dan bermain bersama sahabat-sahabatku.
Hari terus berlalu hingga tiba aku dihari yang aku tunggu-tunggu. Langit Swarnabhumi cerah dihari keberangkatanku, aku membawa pakaian secukupnya
dan tentu tidak ketinggalan buku-bukuku ke dalam tas. Aku menginginkan untuk tidak ada tangisan di hari bahagia ini.
Ibu, paman,dan Siha mengantarkan aku dan Rizal ke jalan raya desa. Kami berangkat dengan menggunkan bus umum terlebih dulu menaiki angkutan umum untuk ke terminal.
" Terima kasih mak, doakan aku sukses di sana."" Doa restuku selalu menyertai kalian berdua."" Terima kasih amak" ujar Rizal sembari tersenyum." Paman, Siha, saya titip amak ya. Tolong jaga amak baik-baik."" Tenang saja, kau fokus belajar saja di sana tidak usah khawatir.Amakmu aman bersama kami. "" Terimakasih Paman, yasudah kalau begitu kami berangkat mak, Paman, Siha. Assalamualaikum "Kami bergegas menaiki angkutan umum untuk meninggalkan desa jenganti, selanjutnya Sumatera. Setelah semua yang terjadi, sakit itu pasti namun karenannya, aku dapat belajar betapa perih kehilangan dan belajar untuk sabar serta mengikhlaskan. Segara aku akan memulai hidup baru di Jawa, tunggu aku Surabaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak-anak Pelangi
Fantasy" Aku tidak bisa berjanji untuk tidak menyakiti, tapi aku berjanji akan selalu bertahan walau aku tersakiti" " Dengan situasi seperti itu, mempertahankannya seperti melukis untuk tuna netra. Secara teori indah, tapi itu benar-benar sia-sia." " Bebe...