Kehidupanku

1.2K 84 0
                                    

Ketika semua orang asik membicarakan tentang lifestyle dan menjadikannya nyata di tengah-tengah hidup mereka, aku hanya bisa mendengarkan dan ikut bercerita tanpa membuatnya nyata. Ketika orang-orang melangkah maju dan memberikan perubahan pada diri mereka, aku justru melangkah maju tanpa sedikitpun perubahan terbawa bersamaku.

Tak ada yang bisa dibilang istimewa dari perjalanan hidupku, semuanya berjalan biasa-biasa saja, itu sudah tertulis lama setelah alam dunia menyambutku tanpa ada apapun yang terjadi, hari-hari penting berjalannya usiaku juga sama saja, masa-masaku di tingkatan sekolah juga bukan hal yang special, jika anak-anak yang lain berbahagia akan kelulusan mereka, bagiku mendapat predikat siswi terbaik selama 12 tahun bukanlah sesuatu yang patut diacungi jempol, bagiku itu hanyalah sebuah predikat terbaik, terbaik di bidang kehadiran, aku memang tidak pernah bolos mata pelajaran, karena memang tidak ada alasan bagiku untuk tidak pergi ke sekolah.

Meskipun begitu, aku bukanlah orang yang bisa dibilang cerdas, bukan orang yang bisa dibilang pintar karena aku hanyalah orang biasa yang dilahirkan dari rahim seorang ibu yang biasa dan juga dari keluarga yang biasa-biasa saja.

Aku tinggal di sebuah rumah kecil bergaya Belanda, ini juga bisa dibilang biasa karena tetanggaku dan lebih dari 10 kepala rumah tangga di kawasan ini juga punya rumah yang hampir sama, ibuku bekerja disebuah butik di pinggir kota, dan ayahku adalah seorang guru sekolah menengah Negeri. Kami hidup bertiga dengan kesederhanaan dan jauh dari kata kehidupan kota yang penuh hura-hura.

Aku masih membaca buku lokal cerita zaman kerajaan ketika teman-teman sekampusku mulai mendiskusikan berlusin-lusin karya Shakespeare yang sudah mereka terjemahkan, menurut mereka karya-karya Shakespeare adalah karya-karya lama yang klasik dan kuno, tapi sesuatu yang mereka sebut klasik dan kuno itu adalah hal yang menurut mereka bisa dibilang keren. Tapi kuno seperti apa yang bisa dibilang keren? Apakah seperti kehidupanku yang kuno dan biasa-biasa saja bisa dibilang keren?

Hari ini biasa-biasa saja, semuanya mengalir seperti aliran sungai dari gunung menuju laut, tak ada cerita lain seperti semut hanyut bersama sebatang pohon menuju samudra dan berhari-hari terdampar di tengah lautan tanpa seorang teman, bertahan hidup dengan berpegang pada pohon itu setiap hari hingga badai membawanya terdampar kesebuah pulau yang jauh dari peradaban. Tak pernah ada cerita yang seperti itu dalam perjalananku, hingga rasanya aku yakin bahwa semuanya memang biasa-biasa saja.

Hari-hari pun cepat berlalu, seperti ingin segera meninggalkan abad yang merisaukan ini, masa-masaku di kampus juga sepertinya akan segera berakhir, tanpa ada sesuatu yang bisa diceritakan pada siapa yang ingin mendengarnya.

Rumah juga terlihat sepi, tidak ada kabar dari burung tentang akan diadakannya acara perayaan pelulusan wisudaku, aku rasa ini juga tidak bisa dibilang istimewa, karena kedua orang tuaku tidak pernah membuat perayaan-perayaan seperti itu, seperti perayaan ulang tahun dan sebagainya, alhasil.... aku sering lupa berapa usiaku sekarang, rasanya berhenti di usia 19 tahun ketika aku masih dengan bahagia menghitung usiaku dan melewati tahun-tahun dengan memberikan hadiah kecil untuk diriku sendiri. Ahhhhh tak ada apapun yang special.

"Selamat, karena kau bisa lulus tepat waktu, sekarang apa rencanamu?"

Hanya ucapan selamat yang diberikan ayah hari ini dan sebuah pertanyaan besar tentang perjalanan masa depanku, yang terlintas dikepalaku hanyalah hal-hal yang bisa dicernah oleh alam bawah sadarku tentang aku yang akan segera melamar sebuah pekerjaan di salah-satu kantor swasta di kota ini, entah sebagai apa, yang pastinya aku hanya ingin bekerja dan mendapat pekerjaan di tempat yang biasa-biasa saja.

Ayah tersenyum memandangku kemudian melempar pandangan ke arah ibu dan kembali melanjutkan makan siangnya yang sempat tertunda beberapa detik.

"Yang penting kau bahagia dengan pekerjaanmu, itu saja" ibu menambahkan.

Apakah aku harus mengatakan bahwa aku ingin menjadi seekor semut yang tersesat di tempat antah berantah? Sepertinya tidak, kerena apapun yang terjadi selama sisa hidupku adalah sesuatu yang aku dan keluargaku anggap hal yang cukup membahagiakan karena tetap mengalir apa adanya, tak pernah ada batu besar yang jatuh di tengah-tengah sungai ini dan menghambat alirannya, karena keluargaku dan aku masih mengikuti takdir damai yang dituliskan Tuhan.

Hingga suatu hari ada sebatang pohon yang hanyut di aliran sungai yang tenang itu.

(VERSI 2) Short Story✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang