hubungan yang aneh

247 41 4
                                    

Aku berjalan dengan lunglai kedalam kamar apartement, bisa dibilang aku kabur dari rumah Mark pagi ini, jelas aku pergi tanpa mengucapkan maaf pada ibunya dan tidak mengatakan apapun kalau aku akan pergi.

Beberapa bulan terakhir semenjak musim hujan berganti, rasanya ada yang berubah. Hidupku tidak merasa tenang seperti biasanya, tidak berjalan sesuai harapanku seperti biasanya, juga tidak selalu berakhir damai, akhirnya selalu terlihat jelas.
seperti yang terjadi hari ini, aku justru bedebat dengan Mark.

Tubuhku tanpa perintah terjatuh keatas kasur, kepalaku pening karena pengaruh alcohol semalam, kakiku juga masih terasa sakit, untung hari ini adalah hari libur sehingga aku tidak perlu takut terlambat ke tempat kerjaku.

Setelah berhasil membersihkan diri, dengan kaki yang masih sakit aku berjalan ke ruang tengah, mencoba duduk dengan manis sambil makan beberapa coklat dan menonton TV, semuanya buyar setelah ketukan pintu ke tiga kalinya terdengar di di depan pintu.

“Sia…pa?” kaget ketika sadar orang yang dibalik pintu adalah Mark, dia menyusulku, terbilang cepat dia bisa menyelesaikan masalahnya dengan ibunya, aku tidak ingin ikut campur, dia sudah bilang aku tidak perlu ikut campur. Dengan cepat tanganku menutup kembali pintu tanpa peduli dengannya.

Sigap tangan Mark tertempel di daun pintu, mencegah pintu itu tertutup rapat “Tunggu…kau tidak ingin menjelaskan sesuatu?”

“Apa?” ujarku malas.

“Kenapa kau pergi tanpa pamit dulu?”

“kenapa memangnya?!”

“Kau marah?” tanyanya sekali lagi.

“Tentang apa?”

“Tentang Pagi ini…”

“Kenapa aku harus marah? Marah pada siapa?” ujarku masih tidak ingin membuka pintu.

“Lalu.. kenapa kau tidak ingin membukakanku pintu?”

Aku melepaskan tanganku dengan pelan dari daun pintu, tangan Mark juga melakukan hal yang sama, dengan pelan aku menarik gaganh pintu agar terbuka dengan lebar dan dengan jelas melihat wajah Mark yang tampak lusuh.

“Dari mana kau tahu alamat apartementku?” tanyaku pelan, masih tidak mengijinkan Mark melewati pintu.

“Yujin” jawabnya singkat.

“Lalu.. mau apa kau kesini?” tanyaku sekali lagi.

“Kau melarangku datang kesini?”

“Kau pulang saja lah! Selesaikan urusanmu dengan ibumu!”

Mark menatapku, alisnya naik-turun dan senggolan kecil terjadi dibagian kiri tubuhku, Mark tanpa seijinku menerobos masuk melewatiku yang sengaja menghalau pintu. 

Kakinya terus melangkah dan berjalan mundur sambil menghadap ke arahku “Urusanku dengan ibuku berakhir pagi ini, mungkin aku akan melanjutkannya besok atau besoknya lagi, dia tidak percaya kalau kau adalah temanku, mungkin dia baru percaya kalau aku mengatakan kau punya hubungan spesial denganku” ujarnya enteng.

Kubanting pintu dengan suara marah, ini sudah terdengar jelas, pintuku bahkan berteriak marah, tak ada napas yang terdengar masuk melalui hidungku, semuanya berkumpul di ubun-ubun kepalaku, menunggu untuk meledak. Aku menatap Mark tanpa adapun kalimat yang aku keluarkan, aku melangkah mendekatinya seperti air membeku.

Mata Mark memandangku heran “Kau kenapa?” tanyanya dan memposisikan tubuhnya diatas sofa.

Aku duduk dan masih seperti es, dia bilang lelah berdebat denganku, begitupun aku juga lelah berdebat dengannya. Membeku seperti ini menurutku lebih baik.

(VERSI 2) Short Story✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang