Track 05

94 15 17
                                    

Now feel it : Push Back.🎶

They call it revolution
But nothing's changed
They call it medication
We're still in pain

Bocah lelaki itu tampak memasangkan earphone-nya, mencoba menikmati lagu yang mulai memenuhi indera pendengarannya. Sebuah alunan lagu yang terdengar indah dan menyesakkan. Lagu itu berjudul Pierce karya ONE OK ROCK.

We always wish tonight could last forever. I can be your side.

Entah kenapa lagu ini mengingatkan bocah itu pada seseorang, seseorang yang... siapa, ya? Dia mengedikkan bahu, tidak mengetahui jawabannya. Ah!

Mulailah dihela nafas ringan lalu kedua kaki mungilnya melangkah mencoba mendekati gedung yang cukup menjulang tinggi di hadapannya. Gedung itu tampak beraksitektur megah dan rapi, gedung yang cukup terawat dan berada di pemukiman elit. Gedung yang selalu jadi momok menakutkan dan selalu dihindarinya---kecuali khusus hari ini, dia terpaksa datang karena sebagai anak lelaki dia harus menepati janjinya.

Netranya mulai melirik bagian atas gedung itu yang seolah menyentuh awan, seakan menyakar-nyakar pasukan langit dan menentang hamparan bumi. Kini netra hitam itu mulai turun ke tengah-tengah gedung yang memiliki sebuah plang besar bercorak umum bertuliskan 'SMP Midoriya'.

Dadanya seketika berdesir. Berkali-kali rasa ragu dan ingin kabur muncul dalam pikirannya kalau saja dia tidak cepat-cepat menggelengkan kepalanya sembari mengepal tangan.

Ah! Gak boleh! Gak boleh! Aku harus nurutin apa kata papa. Aku gak boleh ngecewain mereka lagi! Ya, harus!

Monolognya kembali bersua, dengan keyakinan yang memuncak bergeraklah dia memasuki gedung itu.

Setiap langkahnya seakan membawanya pada garis medan peperangan, ibaratkan dia telah menyiapkan diri untuk mengadu kekuatan, menumpahkan darah, bahkan gugur demi sebuah janji yang sudah dipatri di dalam hati. Suasana sekolahan seakan mencengkam dan membuat merinding tatkala mulai dilihatnya makhluk-makhluk halus yang menatapnya. Mereka ada yang tertawa, tersenyum, mengajaknya berbicara, dan beraktivitas seaneh-anehnya tanpa pernah akan kita duga.

"Ah, Taka, akhirnya kamu dateng juga," lirih salah seorang makhluk halus berambut panjang hitam menjuntai yang diketahui bernama Suzume mulai mendekatinya sembari tersenyum kecil, namun bocah berwajah manis itu memilih tak menghiraukannya.

Bocah berusia empat belas tahunan itu memilih memercepat langkahnya daripada harus mengurusi makhluk tak kasat mata yang isi perutnya terburai berantakan di belakangnya itu, bahkan makhluk halus itu juga menggendong bayinya yang sudah mati.

Menurut sepengetahuan Taka, hantu wanita itu dulunya adalah salah satu murid SMP Midoriya yang memilih bunuh diri dengan cara menjatuhkan tubuh dari atap gedung karena didiagnosa hamil duluan dan takut menanggung malu. Karena kematiannya yang terlalu mengenaskan serta menghancurkan martabat SMP elit Midoriya, sekolah pun memilih bungkam dan menutup rapat-rapat perkara ini. Semenjak itu semua murid-murid dilarang naik ke atap.

Karena langkahnya yang terlalu cepat juga sosok hantu sekolah yang terus-menerus mengganggunya ini, konsentrasi Taka pun buyar. Dia lengah sampai tidak sadar kalo di depan kelas ada yang ...

Gduk!

Bocah lelaki itu terjungkal ke depan dengan posisi tak mengenakan, dimana hidungnya menyentuh lantai duluan. Kini bagian dalam hidungnya mulai terasa sesak dan panas, bahkan cairan berwarna merah pekat tampak mulai mengalir dari sana tanpa ampun membuat bocah itu mengeluarkan air mata tanpa isakan karena tidak tahan dengan rasa perihnya. Dia terkejut tak menyangka dengan kejadian yang tiba-tiba ini.

SAE 2 - Head High✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang