Track 06

74 17 28
                                    

Now feel it : Wasted Nights.🎶

Don’t be afraid to dive
Be afraid that you didn’t try
These moments remind us why
We’re here, we’re so alive

Netranya masih tak bergerak dari sana, jemarinya masih aktif memutar-mutar sebuah kotak kecil yang sudah dibungkus rapi dalam bingkisan kado dan diikat dengan pita berwarna merah muda terang yang sangat manis. Entah hanya Tuhan dan dirinya saja yang mungkin tahu apa isinya.

Seketika ingatannya melayang pada kalimat yang terus-menerus membayangi pikirannya sampai saat ini.

Cukup hargai saja apa yang kamu miliki dan jangan pernah menyerah.

Tiba-tiba tanpa sadar dia menyeringai kecil meremehkan lalu bergumam sendiri, "Ah, yang bener, aja. Jangan nyerah? Emangnya aku ini bisa apa coba?!"

Dia merenung galau, sebenarnya benda yang masih setia digenggamnya adalah hadiah ulang tahun untuk gadis yang disukainya namun tak sempat dia berikan, dia terlalu malu dan tidak percaya diri sehingga memilih mengurungkan niatnya itu.

Seandainya aku bisa memberikan ini ke Himiko, huft!

Gadis itu, gadis yang disukainya itu sangat menyukai musik, membuat bocah kecil ini jadi bersemangat untuk menjadi vokalis demi menyenangkannya dulu. Namun takdir tak pernah berpihak padanya, buktinya sekarang gadis itu bersikap dingin padanya---dan malah akrab dengan seorang bocah cowok lain yang tidak suka Taka sebutkan namanya.

Tok! Tok!

"Taka, kamu di dalam nak?"

Bocah itu terkesiap, membuyarkan pemikiran negatifnya sendiri lalu buru-buru berdiri dan memasukkan kotak kecil itu ke dalam laci meja belajar---lebih tepatnya meja menaruh personal computer miliknya---kemudian kembali berbaring di ranjangnya sembari menarik selimut polkadot biru kesayangannya itu.

"Kenapa, ma?" tanyanya balik dari dalam kamar, enggan membukakan pintu.

"Turunlah, nak. Ayo kita makan bersama." Suara Meiko yang terdengar lembut sarat akan kekhawatiran kembali terdengar, nadanya terlalu parau membuat bocah lelaki itu tidak tega namun dia lebih memilih mengurung diri karena merasa bersalah.

"Gak, ma. Taka nggak laper."

Gruyuk!

Wajahnya kini memerah padam, perut mungilnya baru saja mengkhianati dirinya sendiri membuatnya meringis kecil menahan kesal sedangkan Meiko yang di luar kamar bergeming namun menarik ujung bibirnya, paham dengan kondisi anaknya yang mungkin saat ini sedang gundah.

"Nak, jangan buat mama khawatir. Mama mohon," harap Meiko lagi yang membuat bocah kecil itu merasa tersayat-sayat hatinya, dia tidak bisa melihat mamanya yang cantik terlihat sedih. Pada akhirnya, Taka berjalan mendekat lalu mulai memutar anak kunci yang menggantung pada lubang, kemudian jemarinya membuka kenop pintu.

Kini pemandangan yang didapatinya adalah Meiko tersenyum lega bahkan mengusap air matanya, "Taka," lirihnya lalu kemudian tanpa aba-aba langsung memeluknya cepat.

Dada Taka berdesir, hal ini terlalu tiba-tiba dan membuatnya diam seribu kata.

"Ayo! Makan siang yuk, sayang," bisik wanita muda berparas jelita itu dengan nafas yang menderu kemudian menarik lengan putera semata wayang yang sangat disayanginya itu.

*

Bocah itu hanya mematung di tempat, di hadapannya terdapat sebuah meja makan keluarga yang di atasnya banyak sekali pilihan menu lauk-pauk ala buatan rumah yang sehat; tentu saja karena wanita muda yang merangkap jadi ibu rumah tangga itu sangat pandai menjaga kebersihan, baik makanan atau pun tempat makannya.

SAE 2 - Head High✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang