Bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu, menyisakan Kle dan Ace yang memang sengaja menunggu keadaan kelas sepi. Di tangan Kle sudah ada selembar kertas yang terlipat rapi. Gadis itu kemudian memasukkan kertas tersebut ke sebuah amplop.
“Mana surat lo?”
Ace segera menyerahkan surat izinnya kepada Kle. Mereka berencana untuk menaruh terlebih dahulu surat izin tersebut di meja guru daripada harus susah-susah menitipkan surat tersebut kepada teman sekelas mereka.
“Gini, gue bakal bilang ke kak Alvaro kalo gue harus nemenin lo yang lagi sakit karena keluarga lo masih di perjalanan pulang dari Singapura, ok?”
“Kenapa gue sih yang sakit, gue takut sakit beneran.”
Kle menghela nafas, melihat Ace yang mulai menggigit bibirnya sendiri.
“Ace, kita gak ada waktu lagi buat cari alasan. Menurut gue itu adalah alasan yang paling tepat, nanti malam kita ketemu di bandara, ok? Jangan sampe telat.”
Ace mengangguk mengerti, “kalo gitu gue pulang duluan.” pamit Kle.
Ace menghela nafas, kenapa dia merasa takut sekarang? Bukannya kemarin tekadnya sudah bulat. Mereka akan terbang ke Korea Selatan untuk menyaksikan konser terakhir idola mereka lusa.
“Lo belum pulang?” Ace menoleh, melihat Daniel yang baru saja masuk kelas.
“Ini gue mau pulang.”
“Gue mau ngomong sebentar sama lo.”
Ace mengangguk, “Mau ngomong apa?”
“Lo sama Kle serius mau ke Korea tanpa izin sama orang tua?” Daniel menunduk, menatap Ace yang terlihat resah.
“Kalo izin dulu pasti gak dibolehin. Lagi pula orang tua kita sama-sama gak ada di rumah.”
Daniel menyentuh kedua pundak Ace, membuat gadis itu tersentak kaget.
“Gue cuma khawatir sama kalian.”
Ace menepuk-nepuk pelan tangan Daniel di pundaknya, “Lo gak usah khawatir, gue sama Ace pasti baik-baik aja dan pulang dengan keadaan utuh. Lo emang ketua kelas yang baik banget, Niel.” Ace menatap Daniel speechless.“Gue pulang duluan.”
Daniel mengangguk, menatap punggung Ace yang semakin menjauh. Pria itu menghembuskan nafas kasar.
***
Sore itu Kle membereskan pakaiannya dan juga memasukkan semua benda-benda yang menurutnya sangat penting untuk dibawa, seperti lighstick misalnya. Oh itu hal paling penting, dia tidak mau datang dengan tangan hampa. Dompet, tiket pesawat, tiket konser, dan lain-lainnya juga sudah dia masukkan kedalam ransel berukuran sedang. Seandainya memakai rencana A, sudah dipastikan gadis itu akan membawa kopernya biar sekalian berlibur disana untuk beberapa hari tetapi ceritanya sedang berbeda. Kle tidak ingin Alvaro dan keluarganya curiga terhadapnya. Jadi ransel berukuran sedang sepertinya adalah pilihan terbaik.
Kle keluar dari kamarnya, menuju dapur untuk mengambil air dingin karena dirasa tenggorokannya kering sekali.
“Kle! Sini dulu sebentar.” panggil Iren yang sedang duduk bersama Alvaro diruang keluarga. Mereka terlihat tengah berbincang-bincang.
Kle menghentikan langkahnya, berbelok kearah ruang tamu. “Ada apa, tan?”
“Ini nanti malem kita diundang ke acara makan malam keluarga rekan bisnis Om, kamu mau ikut gak?”