-Bagian 15-

40 9 5
                                    


Sesampainya di rumah, Dhea langsung membenamkan dirinya didalam kamar.

"Kamu kenapa?" Tanya Yudis.

Tak ada jawaban dari Dhea.

"Aku rasa aku gak lagi ngomong sama tembok deh"
"Aku tuh capek Yud, punya suami tapi kerjanya begitu-begitu doang"

"Trus kamu maunya aku gimana? aku bakal berusaha buat kamu dan Ega merasa tercukupi," dengan tidak sopannya, Dhea mengalihkan pandangannya kearah lain, lalu dengan tenang memejamkan kedua matanya.

Yudis menarik nafasnya dengan dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Hari ini, aku kurang suka dengan sikapmu, Dhe" ucap Yudis setengah berbisik, sambil berbaring disamping Dhea.

"Bukan hanya sikapku, denganku juga kamu tidak suka kan?"

"Kamu kenapa sih? "

"Yud, Aku tahu itu, dan aku sadar itu. Semua perhatian kamu semua pujian kamu ke aku itu gak lebih dari sebuah keterpaksaan. Ya kan?"

Deg.

Yudis mematung ditempat, mulutnya terkunci sangat rapat.

"Aku slalu mencoba menjadi wanita terbaik buat kamu Yud, tetapi aku rasa semuanya juga percuma, bahkan sampai detik ini aku gak pernah bisa menjadi pemenangnya," Yudis masih terdiam, seolah hatinya sedang dihujam banyak jarum yang begitu memilukan.
"Aku slalu berharap ada sedikit saja ruang di hati kamu yang bisa aku tinggali, sedikit saja tak perlu banyak-banyak,"
"Sakit, Yud. Dan aku rasa aku gak kuat lagi lanjutin ini semua, kamu gak pernah ngerti perasaan aku. Lebih baik sekarang kamu kejar dia, hak asuh Ega ada di aku, aku gak bisa jadi benalu diantara kamu dan mantan kamu itu."

Hatimu gak pernah benar-benar untukku Yud, aku merasakan itu.

Setelah terdiam cukup lama, Yudis membuka suara.

"Kalau kamu memang mau kita cerai, bilang! Gak perlu bahas soal kerjaan aku, atau soal perasaan aku ke kamu itu gimana, asal akamu tahu, aku slalu coba untuk cinta sama kamu, tapi, kamu malah seperti ini"

"Kalau kamu sudah tahu tentang masa laluku, bagus. Aku akan lebih mudah untuk cepat-cepat lepas dari ikatan pernikahan sama kamu ini"

"Dan aku gak perlu capek-capek jelasin kalau sejak awal aku gak pernah cinta sama kamu, ternyata kamu sudah sadar. Bagus! " ucap Yudis sambil menyeringai puas.

Setelah berpisah dengan Rayya, ia menjadi begitu egois dengan perasaannya, dan titik puncaknya adalah pada malam ini. Tak peduli hati siapa yang akan ia sakiti, asal Rayya bisa kembali lagi kepadanya.

Kata demi kata yang keluar dari mulut Yudis barusan, seolah terulang terus menerus didalam kepala Dhea, membuat ia refleks memijat-mijat keningnya yang terasa pusing.

Andai kamu tahu Yud, semua itu hanya alasan aku agar kamu bisa lepas dari aku, dan kembali dengan mantan kamu itu.

Raga kamu ada disini, tapi percuma kalau hati kamu ada ditempat lain dengan perempuan lain Yud.

Entah mana yang lebih sakit, mempertahankan hati yang sebetulnya tak pernah aku miliki, atau melepaskan kamu demi hati yang lain.

"Kamu sudah memutuskan untuk cerai, Ok. Esok aku akan mengurus semua berkas-berkasnya, dan aku akan jelaskan sejelas-jelasnya ke mama soal ini"

"Yud.. "

"Apa? Kamu juga yang menyuruhku kan? Permintaanmu aku tepati Nona"

"Aku masih sayang sama kamu Yud... " ucap Dhea dengan lirih seolah ia sendiri memang belum sepenuhnya terima dengan keputusannya tadi.

"Akhirnya... Aku akan bebas, dan aku akan lebih mudah untuk mendapatkan Rayya kembali, terima kasih Dhea, aku sayang sama kamu" ucap Yudis sambil menciumi kedua pipi Dhea dan keningnya.

Mata Dhea terasa sangat panas, perasaannya begitu hancur.

Sehancur inikah perasaan perempuan itu saat aku datang untuk merebut hati Yudis?
Aku gak bermaksud untuk itu, Mah... Lelaki ini bukan lelaki baik seperti yang Mama maksud..
Entah lelaki ini yang jahat, atau perempuan itu, atau justru aku sendiri yang jahat karena telah merusak kisah mereka berdua Mah?

"Sekarang kamu tidur gih, besok kita akan menjalani sidang; sidang perceraian kita" -Dhea tersenyum kecut, lalu menyelimuti tubuhnya sendiri.

"Oh iya, satu lagi Dhe, nanti setelah kita gak sama-sama lagi, aku akan tetap bertanggung jawab akan semua kebutuhan Ega, aku akan mentransfer biaya keperluan sekolahnya, dia kan juga anakku, jadi nanti, jangan sungkan." -Dhea hanya berdehem sambil menitikkan air matanya.

"Selama ini aku gak pernah merasakan perhatian penuh dari kamu, boleh untuk terakhir kalinya ini aku minta sesuatu? " ucap Dhea dengan suara serak.

"Boleh. Apa? "

"Sebelum perceraian itu, aku ingin diperlakukan layaknya seorang istri yang kamu cintai, meskipun engga. Cukup malam ini, sampai sidang dimulai, dan semuanya berakhir"

"Oke."

Langit RayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang