Chapter 12 - Lost 2

15.6K 1K 24
                                    

Selamat membaca!!!

***

Dorrr

Akhh

Lisya pun terjatuh bersamaan dengan suara tembakan yang tepat mengenai kepala penjaga tersebut.

"Kau yang kutembak bodoh!!" ucap Alex sambil memperagakan gaya koboi yang meniup ujung pistolnya setelah menembak.

"Alex?" Lisya yang kaget reflek menjatuhkan Alex yang sudah terbangun dengan pistol yang ada ditangannya.

"Akh Lisya apa yang kau lakukan?" ucap Alex sambil memegang bokongnya yang sakit.

"Eh maaf. Kau sudah bangun?" Ucap Lisya sambil mengulurkan tangannya ke Alex dan dibalasnya uluran tangan Lisya.

"Kalau mau bertanya nanti saja. Kau lihat ke belakang, mereka mengejar." Ucap Alex dan otomatis memegang tangan Lisya dan berlari keluar gerbang.

Lisya tersenyum tipis sambil melihat tangannya yang dipegang oleh Alex.

"Kita dihutan" bisik Alex sambil melirik kebelakang untuk memastikan.

"dan mereka masih mengejar"sambungnya

"Alex berpik-" "eh..eh..eh" belum sempat Alex menyelesaikan ucapannya, Lisya sudah menariknya ke belakang pohon.

"Naik" bisik Lisya pada Alex.

"Naik? Naik kemana?" Tanya Alex bingung

"Pohon" bisik Lisya lagi

Tanpa bicara Alex segera menuruti perkataan Lisya dan segera naik ke pohon begitupun Lisya. Pohon yang mereka panjat cukup tinggi dan rimbun sehingga tubuh mereka terhalang oleh dedaunan.

"Ini sudah malam,kita tidur disini dulu saja" ucap Alex sambil memastikan keadaan sekitar.

"Hm" Lisya hanya bergumam dan setelahnya memejamkan matanya sambil menyenderkan kepalanya ke pohon.

Begitupun dengan Alex hanya saja kepalanya ia letakkan di paha Lisya membuat Lisya terkejut.

"Al-" Alex membekap mulut Lisya dengan cepat membuat Lisya menegang. Alex melirik kan matanya kebawah.

Lisya pun mengikuti arah pandang Alex dan terlihat lah anak buah Mac tepat dibawah mereka.

Dorrr

Alex menembak kepalanya dengan pistol kedap suara dan masih dengan posisi nya yang berada di paha Lisya.

"Alex? Untuk apa kau menembaknya? Kalau mereka melihat mayatnya bagaimana?" Ucap Lisya panjang lebar

"Shut..gak akan,besok pagi kita ambil semua peralatan yang ia bawa" "pistolmu ku kembalikan,nih" ucap Alex sambil memberikan pistol milik Lisya.

"Ambil saja,aku masih punya banyak" ucap Lisya dan kembali memejamkan matanya.

"Okey" ucap Alex dan ikut memejamkan matanya seperti Lisya.

Terjadi keheningan beberapa saat sebelum Alex memecahkan keheningan tersebut.

"Sebenci itukah kau dengan keluarga mu?" Tanya Alex spontan dan masih memejamkan matanya. Lisya yang mendengar pertanyaan Alex otomatis menegang dan membuka matanya.

"Tak usah terlalu tegang,kau tak perlu menjawabnya aku hanya iseng bertanya" ucap Alex sambil terkekeh.

"Hm" "aku sangat benci dengan mereka,bertahun tahun aku menunggu kesempatan untuk membalas mereka dan inilah waktu yang tepat,membunuh mereka mungkin dapat aku lakukan bertahun tahun yang lalu. Tapi jika mereka mati secepat itu,semua tidak akan sepadan dengan apa yang mereka lakukan kepadaku dan juga orang lain. Aku ingin mereka menikmati kematiannya secara perlahan sambil mengingat perbuatan mereka di masa lalu" ucap Lisya panjang lebar dan Alex pun tersenyum,Lisya sudah mulai terbuka dengannya dan Alex senang.

"Memang apa yang mereka lakukan padamu hingga kau sangat membenci mereka?" Tanya Alex

"Menyiksa,mereka menyiksaku dan menuduhku sebagai pembunuh dua orang anak yang mereka jadikan sandra. Mereka sudah membunuh satu anak tapi tidak yang kedua sebelum itu aku sudah lebih dulu menarik tangannya,tapi mereka memukul kepalaku dengan cukup keras karena reflek. Sebelum aku pingsan suara dobrakan pintu terdengar dan mereka segera menaruh pistol itu di tangan anak kedua,setelahnya aku pingsan dan terbangun di gudang yang ada di rumah yang sekarang sudah menjelma menjadi kamarku" Cerita Lisya membuat Alex menegang.

"Mereka menuduhku pembunuh anak itu,mereka kira aku yang masih kecil belum mengerti apa yang terjadi. Tapi nyatanya aku tahu dan aku mengerti,hanya saja yang dulu bisa aku lakukan hanya pasrah dengan yang mereka lakukan terhadapku" sambungnya

'Cerita itu-' suara batin Alex sudah lebih dulu terpotong oleh ucapan Lisya.

"Aku haus" ucap Lisya menyadarkan Alex dari lamunannya.

"Haus?"

"Hm,bercerita membuatku haus." ucap Lisya

Alex bangkit dari tidurnya dan mulai turun dari pohon. Ia menghampiri mayat yang ia tembak beberapa saat lalu.

"Air" gumamnya

Alex pun kembali menaikki pohon dan menyerahkan sebotol air yang ia temukan dari mayat itu.

"Terimakasih" ucap Lisya mengambil air tersebut dari Alex sambil tersenyum manis membuat Alex tertegun. Ia pun membalas senyuman Lisya.

"Sama sama" ucapnya dan kembali meletakkan kepalanya di paha Lisya.

Setelahnya hanya ada keheningan, suara burung hantu yang saling bersautan membuat malam ini menjadi malam yang indah setelah bertahun tahun terkurung dalam masa masa kelam. Sepasang manusia yang sama sama bingung dengan perasaan yang mereka rasakan saat ini.

"Aku tidak peduli bagaimana perasaan ini nantinya,saat ini hanya bersamamu saja itu sudah lebih dari cukup."

"Terimakasih untuk hari ini. Aku bahagia, walaupun aku tau kebahagiaan ini tidak akan bertahan lama."

***

Lisya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang