Chapter 6 - Home

19.5K 1.1K 8
                                    

Dalam perjalanan pulang Lisya masih terus diikuti oleh Rex. Lisya berencana untuk menambah kecepatan mobilnya maksimal,tapi percuma saja mobil yang dibawa Rex jauh lebih cepat dari mobil yang ia gunakan.

Sampailah Lisya di depan rumahnya. Lisya pun keluar dari mobil. Sepertinya Lisya mulai suka dengan mobil yang ia pakai, ia bahkan menyuruh Rex untuk melegalkan kepemilikan mobil tersebut agar menjadi miliknya. Jahat memang, tapi ia tidak peduli.

Lisya pun masuk ke rumah dan bersiap untuk bertemu dengan keluarganya. Lisya tersenyum sinis. Lisya pun membuka pintu depan rumahnya. Ia melihat keluarganya tengah bersantai sambil menonton tv.

Mendengar suara pintu terbuka, mereka pun menoleh.

"Kemana saja kamu?" Ucap Erlanda

Lisya hanya menatap mereka datar.

"Kalo ditanya itu JAWAB!!!" Bentak Vano

Lisya masih menatap mereka datar.

"Pergi" ucap Lisya singkat

"Udah berani ya sekarang keluar rumah, bahkan tidak meminta izin sama sekali dengan kita." Ucap Resta

"Ngapain aja kamu pas pergi?" Tanya Erlanda

Lisya masih menatap mereka datar dan mulai berjalan ke arah kamarnya tanpa menjawab pertanyaan dari sang ayah.

"Heh siapa yang menyuruhmu pergi?!!!" Ucap Erlanda sambil memegang tangan Lisya

Seperti biasa. Ritual mereka bertiga jika ada Lisya adalah menyiksanya. Lisya hanya diam diperlakukan seperti itu ini termasuk bagian dari rencananya untuk menghancurkan mereka.

Setelah puas menyiksanya mereka pergi meninggalkan Lisya. Lisya kemudian bangkit dan kembali masuk ke kamarnya untuk mengobati lukanya. Untung saja mereka menyiksanya tidak tepat pada bagian perut Lisya.

"Misi pertama masih berjalan mulus" Ucap Lisya sambil tersenyum sinis

Keesokan harinya Lisya terbangun dan sudah melihat ke tiga orang yang sangat dibencinya berdiri dihadapannya dengan memegang senjata andalannya masing masing.

Ctass Ctasss Ctass

Lisya hanya diam ditempat tidak melakukan apa apa. Lisya hanya memejamkan mata. Ia baru saja terbangun dari tidurnya dan sudah disiksa kembali seperti ini.

Tapi ia tidak peduli, rasa sakitnya hampir tidak bisa ia rasakan lagi.

Plak plak

Tamparan keras itu tetap tidak membuahkan hasil. Lisya masih tidak bergeming, tatapannya kosong ke arah lantai.

Bugh

Satu pukulan keras tepat mengenai perut Lisya. Lisya meringis kesakitan. Luka bekas tembakan kemarin kembali terbuka. Lisya menahan pedih. Darah mengalir keluar dari perut Lisya.Mereka bertiga terlonjak kaget tidak biasanya Lisya merasa kesakitan. Baru saja mereka ingin bertanya datang dua orang yang langsung meninju mereka bertiga hingga pingsan. Lisya melihat Rex dan Alex menatap dia datar tetapi Lisya melihat raut wajah Alex yang terlihat menyesal dan khawatir. Setelahnya mata Lisya terpejam. Tapi sebelum kegelapan menjemputnya, ia mendengar Alex mengucapkan sesuatu.

"Aku menyesal membiarkan mu pergi" Lirih Alex

Alex mengangkat tubuh Lisya yang bersimbah darah membawanya kembali ke markas. Sepertinya Alex tidak akan mengizinkan Lisya kembali ke rumahnya.

"Rencana? Apakah penyiksaan itu bagian dari rencananya? Anak ini benar-benar aneh." gumam Alex berbicara pada dirinya sendiri, dan pastinya masih bisa di dengar oleh Lisya.

Lisya sampai kembali ke markas dan kembali menjalankan operasi untuk menutup kembali lukanya.

Lisya masih dalam keadaan tidak sadar setelah melakukan operasi. Sedangkan Alex masih menunggu Lisya sadar. Alex masih bingung, rencana apa yang Lisya buat hingga mengorbankan dirinya sendiri seperti itu. Apakah mereka yang menyiksanya termasuk bagian dari rencananya? Begitu banyak pertanyaan di otak Alex membuat ia pusing sendiri. Alex akan bertanya pada Lisya setelah Lisya sadar nanti.

***

Lisya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang