Chapter 5 - Interesting

20.5K 1.2K 9
                                    

Alex pergi menuju ruang pribadinya dan menelpon Rex untuk membicarakan strategi untuk membalas perbuatan Mac.

"Rex, keruangan pribadiku sekarang" ucap Alex

"Baik ketua" balas Rex

Alex memutuskan telepon secara sepihak. Beberapa menit kemudian Rex sudah berada di dalam ruangan pribadi milik Alex.

"Duduk" perintah Alex

"Ada apa ketua memanggil saya?" Ucap Rex sopan

"Kita tidak bisa diam saja. Mac hampir membunuh anak itu dan kita harus membalas perbuatannya."

Rex mengerutkan keningnya bingung. Sejak kapan ketuanya jadi sepeduli ini?

"Kita tidak bisa apa apa untuk saat ini ketua. Kekuatan mereka sebanding dengan kekuatan kita. Jika kita melawan mereka saat ini juga,ada kemungkinan kita akan kalah. Walaupun kita sudah tau keberadaan pusat markas mereka. Kita tidak boleh gegabah dalam bertindak. Mereka pasti mempunyai banyak rencana untuk menjatuhkan kita." Ucap Rex panjang lebar

"Tapi kekuatan kita bisa saja melebihi mereka" Sambung Rex

"Dengan?" Tanya Alex bingung

"Anak itu" ucap Rex

"Bagaimana caranya? Anak itu?"

"Apa ketua tidak melihat bagaimana bisa anak itu sampai di markas ini tanpa melewati jebakan jebakan kita?"

"Aku tahu soal itu" ucap Alex

"Tapi bagaimana anak itu bisa menemukan pusat markas kita? Keberadaan pusat markas kita hampir tidak ada yang pernah tahu. Bahkan setelah berhasil melewati jebakan jebakan kita dia juga berhasil mengalahkan beberapa pasukan kita. Anak itu juga berhasil membuat muka Mac babak belur. Ketua melihatnya bukan? Anak itu memiliki kemampuan diatas rata rata yang tidak dimiliki anak-anak lain"

Alex berdecak, ia mengacak rambutnya frustasi. Itu sama saja ia memanfaatkan Lisya untuk menambah perlindungan markasnya. Apa yang harus ia lakukan?

"Kau boleh pergi."

"Baik. Permisi." Ucap Rex sambil membungkukkan badan. Saat Rex berbalik badan tiba tiba pintu lift terbuka. Rex dan Alex pun kaget saat yang dia lihat adalah Lisya.

"Lisya?" Ucap Alex

Lisya pun keluar dari lift dan melihat ke arah Rex dan Alex.

"Aku ingin pulang" ucap Lisya santai

"Ha?" Bingung Alex

"Boleh tidak?" Ucap Lisya

"Kau...bukannya dikamar? Seharusnya kau masih belum sadar bukan?" Tanya Alex

Lisya mengedikan bahunya

"Seharusnya kau tidak boleh berjalan jalan terlebih dahulu. Bekas operasimu masih belum sembuh." Ucap Alex

"Aku tak apa. Tidak usah terlalu berlebihan." Ucap Lisya

Alex menghela nafasnya bagaimana anak ini bisa sekuat itu. Seharusnya dia merasa kesakitan karena bekas operasinya yang masih belum sembuh.

"Boleh tidak aku pulang?" Tanya Lisya yang kesekian kalinya

"Tidak. Kau harus beristirahat terlebih dahulu. Keadaanmu masih belum benar benar pulih."

"Yasudah kalau tak boleh aku akan pulang sendiri"

Lisya pun membalikkan badannya untuk segera pergi.

"Tunggu" ucap Alex membuat Lisya membalikkan badannya kembali dan mengerutkan keningnya.

"Kau boleh pulang tapi harus dalam pengawasan Rex dan dia yang akan mengantarmu pulang" Ucap Alex

"Tapi aku akan menggunakan mobilku sendiri." ucap Lisya

"Dengan Rex atau tidak sama sekali. Aku ini ketuamu Lisya" ucap Alex dengan aura yang mulai terasa dingin.

Rex yang melihat aura dingin dari ketuanya mulai ketakutan.

"Ayolah, aku hanya ingin mengendarai mobil sendiri" ucap Lisya santai tanpa rasa takut sedikitpun

"Keras kepala sekali" gumam Alex

"Terserah,tapi Rex akan mengawasimu dari belakang. Aku tak mau salah satu anggota ku kenapa kenapa" ucap Alex final.

"Okey" ucap Lisya senang.

"Rex kau siapkan mobil" perintah Alex .

"Baik ketua,saya permisi" Rex pun pergi menuju lift dan menunggu Lisya untuk ikut masuk ke lift.

Lisya pun masih tidak bergeming dari tempatnya.

Alex pun mengerutkan keningnya bingung sambil melihat Lisya.

"Aku ingin berbicara dengan mu sebentar"ucap Lisya

"Oke. Rex kau boleh pergi"

"Baik" ucap Rex

Lift pun tertutup

"Mau bicara apa?" Tanya Alex

"Apa kau tidak menawarkan ku untuk duduk terlebih dahulu?" Tanya Lisya

Sebenarnya siapa bossnya disini? Batin Alex

Alex menghela napasnya dan menyuruh Lisya untuk duduk.

"Mau bertanya apa?" Tanya Alex

"Untuk ucapan mu kemarin yang menyuruhku untuk tinggal disini sepertinya tidak bisa"

"Kenapa?" Tanya Alex

"Ada rencana yang sedang aku jalankan yang mengharuskan ku tetap berada di luar markas. Tapi aku akan tetap datang untuk pelatihan sesuai jam yang ditentukan nanti." Ucap Lisya sambil tersenyum miring

"Rencana apa?" Tanya Alex

"Nanti kau juga tahu."

"Oke. Tapi saat diluar markas kau tetap dalam pengawasan ku."

"Oke" ucap lisya

"Satu pertanyaan lagi."

"Apa itu?"

"Aku harus memanggil mu apa? Semua orang memanggilmu ketua. Apa aku harus memanggil mu dengan sebutan itu?"

"Tidak perlu. Cukup memanggil ku dengan nama saja"

"Okey. Sepertinya hanya itu pertanyaan ku. Aku akan pergi."

"Oke silahkan"

Lisya pun berdiri dari duduknya dan mulai berbalik badan.

"Tunggu" ucap Alex

"Apa?"

"Bagaimana kau bisa memasuki ruangan pribadi ku?Kau kan tidak kuberi akses untuk masuk kesini."

"Aku meretasnya" ucap Lisya singkat

"Meretas? Menggunakan apa?"

Lisya pun menunjukkan handphone nya ke arah Alex.

"Ouh...okey..." Ucap Alex walaupun tidak mengerti apa yang ditunjukkan oleh Lisya.

"Kapan kapan kau bisa mengajariku teknik itu bisa?" Ucap Alex

"Hm...boleh..." Ucap Lisya sambil mengangguk.

Lisya pun berjalan memasuki lift. Lift pun mulai tertutup dan menghilanglah Lisya dari pandangan Alex.

"Aku semakin tertarik denganmu" ucap Alex sambil tersenyum

Lisya yang sedang di dalam lift pun tersenyum miring mendengar apa yang dikatakan Alex setelah dia pergi.

"Kita lihat saja, Alex." Batin Lisya

***

Lisya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang