hi, long time no see. apakabarkaliansemua? udahlamabangetsaya ga publis cerita wattpad. terakhirkayanya 2021 waktunamatincerita ini. entahkenapasekarangsayalagibucinbangetsama anime makanyajarangbangetbuka wattpad buatsekadarbacacerita.
jadi, kenapasihsaya unpublished cerita ini? sayapengenrombaksemuanya dari awal. bukanrombaksihsebenarnya, cumamemperbaikibeberapa hal yang terasaanehdicerita ini. mungkinendingnyanantijugacumabakalansayarubahsedikit. jadi yang udahbaca, ga perlubacaulanglagi.
langsungajakaliannikmati “Tiempo” versiterbaru.
***
“Gue jadian, Sal.” Si gadis dengan riang berjalan mendekatinya. Cantik, cantik sekali. Senyuman itu dapat memikat semua lelaki yang melihatnya. Bahkan perempuan sepertinya saja tidak dapat menolak pesona yang gadis itu tunjukkan.
“Bahagia lo bahagia gue juga, Wil.” Salsa menjawab. Bulan sabit ikut terpatri di bibirnya. “Jadi, cowok mana nih yang bisa beruntung dapetin lo?” tanyanya kemudian.
Yang diajak bicara kemudian tertawa. Jari telunjuk berhenti di bibir. “Rahasia,” katanya kemudian diikuti kikikan kecil. Tak lama perbincangan itu pun selesai. Si gadis kemudian beranjak dari tempatnya seraya memberikan lambaian padanya serta sesosok pemuda yang berhenti tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Salsa kenal betul pemuda itu siapa. Rafael, si ‘Pangeran Es’ yang entah mengapa dengan mudah mengambil hatinya. Satu hal yang harus kalian ketahui adalah; Rafael telah jatuh hati pada sosok lain. Sudah bisa ditebak gadis itu siapa.
“Jangan lo pikir karena dia jadian sama cowok lain, lo bisa ngambil hati gue.” Kalimat itu tepat dilontarkan ketika Salsa menghampirinya. Raut wajah pemuda itu mengeras, tampaknya hal itu terjadi karena emosi yang terpendam. Mengetahui gadis yang ia sukai malah membangun hubungan dengan orang lain tentu saja akan melukai perasaannya.
“Gue tau.” Salsa menjawab. Jeda sejenak. Ia melemparkan pandang ke arah lain. “Tapi gue nggak bakalan nyerah, Raf,” lanjutnya, “karena gue suka sama lo.”
Rafael sudah mengetahui perasaannya. Ia mengutarakan perasaannya pada pemuda itu saat kelas 10. Tentu saja penolakan adalah hal paling masuk masuk akal yang terjadi. Rafael menyukai sahabat masa kecilnya yang cantik dan bisa diandalkan, sangat bertolak belakang dengannya.
“Gue nggak paham sama jalan pikiran lo.” Suaranya datar, sepertinya lelah menghadapi ia yang memang sudah batu untuk diberitahu.
“Ayo jadian, Raf.” Salsa berceletuk. Ia menatap Rafael yang kini mengalihkan fokus terhadapnya. “Gue tau nggak mungkin bisa ngegantiin dia. Tapi satu hal yang harus lo tau, izinin gue buat ngobatin rasa sakit hati lo walaupun persentasenya mungkin cuma satu persen.”
“Nggak, makasih.” Rafael beranjak.
Pada langkah ketiga Rafael berhasil ditahan Salsa. “Gue tau lo mikir kalo gue aneh banget karena ngelakuin ini, Raf. Sekali lagi gue minta izin buat obatin luka lo. Biarin gue masuk di dunia lo, walaupun mungkin cuman ngerubah sedikit alur. Gue nggak tau harus lari ke mana lagi selain ke lo.”
Rafael menatapnya. Hening sejenak. Mereka saling terdiam, tidak melontarkan satu patah kata pun untuk beberapa sesaat ke depan.
“Gue biarin lo masuk ke kehidupan gue.” Rafael menjawab dengan tenang. Nadanya tegas, seolah menggarisbawahi bahwa Salsa tak akan semudah itu mengendalikan ia seperti pasangan pada umumnya. “Bukan salah gue kalo lo bakalan sakit hati nantinya. Itu resiko yang lo ambil karena pada dasarnya gue emang nggak suka sama lo.”
Salsa tersenyum. “Gue tau. Tetep gue ambil resikonya.”
***
Peraturan membaca cerita ini; jangan panggil saya Kak, Author, Thor, Min, atau mungkin julukan lainnya. Panggil saya Aksara karena memang itu nama saya.
Mars, 7 Mei 2020
Revisi: Mars, 24 Juni 2023
Instagram: pnlsalsra
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.