Falling—Harry Styles
***
Acara kemudian berlanjut dengan tiup lilin dan pemotongan kue. Di atas panggung, Wilona dipersilakan untuk memberi beberapa sambutan kepada tamu yang hadir. Harus Salsa akui, Wilona tampak begitu menawan sekarang. Tutur kalimatnya, perilakunya, semuanya sempurna. Semua orang yang hadir tak ada yang mengalihkan pandang dari gadis itu karena kemampuannya dalam menarik perhatian.
Dalam rangkaian pemotongan kue, Wilona memberikan potongan pertamanya pada sang mama. Tawa menggelegar di seluruh area halaman belakang ketika tanpa sengaja suapan yang hendak diberi malah jatuh secara tiba-tiba. Tidak marah, mama Wilona malah melontarkan candaan. Kehangatan dalam keluarga kecil itu sangat terasa.
Salsa merasa iri, bukan dalam artian buruk, tetapi dalam arti menginginkan. Semua hal yang Salsa inginkan, benar-benar ada dalam diri gadis itu; tentang kecantikannya, kebaikannya, kepintarannya, keluarganya, atau bahkan cinta Rafael. Salsa tidak ingin merebutnya, ia hanya ingin memiliki hal yang sama juga.
“Ngelamun aja deh lo.” Wilona yang secara tiba-tiba muncul membuat Salsa sedikit terkejut. Gadis itu mengambil tempat di sisi Salsa yang kosong. “Bukannya lo sama Rafael ya tadi?” tanyanya begitu menyadari Rafael tak ada.
“Pergi baru aja. Katanya mau ke toilet.” Salsa menjawab.
Wilona mengangguk-angguk mengerti. Jeda sejenak, ia menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi. “Gue udah tujuh belas.” Ucapannya mampu membuat Salsa memfokuskan pandang terhadapnya lagi. “Berarti bentar lagi lo ulang tahun juga, kan?”
Ah benar juga, sebentar lagi hari ulang tahunnya. Jika Wilona tak mengatakannya, ia benar-benar tak akan ingat.
“Mau bikin acara kaya gini?” Wilona bertanya. “Kayanya lucu deh kalau giliran gue yang tampil. Gue bakal nyanyi, ya walaupun suaranya nggak sebagus punya lo.”
“Dipikir-pikir nanti aja deh, Wil. Soalnya gue nggak kepikiran sampe ke situ sekarang.”
Terdengar begitu menyenangkan memang, tapi rasanya tidak mungkin. Mami dan papinya saja belum akur sampai sekarang. Salsa tak terlalu yakin jika mereka bisa mengadakan hal serupa seperti ini. Bisa-bisa ia akan malu sendiri jika mereka malah bertengkar di depan umum.
“Sal.”
Salsa tertarik dari lamunannya begitu panggilan tersebut masuk ke pendengarannya. Ditatapnya Wilona yang kini berjalan di pinggiran kolam renang. Spontan ia bangun dari kursinya seraya melotot tajam ke arah gadis itu. “Lo pakai heels Wilona, kalau sampai jatuh ke kolam gimana coba?”
Bukannya menjauh begitu ia berkata demikian, Wilona malah tertawa seraya memegangi perutnya. “Lo lucu tau kalau gampang panikan gitu.” Ia berkata dengan santai. “Gue nggak bakal segampang itu jatuh ke kolam. Bakal malu-maluin tau.”
“Ya lagian lo pakai gaya-gayaan ke situ coba.” Salsa masih gemas sendiri dengan Wilona yang masih belum juga beranjak dari posisinya. “Harusnya kolamnya dikasih pembatas atau gimana dulu kek sebelum acara.”
Wilona hanya menyengir begitu mendapat kritikan tentang tatanan pesta ulang tahunnya. “Mama udah ngide supaya dikasih pembatas sih, tapi gue sama Papa nolak. Jadinya gagal estetik, Sal.”
Salsa membuat suara puh pelan. Ia terkadang heran dengan Wilona yang kadang punya sisi seperti ini. “Gue heran sama lo.”
“Tapi kan emang bener, Sal.” Wilona masih berkilah. Ia beranjak, hendak kembali ke tempat duduknya lagi. Namun, belum juga ia sampai, kaki kirinya malah tak menapak dengan sempurna. Ia yang sudah berusaha untuk menahan posisinya tak mampu untuk tetap berdiri tegak.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIEMPO (revisi)
Roman pour AdolescentsHanya karena permintaan Salsa kepada Rafael supaya menjadi pacar, membuat mereka harus terjebak dalam hubungan yang rumit. Ketika semua orang terpesona dengan senyuman menawan Salsa, Rafael sama sekali tidak tertarik. ©10 Juli 2019 [SEDANG REVISI]