10. Monokrom

182 27 6
                                    

Monokrom—Tulus

***

“Woi, woiii.” Fifi yang baru saja memasuki kelas, lantas segera berjalan mendekati Salsa dan Nila yang sedang duduk di bangku masing-masing. Berdiri di samping meja Salsa, ia bertanya, “Undangannya Wilona udah disebar?”

“Udah. Tadi pagi dibagiin waktu belum masuk.” Nila menjawab seraya menatap heran pada Fifi.

“Bener-bener ya tuh orang. Ini seluruh cewek di kelas ini diundang, kecuali gue?” Fifi meledak. “Sakit hati, weh.”

“Makanya Fi, kalau jadi orang baik-baik, jangan suka cari masalah.” Nila yang mendengar hal tersebut langsung meledek. Ia tertawa pelan.

“Gue nggak pernah cari masalah sama Wilona. Beneran gampang dilupain nih gue?” Sudah tak dapat disembunyikan lagi bahwa gadis itu benar-benar kesal.

Nila tambah tergelak begitu Fifi beranjak pergi dengan amarah yang meletup-letup. Fakta bahwa semua perempuan di kelas IPA 1 dan IPA 2 diundang, sedang dirinya tidak tentu saja cukup menggelikan. Salsa sendiri juga tidak habis pikir dengan Wilona yang bisa-bisanya melewatkan Fifi untuk diundang.

“Nanti malem bakalan rame banget nggak sih, Sal?” Nila berceletuk tepat setelah Fifi menghilang dari pandangan. “Secara, ceweknya dua kelas diundang semua. Ya walaupun yang cowok cuman beberapa, tapi Wilona juga bakalan ngundang orang luar juga nggak, sih?”

“Katanya sih satu rumah beneran bakal jadi tempat pestanya.” Salsa mendengar berita ini melalui celotehan Wilona pagi tadi. “Tapi emang beneran bakal penuh, sih.”

“Jadi, gimana lo nanti? Udah siap?”

Mendengar pertanyaan tersebut, membuat Salsa mendesah pelan. Memang benar bahwa ia sudah bersiap beberapa hari belakangan, hanya saja ia belum terlalu yakin dengan penampilannya nanti malam. “Gue gugup banget asli. Takut kalau nanti malam bakalan lupa lirik.”

Nila tertawa pelan. “Jangan hiperbola, Sal. Kalau lo mikir gitu, nanti kejadian beneran gimana?”

“Janganlah.” Salsa tak bisa membayangkan hal itu akan terjadi. Di hadapan semua tamu, di hadapan Wilona dan keluarganya, itu benar-benar akan sangat memalukan.

“Nanti malam, lo harus bisa buat Rafael pangling ke lo Sal.” Nila mendadak serius. “Lo harus paripurna, biar tuh cowok cepet move on dari Wilona.” Ia memainkan alisnya, menggoda Salsa agar serius dalam bertindak.

“Oke. Bakal gue buktiin,” jawabnya yakin.

***

Nyatanya, meskipun Salsa sudah yakin pagi tadi, kini keyakinan tersebut malah hilang tak bersisa. Salsa seperti orang hilang di antara kerumunan para tamu yang baru saja datang. Halaman depan rumah Wilona penuh dengan motor dan mobil membuat ia kesulitan menemukan orang yang ia kenal.

Sore tadi, Nila bilang bahwa ia akan sedikit terlambat hadir karena punya beberapa kegiatan sepulang sekolah. Salsa yang akan tampil dalam acara pun mau tak mau harus naik ojol karena memang ia harus datang lebih awal untuk penentuan jadwal.

“Ngapain kaya orang hilang gini lo?”

Salsa terkejut bukan main begitu bahunya ditepuk. Ia menoleh, didapatinya Virza yang kini di sebelahnya. “Kok lo di sini?”

TIEMPO (revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang