This Song

40 6 3
                                    

"Seandainya, hari ini, hari terakhir kamu hidup, lagu apa yang pengen kamu nyanyiin?"

Brian mengetuk keningnya, berpikir sejenak, "This Song 2AM, maybe?"

"Nyanyiin buat aku dong, Bri."

***

Jadwal Enam Hari mulai padat, siaran di radio-guna mempromosikan lagu mereka, juga mulai mendapat apresiasi yang besar oleh pendengar. Oleh karenanya, mereka senang sekaligus juga sedih. Senang karena job mengalir terus dan Enam Hari semakin terkenal, sedih karena project 'Soundtrack' mereka terpaksa berhenti sejenak.

Ruang siaran yang tidak begitu besar, namun terasa hangat, mulai terdengar riuh dari anggota Enam Hari dan juga si penyiar. Mereka mulai menceritakan bagaimana mereka menggarap lagu-lagu mereka dan juga persiapan comeback mereka.

"By the way, kalian lagi ada project apa, nih?" tanya penyiar tersebut sambil melihat layar ponselnya, "Soundtrack? Ini pertanyaan banyak banget yang masuk buat nanyain ini. Ada yang ingin menjelaskan?"

Untuk soal yang satu ini, ini lah saatnya Satria yang mau tidak mau, menjadi juru bicaranya Enam Hari. "Iya, sambil nunggu comeback dan jadwal tur kita, kita buat semacam... lagu apa sih yang menginspirasi kita semua? Bisa juga disebut lagu sentimental dari para personel," jelasnya. "Lagu yang kita mau kasih tau ke penggemar bahwa kalian gak sendiri, kita ada di jalan yang sama. Kita pernah terpuruk dan jatuh. Makanya seperti sebuah reminder juga buat kita."

Si penyiar mengangguk-angguk tanda mengerti penjelasan dari Satria. "To be honest, sebelum gue siaran, gue liat cover lagu kalian. Baru dua, ya? Partnya Dewo dan Willi?" tannyanya kembali.

"Iya. Kita masih belum garap lagi. Tapi secepatnya akan ada yang baru. Soalnya ini part gue hahaha." Brian menimpali dengan tawa renyahnya.

"Biasanya partnya Bang Bri ini banyak galaunya." kali ini Dewo menimpali.

Di dalam studio, seluruh anggota Enam Hari dan sang penyiar menatap Dewo dengan tatapan 'Ishhh bocor bangett sihh jadi orang.' Sementara yang ditatap hanya merespon dengan mata terbuka lebar serta mengangkat kedua bahunya. Tidak peduli.

Brian segera mengambil alih, "Dewo kenapa sih sama gue?" nadanya dibuat se-drama mungkin. "Anyway, stay tune terus, ya! Part gue bakal diupload ASAP! Hahahaha."

***

All I've got right now is this voice I sing for you.

I don't know, if this can make you feel like it's all good.

Brian bergumam, lagu mellow terdengar dari earphonenya yang terlepas. Tangan kanannya sibuk dengan beberapa lirik lagu yang berhasil ia terjemahkan dengan sesederhana mungkin. Sesuai dengan suasana hatinya, dan juga memori yang selama ini ia kunci rapat-rapat.

Satria hanya menatap lamat-lamat Brian dari dapur. Sekarang, anak itu sedang berkutat sambil sesekali melepaskan earphone dan mengembuskan napasnya kuat-kuat, seakan ada beban yang disembunyikan dengan rapi oleh Brian.

Brian merupakan personel yang paling heboh dan jenius. Sebagai anak tunggal, Brian sempat susah beradaptasi dengan personel lainnya, namun, yang Satria dapat lihat dan rasakan, Brian seakan mendapatkan sebuah harta karun yang mungkin tidak akan pernah mau dirinya tukar dengan apa pun. Anak tunggal itu mendapatkan dua kakak dan dua adik sekaligus.

Melihat Satria yang menatap lekat-lekat Brian di teras, membuat Jae ikut-ikutan memandang juga. Dalam hening, mereka seakan berkomunikasi, sampai akhirnya, Jae jengah dengan keheningan yang entah siapa yang membuatnya. "Project ini beneran sentimental." tangannya sibuk membuka kulkas dan mencari camilan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SOUNDTRACKWhere stories live. Discover now