1

244 21 2
                                    

[Disha POV]

"DISHAAAA, kurang ajar lo! Keluar cepet atau lo enggak jajan sebulan!"

"Disha, woy sialan! Keluar enggak?!"

Harry Edward Styles, si rambut keriting yang setiap hari kerjanya marah-marah terus terutama pada aku, kini tengah berteriak begitu murka.

Aku tengah mandi di siang menjelang sore ini, sebab udara Los Angeles cukup membuat kulitku lengket karena keringat. Dan tentu suara Harry tak bisa aku dengar jelas karena bisingnya shower.

"Buka, sat!" Harry menggedor-gedor pintu seolah dia tak sabar menunggu antrean berak.

"APA SIH, HARRY?" teriakku tersulut emosi.

"LO YANG MUTUSIN SENAR GITAR GUE, YA?" Harry tak mau kalah. Lelaki yang akrab aku panggil Hazza itu balik teriak.

"APA? ENGGAK DENGER GUE." Lagi-lagi aku teriak sebab suara air dari lobang-lobang shower benar-benar mengganggu.

"MATIIN DULU SHOWER NYA, OON!!" bentak Harry.

Iya juga.

Di sini aku merasa bodoh sebab tak terpikirkan untuk melakukan suatu hal yang semestinya aku lakukan.

Sudahlah.

Alhasil aku langsung mematikan shower sebab acara mandi serta konser OTRA TOUR sudah usai. Dan aku buru-buru keluar karena curut got di depan kamar mandi sudah marah-marah seperti ibu kos.

"Apa, Haz?" tanyaku santai sambil menjepit rambut menggunakan jedai milik Harry.

Dia gondrong. Jadi, maklum jika aku sering meminjam jepit miliknya atau terkadang kita lebih sering mutualan.

"Lo yang mutusin senar gitar gue?"

Ya ampun sumpah ini muka abang gue kenapa serius banget udah kayak mau ijab kobul.

"Jawab, nyet!" Dia membentak seolah aku bukanlah saudara satu rahimnya.

Aku menunduk sambil mencerna pertanyaannya dan mencari-cari jawaban yang pas. Meski wajah Harry sudah memerah seperti ditonjok Ryan Garcia.

"Gini, Mas. Sorry sorry aja, ya. Gue tuh enggak pernah pegang barang-barang lo. Jadi mana mungkin gue rusakin senar gitar lo? Liatnya aja males apalagi pegang-pegang."

Harry diam. Aku diam.

"Gue kasih lo waktu lima menit buat mikir," kataku akhirnya.

"Kali aja lo dendam gara-gara kemarin enggak gue kasih uang jajan."

Oh iya. Dua dari yang lalu Harry tega tidak menafkahiku sebab aku iseng membuka ponsel miliknya dan menelepon salah satu mantannya.

Kendall Jenner. Mbak-mbak supermodel itu padahal tidak merasa salting atau apa pun saat telepon tersambung. Namun, Harry tetap merasa gengsi dan berakhir membuatku hampir mati kelaparan.

Sangat jahat.

Padahal gue cuma becanda.

Siapa tau balikan.

"Gue minta jajanin Nayell dong, wle," kataku sambil menjulurkan lidah.

Iya, Niall Horan. Sohib satu band-nya yang sangat baik padaku. Diam-diam aku men-DM Niall untuk meminta beberapa ratus dolar untuk jajan selama Harry mendzolimiku.

Dan kabar baiknya, Niall langsung mentransfer nominal yang aku minta dengan sangat mudah. Memang, Mas-mas Irlandia berwajah bayi enam bulan itu begitu loyal. Lebih-lebih aku sudah dianggap seperti pacar sendiri.

Why Don't One Direction? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang