5

90 9 8
                                    

Harry POV

Hari ini aku ada jadwal bersama Why Don't We. Iya, man band yang sedang naik daun di kalangan anak muda.

Aku mendapat tawaran dari salah satu label untuk bekerja sama dalam pembuatan lagu baru untuk mereka. Karena tak ada jadwal tour, aku menerimanya tanpa pikir panjang.

Jadi, sore ini aku harus cepat-cepat pergi ke studio untuk bertemu mereka. Jujur, aku belum hafal dengan nama dan wajah para member. Kecuali Corbyn. Iya, sepupu Louis Tomlinson yang pernah berpacaran dengan Disha.

Outfit check dulu deh di depan cermin.

Aku mengenakan pakaian kasual, tapi look-ku yang tampan tidak menutupi apa pun untuk terlihat keren di tubuhku. Sweater hitam dengan celana bahan warna senada jadi pilihan. Lengkap dengan sneaker putih juga kacamata hitam. Aku siap membuat semua cewek histeris di jalanan.

Tiba-tiba aku melihat Disha muncul dari balik pintu. Wajahnya tampak kusut dan rambutnya acak-acakan. Dia tidak excited sama sekali saat melihatku.

Kasian, gini banget ya sekolah di LA?

“Sha, lo sehat?” tanyaku iba. Bibirnya tak yang dipoles lipstik membuatnya seperti penderita tipes.

“Capek banget, Haz, sumpah. Mabok gue sama pelajaran tadi.”

Sungguh ironi. Cewek lemah yang doyan rebahan memang akan lebih struggle saat mendapat cobaan. Sebab hidupnya tak pernah sekeras ini.

“Aduh, udah ya gue mau istirahat dulu,” katanya menerobos tubuhku ketimbang  bermanja kemudian mengomentari aku dengan mulut bawelnya.

“Wah sayang banget, padahal gue mau ngajak lo,” kataku menghentikan langkah kakinya.

“Ke mana?”

“Ke studio, bikin lagu.”

“Ogah!”

Hmm. Sebenarnya aku ingin mengajak Disha agar dia bisa bertemu Corbyn. Ya, aku tahu dulu Corbyn memang meninggalkan Disha dari London Ke LA.

Aku pikir pertemuan mereka bisa menjadi titik terang bagi keduanya. Karena aku yakin jika sebenarnya mereka masih menyimpan rasa. Aku sebagai kakak tentu ingin melihat adikku bahagia.

Tapi, ya sudahlah. Disha terlihat lelah dan aku tidak ingin mengganggunya.

“Ya udah. Jangan lupa mandi, makan, terus istirahat. Jangan main HP mulu! Enggak ada yang ngechat juga, kan?” kataku mengusap rambutnya.

“Sialan lo Heriyanto!” Kekacauan di wajah Disha makin terlihat saat aku mengejeknya begitu. Haha, lucu juga.

“Jangan tidur kemaleman kalo gitu.” Aku segera mencium keningnya lalu pamit pergi.

***


Corbyn POV

30 menit lagi aku akan bertemu Harry, kakak kandung Disha. Kakak dari cewek yang pernah aku tinggalkan ke LA demi cewek matre seperti Lauren.

Sialnya, hati ini tidak bisa tenang. Seperti ada setumpuk rasa bersalah yang terus membuat wajah Disha terbayang-bayang di kepala. Dan jujur, sekarang aku memang menyesal telah meninggalkannya.

Harusnya sekarang aku merasa gugup karena akan bertemu Harry. Idolaku, someone who I look up to, dan sosok yang paling membuatku menggebu-gebu untuk terjun ke dunia musik.

Sayangnya perasaan itu melebur seiring otakku yang terus berputar pada satu nama, Disha.

Apakah Harry akan menyinggung soal hubunganku dengan Disha nanti? Atau dia justru akan langsung menonjok pipiku setelah melihat wajah ini nongol di depan matanya?

Why Don't One Direction? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang