8

80 8 5
                                    

Disha membuka matanya perlahan, terlihat remang remang sebuah ruangan serba monokrom.

Kepalanya sedikit pusing, ia mencoba untuk bangun ketika menyadari bahwa ia berada di tempat yang asing.

Ia terkejut ketika mendapati dirinya tertidur pada kasur king size berwarna abu abu dengan gaya yang kekinian.

Ia juga terbangun dengan hoddie berwarna merah yang kebesaran, terlihat tubuh mungilnya yang tenggelam dalam hoddie tersebut. Ditambah dengan jari jari tangannya yang juga ikut tenggelam.

Disha menyipitkan pandangannya, melihat pada sekeliling. Mencoba membuka matanya lebar lebar dan menepuk pipinya seolah ingin menyadarkan bahwa ini memang bukan tempatnya.

"Astaga gue dimana? Ini bukan kamar gue."

Disha masih kebingungan, "apa gue diculik? Ahhhh harry tolongin gue!!!"

Disha mencoba untuk mengingat sesuatu, Corbyn.

Astaga Disha ingat sesuatu, ia baru saja bertemu Corbyn. Dan selanjutnya, ia tak ingat lagi.

Disha meraih tasnya yang ada di meja, mencoba untuk mengambil hanphone nya dan menghubungi harry.

Ah bukan harry, dia jahat. Bagaimanapun Disha terluka.

Disha mengurungkan niatnya untuk menghubungi Harry, ia bingung harus menghubungi siapa.

"DANIEL!!"

Bukan Daniel yang akan ia hubungi setelah memutuskan untuk tidak menghubungi Harry. Tapi sebuah figura besar menempel pada dinding dengan foto Daniel didalamnya membuat Disha meneriaki namanya.

Astaga,

Foto ukuran besar tersebut menampilkan wajah daniel yang begitu tampan dengan brown hair nya. Tak ketinggalan juga dengan kaos oversize yang menjadi ciri khasnya.

Disampingnya juga terdapat sebuah foto album '8 Letters'.

Astaga ada wajah corbyn.

Itu artinya Disha tidur di kamar Daniel?

Pintu terbuka, menampilkan seorang cowok tinggi dengan celana jeans nya yang sobek.

Oh iya, ia membawa nampan dan segelas susu.

"Udah bangun lo?"

Disha menatap ketus ke arah Daniel seolah Daniel telah melakukan kesalahan besar.

Daniel melihat sekeliling lalu kembali menatap Disha, "lo kenapa dah?"

"Lo apain gue, bambang? Kenapa gue tidur di kamar lo?" disha memasang wajah galaknya agar Daniel takut, tapi nihil.

Daniel hanya tertawa geli,

Disha bingung kenapa anak ini tidak ada takut takutnya, padahal disha sudah memasang wajah semenyeramkan mungkin.

"Ga lucu ya, dane. Terus ini kenapa lo gantiin baju gue?"

"... Lo macem macemin gue kan?"

Daniel semakin terpingkal, ia hampir saja menjatuhkan nampannya.

"Aduh, gini." daniel membenarkan posisinya dan meletakkan nampan beserta gelasnya di atas meja.

"Lo pingsan, disha. Karena gue gatau rumah lo jadi gue bawa kesini."

Disha masih diam, sedikit ragu.

"Masa gue diemin cewek cantik pingsan disekolah? Kan sayang." ucap Daniel lirih.

"Hah apa?"

"Tadi lo pingsan emang, terus gue bingung mau gue bawa kemana. Yaudah gue bawa kesini."

Why Don't One Direction? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang