4

106 11 9
                                    

08.05

“WHAT THE FUCK, JACK AVERY U ANNOYED ME!”

Corbyn Besson, cowok tinggi dengan rambut blonde tengah sibuk mengomeli rekannya, Jack—cowok berkalung rantai dengan seragam acak-acakan.

“Apa, sih? Gue mulu heran,” keluh Jack sebal.

“INI KALO TADI MALEM LO ENGGAK NGAJAK MAIN PS, ENGGAK BAKAL DEH KESIANGAN. DAN ENGGAK BAKAL KITA DIHUKUM KAYA GINI, SETAN!”

Jack melempar asal sapu yang sedari tadi ia gunakan untuk membersihkan perpustakaan. Matanya nyalang, membalas bagaimana Corbyn seenak jidat menumpahkan kesalahan padanya.

“LO YANG SANTAI DONG, PAKE NGATAIN GUE SETAN LAGI. NGAJAK RIBUT APA GIMANA SIH LO HAH?!?!”

Jack tentu murka. Sebagai preman IPS yang sering berurusan dengan guru BK, ia tak akan diam saja jika ada yang menginjak-injak harga dirinya.

“LAH AYO GUE JABANIN. ENGGAK TAKUT GUE SAMA LO!”

Akhirnya Corbyn mendekat, mencoba untuk mengawali pertarungan mereka. Dan Jack jelas tak mau kalah. Kini ia juga maju, mencoba menyeimbangkan tinggi badannya agar setara dengan Corbyn meski hasilnya nihil.

“HAHA. LO KALO MAU BERANTEM YANG SOPAN DIKIT DONG!” cibir Corbyn mengamati postur tubuh Jack yang mini.

“NAPA EMANG?” tanya Jack bingung.

“BERDIRI, ANJG! HAHAHAHA.”

“BABI LO NGATAIN GUE PENDEK?! UDAH BIN KALO GINI KITA GELUT AJA ENGGAK USAH TEMEN-TEMENAN DAH KITA.”

“SIAPA TAKUT—”

“YA GITU TEROOOS BERANTEM TEROSS, TONJOK TONJOK! SLEDING PALANYA AYO TERUSS!!”

Baru ingin saling melayangkan bogem, aksi mereka sudah ketahuan oleh guru Fisika—sebut saja Bu Mawar.

“KE RUANG KEPSEK SEKARANG!” titah Bu Mawar gemas.

***

Corbyn POV

“Enggak abis pikir gue sama lo berdua.” Jonah Marais menenggak air mineral dalam botol hingga sisa setengah, kemudian menatapku dan Jack secara bergantian.

“Setuju, Bang Jon.” Zach menyahut sambil mengunyah kacang.

Jack justru tertawa setelah Zach memanggil Jonah dengan sebutan Bang Jon. Amat sangat batu Si Jack sebab dihukum dan berurusan di ruang BK LAGI tak membuat suasana hatinya berubah. Berbeda dengan mood ku yang sudah sangat hancur.

“Udah Bin, enggak usah kesel gitu kan masalahnya udah kelar,” kata Jonah.

“Takut gantengnya luntur pasti, gegara nyapuin perpus.”

Si Jeki emang ga enak banget kalo ga ngatain gue.

Aku sudah terlampau lelah dengan Jack. Emosiku masih terpendam pada curut got itu. Bagaimanpun, Jack yang membuat kami berurusan lagi dengan guru bimbingan konseling.

“Woy, Daniel! Main HP mulu lu anjir enggak denger bacot lu samsek.”

Jeki kalo ga maki orang lidahnya gatel.

“Orang ganteng diem, bacot, salah mulu heran,” balas Daniel sambil mengerling.

Di sini aku baru melebarkan senyum saat emosi Daniel bisa aku rasakan.

Emang ya lu Jek.

“WAH LO LAGI CHATTINGAN SAMA AYANG GUE YA? WAH PARAH PARAH.”

Zach dengan suara toa masjid langsung merampas paksa ponsel Daniel. Namun, gagal terjadi sebab Daniel sudah mengelem jemarinya dengan ponsel tersebut.

Why Don't One Direction? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang