gombalan dipagi hari // sebuah kisah untuk dinda

2.5K 50 11
                                    

Mobil berhenti didepan gerbang sekolah. Sekolah Nampak sepi, tetapi Dinda tidak lagi telat seperti kemarin. Namun, hanya hujan yang mengguyur ibu Kota yang mungkin membuat para siswa tidak berkeliaran kesana kemari. Hanya berdiam diri di kelas. Terlihat ada seorang anak laki-laki yang tubuhnya mulai basah,karena tak ada pelindung diri dari hujan.
"hey, sini bareng gue. Hujan deres banget nanti lo sakit." Teriak Dinda karena jaraknya lumayan jauh dan factor suara hujan deras. Dinda harap Nathan mendengar suaranya yang menawarkan diri untuk menolongnya dari hantaman air hujan.
Lantas Nathan berlari menuju Dinda untuk melindungi dirinya dari air hujan yang mengguyur dirinya.

"makasih ya." Kata Nathan berterimaksih pada Dinda yang sudah memberi tumpangan payung. Dinda hanya menganggukkan kepalanya menandakan ucapan terimakasih diterima.

Nathan melihat name-tag Dinda lantas membacanya "Dinda-Saphira-Ayuna"

Sontak saja sang pemilik nama tersebut menoleh kearah Nathan.

"Ngapain sih nath?" tanya Dinda yang mulai tak nyaman. Dinda ingin segerah sampai ke kelasnya. Hingga ia mempercepat langkahnya. Diikutu Nathan yang menyeimbangkah langka kakinya dengan Dinda.

"jangan buru-buru gitu! Bel masuk masih lama. Biasa aja ekspresinya! Saya Cuma baca nama kamu, bagus. Soalnya dari kemarin, saya pingin tau nama kamu." Kata Nathan.

"itu gue lupa, gue belum ngerjain pr gue." Jawab dinda gugup.

"masak sih? Saya liat muka kamu bukan tampang-tampang kayak gitu?"
"kelas gue udah deket. Nanti kalau gue udah sampek, bawa aja payungnya gapapa. Tapi nanti balikin, itu punya mama gue bukan punya gue!" Dinda mengalihkan topik.

"kalau ngomong liat muka dong! Kenapa? Takut jatuh cinta ya sama saya? Secara saya kan ganteng." Goda Nathan.

"kalo ke-pd an jangan setinggi langit. Jatuh ke bumi tau rasa lu!" kata Dinda yang sudah muak dengan Nathan yang selalu memuji dirinya sendiri.

Tetapi, memang jika dilihat-lihat, Nathan memang tampan sama seperti pujiannya. Rambut tipikan anak sekarang, ditambah jaket denim warna biru laut, badan anak basket banget, dan hidung yang sempurna menambah nilai plus-plus untuk Nathan. Tapi, tetap saja Dinda merasa rishi dengan pujian-pujian yang Nathan lontarkan untuknya. Terlalu berlebihan, hiperbola.

"gak mungkin saya jatuh ke bumi, sebelum saya jatuh pastinya kamu nolongin saya. Waktu tadi saya kena hujan aja kamu peduli sama saya. Lebih tepatnya, mungkin saya jatuh di hati kamu."

"gila ya lu!" kata Dinda lantas berlari meninggalkan Nathan yang masih berdiam diri memandangi punggung Dinda yang mulai menjauh dan senyum kecil terukir diwajahnya.

"iya, tergila-gila sama Dinda!" setengah berteriak karena, dilihatnya Dinda yang mulai menjauh.

-*-*-

"gile, Nathan yang ganteng nan keren incaran ciwi-ciwi, ternyata lembek juga ternyata? Payungnya lucu juga Nath Hello Kitty. Beli dimana?"

Nathan baru sampai dikelanya lantas disambut dengan ejekan Adit yang melihat payung bergambar karakter perempuan yang dibawa Nathan.

"resek lu! Bukan punya gue ini anjrit!" celetuk Nathan.

"punya sape Nath?" tanya Beni.

"Dipenjemin Dinda. Tadi gue kehujanan, dia beri gue tumpangan."

"Dinda yang cantik?" tanya adit

"Iya, dia cantik. Cantik luar dalem. Tapi gue gak tau tipikal cewek cantik dimata lo kayak apa. Yang gue tau Namanya, Dinda Saphira Ayuna. Terus payungnya punya mamanya, harus dibalikin katanya." Jelas Nathan.

Mendengar penjelasan Nathan, menimbulkan siulan-siulan kecil dari bibir Beni. Karena apa? Dulu Adit sempat mendekati Dinda, karena sudah diketahui Dinda sangat cantik walau tak berpoles make up diwajahnya dan pinter pula. Siapa sih yang gak mau sama Dinda? Tapi nyatanya banyak laki-laki yang belum bisa menaklukkan hati Dinda, Adit salah satunya. Adit selalu membuat puisi-puisi pemikat hati mepada Dinda namun, nyatanya? Hati Dinda tak tergerak pun membalas cinta Adit.

"gimana dit? Ada saingan baru nih?" kata Beni dengan bersiul-siul kecil, membuat Nathan memutar bola matanya malas.

"gimana kalau kita bikin taruhan ya gak? Yang bisa taklukin hatinya Dinda, gue traktir satu bulan?" usul Beni yang membuat nathan kesal. Walaupun ia anak nakal, ia tak suka mempermainkan perempuan, apalagi menyangkut hati.

"gue gak ikut. Sebangsat-bangsatnya gue, gue masih menghargai yang namanya perempuan. Apalagi menyangkut hati. " kata Nathan.

"tau ni Beni." kata adit sambil menjitak kepala Beni.

"lo gatau sih, rasanya ditinggal pas lagi sayang sayangnya. Masak iya harga diri cewek disamain sama makan bakso selama 1bulan, gratis lagi. " kata Adit.

Sedang malas dengan pembicaraan teman temannya kali ini, nathan pergi kebelakang sekolah untuk sekedar santai santai atau merokok.

|____________________________________|

Hallo apa kabar?
Maaf jarang update
Part ini sudah saya revisi
Setelah saya unpublis satu bulan
Silahkan dibaca kembali..
Jangan lupa vote <3

Terimakasih

Sebuah Kisah Untuk DindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang