Mentari telah terbit dari ufuk timur. Sinarnya menembus jendela kaca rumah Dinda. Gadis itu tidak terbangun dari tidurnya. Ia tidak bisa tidur semalaman, karena ia bingung harus memberikan jawaban apa pada Nathan. Tenang, tidak perlu khawatir. Hari ini hari minggu, Dinda tak akan telat pergi ke sekolah. Bisa saja ia akan tidur seharian, jika Ibunya tidak membangunkannya untuk bersiap-siap, karena si penunggu jawaban sudah datang.
"Dinda, bangun sayang! Teman kamu dari tadi udah nungguin kamu loh di bawah." kata Ranti, ia membuka gorden cendela kamar Dinda, agar sinar mentari lebih masuk ke dalam, dan membangunkan si pemilik kamar. Namun Dinda tak kunjung bangun, malah menyelimuti tubuhnya agar tak terkena sinar mentari pagi.
"Dinda.. kasian si tampan nungguin dari tadi"
Mendengar ucapan ibunya, Dinda reflek terbangun dari tidur nyenyaknya. Dinda berfikir, siapa orang di balik nama si tampan itu. dinda lantas turun ke ruang tamu untuk melihat si tampan itu. Dinda berhenti mengamati wajah laki-laki tampan itu.
"bangun tidur aja cantik." celetuk Nathan yang melihat Dinda yang sedang mengamatinya.
"jadi, lo si tampan kata mama?"
"kata semua orang juga"
"gue enggak!"
"untuk detik ini."
"selamanya!"
"selama apa? selama saya mencintai mu? atau selama kamu memberi jawaban pada saya?"
Hening, Dinda terpaku mendengar pertanyaan dari Nathan. Dinda masih ragu apakah Nathan benar-benar suka padanya atau hanya penasaran saja. Nathan tak tergerak sekalipun untuk berhenti mengejar Dinda. Padahall, Dinda tak pernah menghiraukan Nathan. Namun, melihat usaha perjuangan Nathan, hati Dinda mulai tergerak untuk memberi Nathan peluang masuk ke dalam hidupnya. Perihal masalah hati memang Dinda sangat pemilih. Ia tak mau kejadian buruk di masalalunya kembali hadir merusak kembali hatinya yang mulai kembali pulih.
"udah belum liatin saya?" kata Nathan yang membuyarkan lamunan Dinda.
"gue mau mandi tungguin di sini!"
"kalo ikut gabole ya?"
"apaan sih Nath, jorok!"
"gausa mandi tetep cantik kok" kata Nathan dengan suara berat dinginnya dan senyum kecil tercetak di bibirnya.
"lo suka gue karena cantik?" tanya Dinda
"hanya pujian jangan tumbang"
-*-*-
Sudah lama Nathan menunggu Dinda di ruang tamu. Ranti melihat Nathan yang mulai bosan. Dari tadi Nathan hanya memaikan ponsel yang ia genggam. Segera Ranti menemui Dinda memastikan apakah ia sudah siap untuk menemui Nathan.
Di kamar Dinda.Sebenarnya Dinda sudah siap dari tadi. Tidak memakai baju tidur, rambut rapi, wajah yang sudah bersih, dan wangi. Tetapi Dinda masih ragu untuk turun menemui Nathan. Ia masih bingung apa yang harus ia katakan pada Nathan. Dinda mendengar suara langkah kaki yang ia tebak akan menuju kamarnya.
tok tok tok
"Din, belum siap juga? teman kamu dah nungguin dari tadi loh. Kasian dia. cepetan turun!" seru Ranti.
"iyaa ini mau turun"
-*-*-
"soryy lama" kata Dinda yang menghapiri kursi di sebelah Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah Untuk Dinda
Fiksi Remaja"Gimana bisa mengungkapkan perasaan melalui kata-kata, kamu aja cuek banget. Padahal saya cuman bisa nyampein perasaan ini melalui kata" -Nathan Arda Keena