Part 6

103 5 0
                                    

Keesokan harinya, mamah dan ayah mengajak aku untuk pergi ke Pak Ustadz.

Sesampai ditempat Pak Ustadz, aku dicek...

" gimana Pak ? " tanya ayah ke Pak Ustadz
" oh.. Ini anak bapak kemasukan jin, pak " ucap Pak Ustadz

Tersontak aku, mamah dan ayah terkejut mendengarnya.

" apa Pak ? " tanya mamahku dengan kaget
" iya bu, tapi alhamdulillah jinnya sudah keluar dari tubuh anak ibu " ucap Pak Ustadz
" alhamdulillah " ucap mamah, aku, dan ayah secara bersamaan
" terima kasih ya Pak, ini ada sedikit buat bapak " ucap ayahku sambil memberi sebuah amplop
" iya sama - sama Pak, saya juga terima kasih banyak, semoga anaknya baik - baik saja " sahut Pak Ustadz

Setelah dari tempat Pak Ustadz, kita pergi ke rumah makan, dan disana aku bertemu dengan teman lamaku, yaitu Iqbal. Dia menyapa aku dan orang tuaku.

" eh.. Amira, Assalamu'alaikum, om dan tante " ucap Iqbal
" wa'alaikumsalam Iqbal, gimana kabar kamu sekarang ? " jawab ayah dan mamah
" alhamdulillah om, tante, aku baik - baik aja, om sama tante gimana ? " ucap Iqbal
" alhamdulillah om sama tante baik - baik aja Bal " ucap ayah
" oh ya, kamu apa kabar Amira ? " tanya Iqbal kepadaku
" alhamdulillah aku baik " ucapku
" oh, syukurlah, ya sudah om, tante, aku duluan ya, sudah ditunggu orang tuaku didepan " ucap Iqbal
" iya, hati - hati ya Bal, salam juga buat mamah sama papah kamu " ucap mamah
" iya tante, assalamu'alaikum " jawab Iqbal dengan mata menuju ke arahku

Setelah Iqbal pergi, mamah dan ayah membicarakan ke sopanannya dan ingin aku dengannya. Aku tau Iqbal adalah anak yang sopan kepada orang tua, tapi aku tidak bisa menerimanya walau dia sudah berkali mencoba menembak aku untuk menjadi pacarnya, karena aku hanya bisa menganggap dia sebagai sahabat aku. Aku gak mau persahabatan aku dengan Iqbal menjadi hancur karena percintaan, makanya aku menolaknya. Dan aku berusaha untuk meyakinkan orang tuaku bahwa aku hanya bisa menjadi sahabatnya.

Setelah pulang dari rumah makan, aku beristirahat sejenak sampai adzan ashar. Setelah aku terbangun dan melaksanakan sholat ashar, aku membuka hp ku, dan ternyata terdapat beberapa pesan.

*dari grup ekskul
Ka Lucy : Amira, Dinda, Ferel kalian jadi sebagai calon ketua ekskul ya
Ka Cintiya : wah hebat, semangat ya !!!
Dinda : iya siap ka, makasih ka
Ferel : iya ka, thx
Ka Lucy : besok kalian temuin saya ya, ada yang ingin saya sampaikan
Dinda : baik ka
Ferel : siap ka, dimana tempatnya ?
Ka Cintiya : di taman, pas pulabg sekolah
Ferel : ok ka
Dinda : iya ka

Aku kaget membacanya, tapi aku harus menerimanya karena ini adalah takdir yang Allah kasih kepadaku. Setelah aku membaca pesan dari grup, terdapat 1 pesan lagi, dan itu dari Yusuf dan Ahmad. Lagi dan lagi aku dibuat terkejut oleh sikap mereka.

*pesan dari Yusuf
Yusuf : Amira
Yusuf : kamu kepilih jadi calon ketua ekskul kamu ya ?
Aku : iya, tau dari mana ?
Yusuf : dari mana aja boleh
Aku : males aku sebenarnya
Yusuf : kenapa ? Itu kan bagus
Aku : aku itu gak layak buat jadi calon
Yusuf : layak kok, aku dukung 100%
Aku : dih apaan sih, saingan aku itu lebih bagus dari aku
Yusuf : aku dukung lagi 1000%
Yusuf : gak ada yang gak mungkin dimata Allah
Aku : iya deh
Yusuf : semangat amira
Aku : iya makasih, semangat juga

*pesan Ahmad
Ahmad : amira
Ahmad : kamu kepilih jadi calon ketua dikelas kamu ya ?
Ahmad : selamat !!!
Ahmad : semangat ya !!!
Aku : iya makasih Ahmad, semangat juga

Sikap mereka membuat aku bingung, karena mereka secara tiba - tiba memberiku semangat. Aku berusaha untuk tidak baper kepada mereka. Tiba - tiba adzan maghrib berkumandang, aku kaget karena aku belum mandi. Aku terpaksa hanya ganti baju, cuci muka, dan sikat gigi agar mamah tidak tau kalau aku belum mandi. Setelah sholat maghrib aku ke bawah untuk makan malam bersama.

Ketika sedang menyiapkan makan, tiba - tiba tanteku datang dan menitipkan anaknya, karena dia ingin pergi ke apotik. Lalu, kita makan bersama dengan sepupuku yang masih kecil.

" wah mantap nih makanannya " ucap kakak
" iya dong, siapa dulu mamah gitu " ucap ayah
" udah makan aja, aku udah laper banget nih " ucap aku
" iya udah, hayuk makan " ucap mamah
" tante, ini tulang apa tante ? " ucap sepupuku sambil menunjuk ke sebuah tulang ayam
" itu tulang rawan " ucap mamahku
" rawan apa tante ? " tanya sepupuku lagi
" rawan kecelakaan " sahut mamahku

Sontak kami semua yang ada dimeja makan tertawa mendengar jawaban mamahku. Lalu kakakku menyahutinya.

" gak gitu juga mah " ucap kakakku
" dih bener dong mamah, itu ayam kalau nabrak yang ada didepannya pasti yang bakal patah atau gimana tulang rawannya, karena terlalu lembut " sahut mamah
" iya juga sih, kalau manusia kan tulang kering ya " sahut aku
" lah mana bisa begitu " ucap kakakku
" bisalah " sahut mamah
" kata siapa mah ? " tanya kakakku
" kata mamah barusan " jawab mamahku
" iya sih gak salah " jawab aku sama kakakku

Seketika meja makan ramai dengan canda gurau. Dan akhirnya makan malam pun selesai, sepupuku dijemput oleh mamahnya. Aku dan kakakku pergi ke dapur karena ingin membuat dailymask.

Amira NatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang