chapter 1

17 2 0
                                    

Summary: apa yang ada dipikiranmu ketika mendengar kata 'Abnormal'??

...

Guyuran hujan semakin membasahi tubuh seorang gadis yang tengah meringkuk, memeluk kedua lututnya dibawah sebuah pohon Ek. Jumlah daun yang banyak dan lebat di pohon itu, tetap saja masih tak dapat menghalau lebatnya guyuran hujan sore hari dimusim Tsuyu, musim hujan di penghujung musim semi. Pakaian serba hitam terlihat semakin lengket ditubuhnya, menampakkan lekukan tubuh yang masih beranjak remaja itu. Tidak ada yang tahu sudah berapa lama ia berada disana dan bahkan gadis itu sendiri sama sekali tak berniat untuk segera beranjak dari sana. Tubuh yang bergetar dan bibir yang hampir membiru akibat dingin yang semakin menusuk kulit sama sekali tak dihiraukannya.

Beberapa menit yang lalu acara pemakaman sang ibu baru saja selesai. Orang yang paling berharga, penting, bahkan segalanya baginya kini telah meninggalkannya. Dan satu hal yang paling menyakiti hati terdalamnya adalah dialah penyebab kematian sang ibu. Gadis yang sedang menangis hebat ditengah guyuran hujan itu berusaha menahan rasa sakit yang teramat dihatinya. Sakit, rasanya sangatlah sakit. Berbagai macam pertanyaan 'Kenapa...? Kenapa... Dan kenapa.' terus terniang dipikirannya. Namun, dari semua pertanyaan itu... Ia hanya ingin bertanya pada Tuhan. Kenapa ia diciptakan seperti ini??... Dan kenapa semuanya berakhir seperti ini??!

Rasa bersalah yang terus-menerus menghantui perasaan dan jiwanya yang terguncang membuatnya semakin tak fokus. Dan cara terbaik untuk menghilangkannya adalah melawannya dengan hal yang serupa. Setidaknya itulah pemikiran pendek yang terlintas diantara rasa bersalah yang terus saja menghantuinya. Tiba-tiba saat rasa bersalah yang semakin menjadi itu berubah menjadi kepribadian lain dan semakin menyalahkannya, gadis itu mulai meremas kuat kedua sisi rambutnya. Sakit, rasanya benar-benar menyakitkan seluruh pikiran, perasaanya bahkan... Iapun langsung berteriak nyaring sembari menghantamkan kepalanya pada batang besar pohon Ek didekatnya dengan seluruh sisa tenaganya. DUGH!!

Setidaknya membuatnya tak sadarkan diri akan membantu kepribadian itu menghilang sesaat, kan??

Rasa sakit dikepalanya mulai berdenyut hebat dan mulai mengikis kesadarannya secara perlahan. Hingga tiba-tiba keinginannya terkabulkan. Tubuhnya semakin lemah, pandangannya mulai mengabur, buram dan semakin menggelap. Semuanya terlihat berputar dan satu persatu panca inderanya mulai kehilangan kemampuannya. Pingsan memang pilihannya saat ini... Tapi jika masih memiliki pilihan, bolehkah ia memilih untuk menyusul sang ibu??...

Brugh!!!--tubuh lemah itu langsung jatuh begitu saja ke belakang. Gelap... Akhirnya, semuanya menjadi gelap dan hanya kegelapan yang menyelimutinya. Tak ada nasi yang telah menjadi bubur, baginya... hanya akan ada bubur di dalam hidupnya. Tak ada satu pun beras yang dapat diselamatkan. Tidak ada lagi hal yang bisa disesali. Tubuh tak sadarkan diri itu pun tak lebih dari mayat tanpa nyawa yang tertutup hujan deras.

***

Matahari perlahan menampakkan wujudnya, cahayanya masuk disetiap celah yang dapat dijangkaunya, jendela, ventilasi udara, bahkan kain tirai tipis berwarna putih itu. Saat angka-angka bersinar berlatarkan gelapnya jam digital berganti menjadi 07:00, suaranya mulai terdengar gaduh. Tak ingin kalah dengan datangnya cahaya matahari. Cahaya matahari dan suara deringan jam, siapakah yang lebih cepat membangunkannya? Cahaya...? Suara...? Aku tak perduli...

Dengan tekanan halus bunyi jam itupun berhenti. Tangan seputih susu yang sempat menekan tombol jam itupun kembali masuk ke dalam hangatnya balutan selimut di pagi musim gugur yang terasa dingin ini. Tak lama kemudian pemilik tangan itupun menampakkan wajahnya, terbangun dari pembaringannya. Perlahan matanya terbuka menampilkan lensa sewarna abu rokok, berkedip-kedip masih berusaha menyesuaikan cahaya yang menyerangnya. Setelahnya dengan sedikit menguap dan renggangan kecil ditubuhnya seseorang bergender perempuan itu pun bangkit dari tempat tidur single bed miliknya. Dengan rambut yang tergerai acak-acakan dan tatapan yang terlihat datar, gadis itupun berjalan keluar dari kamarnya menuju ke kamar mandi, bersiap membersihkan tubuhnya.

AbnormalWhere stories live. Discover now