Berjalan-jalan di keramaian kota yang bahkan hampir tak pernah tidur seperti Tokyo bukanlah kebiasaan gadis anti sosial seperti Hatsune. Ya, tadinya ia tak berniat keluar... Hanya saja, ia bukanlah orang yang suka menyimpan makanan instan apapun diapartemennya dan entah karena apa, ia ingin sekali mencoba ramen instan. Dan Hatsune ingat ia pernah melihat mesin ramen instan beberapa blok dari apartemennya saat pulang menggunakan bus sehari-hari.
Gotcha!--iapun menemukannya, mesin-mesin seperti ini memang bukanlah hal yang sulit dicari di negara robotik seperti Jepang. Memasukkan beberapa lembaran Yen dan menekan tombol untuk memilih rasa Ramen yang diinginkan... Taraaa! semangkuk Ramen instan keluar dari box besar itu, lalu Hatsune pun tak lupa menyeduh Ramen itu dengan mesin air panas yang juga telah disiapkan tepat disebelah mesinnya. Tak sampai menunggu lama Ramen pun siap disantap, dan dengan asap yang masih mengepul diatasnya. Menemukan bangku kosong yang terletak tak jauh darinya, Hatsune pun memilih untuk duduk sendiri menikmati ramen spesialnya disana.
Hari memang telah beranjak malam, jam-jam sibuk juga sudah terlewati. Namun, kesibukan kota belum juga berakhir dikota besar ini. Posisi duduk yang berada di ujung perempatan membuat Hatsune dengan jelas dapat melihat kesibukan kota Tokyo. Sembari mengunyah makanan tak sehatnya, Hatsune juga menikmati pemandangan meriah dihadapannya. Perayaan Shubun Matsuri yang berada di seberang posisinya belum juga berakhir, bahkan terlihat lebih ramai. Namun, tiba-tiba pengelihatannya menangkap sesuatu yang menarik, barclub yang sedikit menarik perhatian lebih tepatnya.
Posisi barclub itu berada disudut perempatan yang bertolak belakang dari posisinya. Tepat disebelah kanan dari lokasi perayaan jika dilihat dari sudut pandangnya. Barclub itu tak terlihat seperti barclub yang baru buka atau sedang mengadakan promosi, tapi entah mengapa beberapa orang yang melewatinya mengalihkan perhatian mereka, bahkan ada yang sampai berhenti dan masuk. Memilih untuk mengikuti rasa penasaran yang menggelitiknya, Hatsune pun mulai melangkahkan kakinya menuju barclub pinggir jalan itu setelah membuang mangkuk sterofoam bekas makanannya.
-
Buagh!!-Bruuk!
"Kyaaaa!..." teriak salah seorang pengunjung wanita yang terkejut dan baru saja ingin menikmati minuman beralkohol rendahnya.
Berpuluh pasang mata pun menjadi saksi atas suara pukulan dan hantaman yang baru saja terjadi disebuah barclub itu. Bahkan suara dentuman musik yang lumayan keras masih dapat membuat suara pemukulan itu terdengar.
"Beginilah yang terjadi jika aku terus membiarkanmu, brengsek!! Ternyata instingku benar... Pasti hal buruk terjadi jika Shirai sudah bertemu denganmu!" tatapan bengis dan urat kemarahan tampak sekali dari wajah pria yang merupakan pelaku keributan itu.
"Kai, apa yang kau lakukan?!" seorang pria lain yang lebih kecil dari mereka berdua berteriak marah dan segera mengambil posisi berdiri diantara keributan dua pria itu. Dengan kedua tangan terbuka lebar, Shirai berusaha melindungi sahabatnya dari amukan sang kekasih. Akibat tindakannya itu banyak pengunjung yang penasaran, beberapa pengunjung baru pun mulai berdatangan memasuki club itu. Bahkan ada yang berusaha memotret dan merekam wajah pria manis itu, tentu saja mereka tidak akan melewatkan drama asli kehidupan sang aktor muda.
"Huhhh! Jadi kau lebih memilihnya?!... Begitu menikmati ciumannya, huh??" senyum cemooh tertera jelas diwajah pria yang menjabat sebagai vokalis band itu.
"Kaito!!"
"Jadi kau benar-benar menyukai sahab--
"Cukup, Kaito!!" kali ini pria itu sudah cukup menahan amarahnya selama ini. "Kau hanya tau bagaimana menyakiti perasaan orang lain... Kenapa kau tidak mengerti?! Kenapa...? Kenapa akulah yang harus selalu mengerti dirimu??!..." lanjut Shirai menumpahkan segala keresahannya pada kekasihnya itu, ia bahkan harus menahan malu karena bertengkar didepan umum seperti ini. Sementara Kaito tampak terdiam, tidak membantah sepatah katapun yang diucapkan oleh Shirai. Setidaknya ia berharap hal memalukan seperti ini bisa menyadarkan keegoisan kekasihnya yang sudah diambang batas.
YOU ARE READING
Abnormal
RomanceGenre: Slice of life Rating: Mature (16+) Saat keabnormalan membuat hidupmu tak pernah berarti. bahkan kematian pun enggan menerimamu. sepeggal kisah seorang perempuan yang selalu merasa lebih baik tanpa orang lain disekitarnya. cerita fiksi karanga...