Chapter 10

4 0 0
                                    


"Ibuu!!"

Deg!

'I-Ib-Ib-Ibu??!'

Tidak! Ini tidak mungkin, kan??

Tiba-tiba ucapan Hatsune bertahun-tahun lalu terlintas diantara kenangan lamanya yang berhasil kembali diingatnya begitu saja.

Dengan senyuman ramah itu... Dan kata-kata itu... "Karena aku mandul... Aku tidak akan pernah bisa memberikan seorang anak dari keturunan Edoyume dari rahimku... Maka dari itu aku tidak bisa menerimanya... Bukankah pernikahan ini demi keturunan dari satu-satunya putra keluarga Edoyume?? Maka dari itu kalian menolak penyimpangan Ryuuki, bukan-kan-kan-kan-KAN??"

Crakk!!--kulit pohon tepat disebelah Ryuuki terkoyak dengan mudahnya akibat kemarahan pria itu yang tiba-tiba langsung memuncak bak gunung meletus, petir disiang bolong, maupun banjir bandang dan tanah longsor semalam?

Meski begitu tatapan nanarnya tetap merekam setiap gerakan hingga gerakan terkecil yang terpampang jelas dihadapannya. Seorang gadis kecil berusia sekitar 6 tahun berlari kecil dengan ekspresi bahagianya yang tampak polos sembari memanggil 'Ibu' ke arah Hatsune yang baru saja selesai dengan lukisannya, panggilan yang seharusnya diberikan pada orang yang melahirkan dan membesarkannya. Setiap panggilan itu sukses mencabik-cabik perasaan Ryuuki. Apalagi dengan keberadaan pria berkacamata yang ikut menyusul dibelakang gadis kecil itu. Ingin sekali rasanya Ryuuki menghancurkan senyum di wajah pria bermata empat itu layaknya kulit pohon disampingnya ini.

Hatsune yang menyadari kedatangan malaikat kecilnya segera berdiri sembari memasang senyuman paling manis ke arah gadis kecil itu. Dan setibanya, gadis itu langsung mendapatkan pelukan dan gendongan hangat dari sang ibu.

"Bagaimana gambarku, ibu??" tanya nya dengan wajah polos sembari menelitik kanvas dihadapannya itu.

"Cantik, cantik seperti biasa..." jawab Hatsune lembut sekaligus bangga, kecantikan-nya turun pada generasi-nya itu.

"Wahhh, ayah juga terlihat tampan disini... Ayah! Ayah! Cepat kemarilah!~... Ibu membuat ayah terlihat lebih kurus!"

"Apa?? Benarkah??" suara berat ditambah dengan senyuman manis pun ikut berkumpul bersama mereka tak lama setelah pria tampan itu tiba.

"Ahhhh, tidak... Mungkin hanya karena melihatnya dari jauh... Ibu tidak terlalu jelas melihatnya, mungkin?" ucap Hatsune gelagapan akibat ulah putri kecilnya itu dan tetap mencoba mengelak.

"Tidak mungkin... Buktinya ibu melukis Yumi dengan baik seperti biasa. Oh, atau ibu mau pakai kacamata seperti ayah juga??"

Terkadang Hatsune juga merutuki kepintaran malaikatnya ini. "Tidak, sayang... Tidak perlu cukup ayah saja ya, yang pakai??... Benar, kan ayah??"

"Yup! Benar sekali... Nanti kalau ibu juga pakai kacamata, Ayumi pasti kalah imut dari ibu. Yumi-chan mau kalah imut dari ibu??"

"Tentu saja tidak! Di dalam keluarga ini... Cuma Ayumi yang boleh terlihat imut!!" sunggutnya kesal sembari bergaya diktator.

Hal itu pun sukses membuat kedua orang dewasa didekatnya tertawa lepas. "Lihat lah... Dia terlalu egois sepertimu..." balas Hatsune pada pria disampingnya.

Ahh, potret keluarga yang sangat harmonis. Yahhh, sangat harmonis hingga mampu membuat seseorang mati berdiri saat itu juga akibat pemandangan merusak mata dihadapannya ini.

Bunyi panggilan tunggu berdering didekat telinga pria yang sedang menahan sesuatu itu. Deringan telpon itu berbunyi tepat saat ia puas memandang pemandangan yang membuat matanya katarak seketika dan memilih untuk menelpon seseorang yang selalu siap sedia menunggunya tepat setelah muncul sebuah rencana di otak Ryuuki yang tiba-tiba terlintas begitu saja.

AbnormalWhere stories live. Discover now