Happy reading!!
🌾🌾🌾
"Dua puluh satu... Dua puluh dua..."
Sahutan angka terus terdengar oleh Sherly yang membuat fokusnya terganggu.
Rasa penasaran tidak bisa ia tahan lagi setelah menahan sekitar 15 menit, berdiri sedikit dan mencuri pandangan ke arah luar jendela kelas.
Segerombolan murid laki laki dengan kaos hitam mengelilingi lapangan sembari menghitung dan di ketuai oleh satu murid jangkung dengan ikatan dasi dikepalanya.
"Cowok kalo gak bandel tuh gaseru kali ya hidupnya" cibir Sherly dan kembali keposisi duduknya dan fokus kemateri pembelajaran.
Ditengah keseriusan ia menulis, tinta
Pulpennya habis."Bu, saya izin ke koperasi mau beli pulpen." seru Sherly setelah mengangkat tangan.
"Mau gw temenin Sher?" Kiara menawarkan.
"Gausah gw bisa sendiri ko, gw mau sekalian madol sebentar ketaman." jawab Sherly berbisik.
Kiara memincingkan matanya "dasar kebiasaan." ucapnya.
Udara panas langsung Sherly rasakan setelah badannya berada di luar kelas, tanpa pikir panjang ia berjalan ke koperasi dan membeli satu pulpen dan dua isipulpen.
"Makasih teh." ujarnya setelah membayar dan keluar dari koprasi.
"Woi Sherly!"
Merasa terpanggil, Sherly pun menoleh dan melihat Rio berlari kearahnya.
"Gw pinjem dua ribu dong." ucapnya tersengah engah "duit gw dikelas."
"Buat apa?" Sherly merogoh kantong seragamnya.
Memegang lutut sembari mengatur nafas "buat minum sumpah gw dehidrasi."
"Nih." Sherly memberi uang bernominal lima ribu.
"WOI RIO! SINI LO!"
Teriakan keras membuat Sherly menoleh dan Rio mengambil uang pinjamannya dengan kasar lalu kabur.
"Mana Rio? Kemana dia?" tanya Cakra bertolak pinggang.
"Lari beli minum."
"Kenapa emang?" tanya Sherly penasaran.
"Kepo." jawab Cakra lalu pergi.
"Lah? Yang kepo siapa, orang gw cuma nanya."
Tak mau ambil kesal Sherly melanjutkan bolosnya menuju taman dan meninggalkan Cakra.
"Hei kamu, ngapain disitu?." bu Imah sang guru kesiswaan menegur.
"Duh kaki saya sakit bu." Sherly beralasan.
"Yaudah setelah itu kembali kekelas ya, awas bolos." Bu Imah kembali berpatroli.
Sherly menuju bangku coklat yang terdapat ditaman, tongkatnya mulai menginjak rumput hijau buatan.
Terdiam, menatap lapangan. Mata sherly menelusuri area lapangan, memperhatikan siswa lain berlarian, menerima materi dari sang guru olahraga. Sherly melihat beberapa siswi dengan raut wajah kesal karena sepertinya materi olahraga hari ini berlari.
Pengen lari juga.
"Woi!" seseorang menegurnya.
Pandangan Sherly langsung beralih ke sumber suara, " kenapa?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFALLIBLE (COMPLETED)
Teen FictionSherly Alenia, gadis dengan 4"kaki" yang menggunakan hukum alam sebagai perempuan yang cerdas dalam menyembunyikan rasa sedih, kecewa,emosi dengan senyuman. Gadis yang bisa gw sebut bodoh , karena pada saat kedua kakinya terjatuh ia masih sempat men...