Malu.
Ya, itulah yang sedang kurasakan saat ini. Bagaimana tidak, saat ini aku mengenakan jaket milik lawan jenis dan tertera dengan jelas namanya pada jaket ini.Hm, Allah hamba rasanya sangat malu saat ini. Hamba tak mengerti semua ini, apa yang sebenarnya akan terjadi? Semuanya sangat membingungkan.
Tepat di depan pos satpam sekolah aku berhenti. Berhenti untuk berteduh, aku berniat membuka jaket ini. Aku tak akan sanggup mendengar gosip yang akan bermunculan. Astaghfirullah,
"Nak jangan dibuka jaketnya. Kelasmu kan ada di ujung. Bisa bisa kamu basah kuyup" ucap seorang guru pria ini yang ku tau dia mengajar seni musik.
Aku mengangguk dan mengurungkan niat membuka jaket ini dan membenarkan di posisi pertama. Aku berpikir keras, yang dibilang guru itu benar. Tapi aku tak bisa memakai jaket ini. Bagaimanapun aku pasti akan malu.
Aku masih pada posisi awal, berdiri di depan pos satpam sendiri dan menundukkan kepala. Aku sangat berharap Allah turunkan satu malaikat penolong untukku. Perlahan dari arah bawa ku lihat ada kaki yang berjalan semakin mendekat padaku. Sepertinya sepatu itu milik laki laki yang terlihat berwarna hitam dengan list putih dan bertali.
Hingga kaki itu berhenti tepat didepanku. Aku sangat ragu mendongakkan kepala, tapi aku sangat penasaran siapa orang ini. Saat terlihat jelas wajahnya dengan secepat kilat ku tutupi nama Alif di jaket menggunakan tangan kananku.
"Zahra sedang apa sendiri disini?" Tanyanya, aku terperangah sejenak. Dia membawa panyung, aku bisa melepas jaket ini dan berjalan bersama. Tapi ya sama saja, Zaky juga pria. Tapi ini peluang bagiku agar tak mendapat jutaan pertanyaan karena memakai jaket pria. Tapi akan ada pertanyaan juga kenapa aku memilih berjalan bersama Zaky sedangkan aku membawa jaket. Allah apa yang harus hamba lakukan. Pikirku
"Zahraaa" panggilnya
"Eh iya Zak."
"Kamu pagi pagi kok hobby nya melamun" ucapnya dengan sedikit tertawa.
"Hem, Zaky boleh nebeng gak pakai panyungmu juga" tanyaku ragu.
"Owh boleh sih, tapi kamu udah pakai jaket Ra? Dan itu kenapa kok ditutupi gitu pake tanganmu? Ada apa?" Dia menghujaniku dengan pertanyaan, cukup hujan saja yang turun dengan air Zak. Jangan turunkan hujan dengan pertanyaan yang sangat tak ingin ku jawab, batinku
"Iniii, ini tadi... Zahra salah ambil jaket, ini jaketnya blm di cuci jadi agak bau gitu. Jadi Zahra malu pakenya" ucapki ragu dengan kepala tertunduk dan kaki kanan yang ku hentakan.
"Owh gitu, yaudah ayok" ajaknya
Ku lepas jaket milik alif, meletakkannya di dalam tasku dan mulai menyusuri jalan menuju kelas bersama Zaky dengan satu payung yang di pegang Zaky dengan tangan kiri. Semua mata tertuju pada kami, ada yang terlihat keheranan, ada yang mencibir jilbab ku, ada bahkan adik kelas yang terang terangan melototin aku seperti punya hutang aku ke dia. Tapi Zaky malah tertawa dan bilang mata adik itu udah kayak mata pocong yang mau lepas. Lantas aku tertawa kecil. Kadang dia begini, bisa membuatku tertawa meski lebih sering menjadi es batu yang menyebalkan.
Tepat di depan kelas Aisyah aku terhenti. Tangan ku di tarik Aisyah, bahkan dia menyuruh Zaky untuk lebih dulu ke kelas dan meninggalkan ku disini. Dia terlihat begitu tidak senang melihat aku berjalan bersama Zaky. Lantas Zaky pun pergi meninggalkan aku di kelas Aisyah.
"Ada apa Syah?" Tanyaku
"Ra, kok bisa bareng dia sih? Lupa sama Alif?" Tanyanya, aku terperangah heran.
Dari mana Aisyah tau? Apa gerak gerik ku selama ini kelihatan banget ya? Aku kan gak pernah cerita ke Aisyah, gimana ceritanya dia tau. Oh Allah, cinta yang selama ini ku simpan rapat rapat ternyata sudah kecium bau nya oleh semua orang. Hamba malu Ya Rabb.

KAMU SEDANG MEMBACA
Inikah akhir dari penantianku??
SpiritualDia adalah manusia pertama yang berhasil membuat hatiku selalu bergemuruh hebat. Dia adalah cinta pertama ku sejak aku SMP hingga detik ini. Allah, apakah dia jodoh ku? Raut wajahnya tergambar jelas di ingatan meski tidak sering bersua. Seseorang ya...