"Menyimpan bertahun tahun berharap tak ada lagi yang membicarakan tentangnya. Berharap semua orang tak lagi berusaha untuk menjodohkan ku dengan dia. Aku belum siap menahan luka lagi, bahkan luka yang lama belum terobati dengan sempurna"
Zahra menutup wajahnya dengan kedua tangan, berharap tak ada yang melihat rona merah diwajahnya. Namun sial, ternyata kak Aulia menyadari bahwa Zahra tengah tersipu malu.Kak Aulia yang melihat Zahra menutup wajahnya langsung mendatangi Zahra dengan tawa kecil di awal kalimat nya.
"Hhmmm, cie cieee. Kok di tutupi wajahnya sih mbak. Kenapa nih ra, tersipu karena senyum Alif ya. Hahaha"
kak Aulia puas tertawaa kali ini, Zahra tambah malu lagi.
Rasanya ingin sekali pergi dari sini. Namun, apalah daya Zahra yang bukan pesulap yang dapat menghilangkan diri."Iiih, apaan sih kak, orang rasanya ngantuk banget nh. Capek pengen tidur tau."
Kali ini Zahra membuka kedua tangannya dengan wajah pura pura menahan kantuk.
Ck, kenapa harus bohong lagi sih ra. Ampuni hamba Ya Rabb. Dengus Zahra dalam hati yang merasa terlalu membohongi diri sendiri bahkan kak Aulia."Udah deh ra, kakak tau kok kamu suka kan sama Alif. Ngaku aja deh sama kakak. Dari raut wajah dan tingkah mu selalu ini ketauan banget kamu selalu menghindar dari pandangan Alif. Kakak tau alasannya, karena kamu takut zina pandangan kan."
Deg, kata kata kak Aulia sukses banget buat jantung Zahra berdetak abnormal, bak habis dikejar2 angsa. Hahaha
"Kakak nih apaan sih. Udah deh kak, Zahra gak mau bahas dia lagi. Dia masa lalu Zahra, dan Zahra gak mau mengungkit itu lagi. Udah cukup sakit selama dulu Zahra rasa kak. Zahra ingin move on. Toh belum saatnya untuk Zahra membahas perasaan. Masih panjang perjalanan menuju jenjang yang serius kak. Zahra mu fokus ke sekolah kak. Pliis jangan bahas dia lagi ya kak."
Air mata Zahra hampir meniti di pipi nya. Karena takut ada orang lain yang melihat, Zahra menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Meski sebenarnya kadang ia terhancurkan konsentrasi saat belajar ketika mengingat tentang Alif.
Kak Aulia pun langsung memeluk wanita itu dengan titisan air mata yang mengalir dan mengelus lembut punggung nya. Melihat nya seperti ini, kak Aulia merasa begitu bersalah dengan kata kata nya tadi.
Perkiraan nya tentang Zahra ternyata salah, selama ini dia menganggap Zahra hanya menutupi dan berharap Alif membalas rasa terpendam nya. Ternyata Zahra benar benar memendam rasa itu untuk jenjang serius tanpa memikirkan Alif akan membawanya atau tidak ke jenjang itu.
"Zahra, maafkan kakak ya, kakak salah mengira adik. Hmm, Zahra jangan bersedih lagi dik. Kakak berjanji gak akan membahas Alif lagi. Pliiss berhentilah menangis sayang."Kak Aulia melepaskan pelukan nya dan menyapu air mata di pipinya. Dan membersihkan air yang berserak di pipi Zahra.
Mendengar jawaban dari kak Aulia Zahra mencoba menenangkan dirinya. Akhirnya kak Aulia memahami isi hatinya. Yang selama ini ingin diluapkan, namun hanya berani ia luapkan dalam benak.Zahra membereskan ceceran air yang tersisa di matanya. Masih ingin berucap tiba tiba Aisyah datang dengan wajah keheranan melihat Zahra dan kak Aulia seperti itu.
"Eeeeh, Ra kamu kenapa?? Kok matamu merah dan sembab sih,"
pertanyaan Aisyah hanya didiamkan oleh Zahra dan kak Aulia. Mereka tak tahu harus menjawab apa, suasana menjadi hening beberapa detik.
Melihat kak Aulia dan Zahra tak kunjung menjawab pertanyaan nya, Aisyah sekarang malah merocos gak karuaan.
"Iiih, kok malah diem semua sih, ngomong dong. Udah tersulap jadi bisu nh kalian." Beberapa detik, "Ra, kamu kalo ada apa apa cerita dong, jangan kayak gini. Ini nh lagi kak Aulia pake ikutan diem lagi. Ngomong dong kalian jangan diem gini, aku jadi bingung."
Aisyah mendengus dan mengeluarkan wajah kecutnya yang luar biasa.Spontan Zahra yang melihat ekspresi wajah lucu Aisyah yang kekanakan ini langsung tertawa kecil dan menutup mulut nya. Sedangkan kak Aulia hanya diam dan menunduk.
Aisyah pun tak terima dengan tingkah Zahra, dan langsung menyemprot Zahra dengan dengusan bagaikan anak anak SD.
"Ck, Ra, kok kamu malah ketawa sih, aku tuh gak khawatir kamu malah tertawa. Gak lucu tau."
Lagi lagi Aisyah menunjukkan wajah yang masih kecut ditekuk kusut.Dengan senyum dan memegang tangan Aisyah, Zahra meluncurkan alibi yang spontan ada di pikiran nya.
"Hmm, Syah, Zahra gpp. Wajah kamu ituloh, mbokya dibeneri. Kelakuan masih kayak anak kecil aja. Kapan Syah bisa berubah sih, hehehe." Beberapa detik kemudian, "Zahra tadi kangen sama umi, dan cerita sama kak Aulia. Ehh, kami malah sama sama nangis deh."
Setiap kata yang diucapkan penuh dengan senyum yang tampak tulus, padahal senyum itu tidak lebih untuk menahan tawanya.
Aisyah hanya mengangguk anggukkan kepala. Dan mengajak Zahra ke ruang dapur untuk membantu ibunya yang tengah sibuk dengan wajannya.Zahra membantu mengupas kulit bawang dan duduk dilantai. Sedangkan Aisyah membantu ibunya memotong beberapa sayuran.
Awalnya Zahra cuek dengan keadaan sekitar, membiarkan kesunyian hadir diantara mereka. Membiarkan yang terdengar hanyalah suara pisau yang tengah berdansa. Namun semua buyar saat ibu Aisyah membuka pintu dapur untuk mendapatkan cahaya dan sejukny angin di luar.Saat itu juga Zahra menatap keluar, karena rumah Aisyah dan Alif hanya berjarak 5meter. Zahra mendapati sosok Alif disamping rumah nya tengah membaca buku.
Ya Allah, sejujurnya hamba ini begitu hina. Bagitu munafik untuk terlihat lebih baik. Ampuni hamba Ya Allah.
Ya Rabb sesungguhnya hamba bagitu merindukan senyum di wajahnya, lantunan ayat suci dari bibirnya, kumandang adzan yang ia sampaikan dengan kemerduan menyeru. Melihatnya sholat, sungguh Ya Rabb sejujurnya hamba tak sanggup bila harus memendam rasa.
Dirinya yang Masya Allah, apakah pantas untuk ku yang masih Astaghfirullah?? Ohh Allah rasanya ingin ku deraikan air mata ini. Namun tak mungkin untuk sekarang.
Hamba mohon Ya Rabb, hilangkan ia dari sini. Sudah cukup sesak dada ini merasakan semua ini. Hampir sulit bernapas lagi menghirup oksigen pemberian mu.Ohh, Allah. Jika memang dia jodohku, hamba mohon satukan kami dalam ikatan suci nanti. Namun Ya Rabb, jika bukanlah dia jodoh hamba, hamba mohon bantu hamba menghapuskan segala rasa ini. Rasa yang harusnya tak hamba harapkan.
Ampuni hamba yang lancang kepada ciptaan-Mu, berharap selain pada-Mu ini YA Rabb.Hamba berserah siri Ya Rabb, jika memang harus hamba merasakan pahitnya pengharapan ini.
Alif, semoga dirimulah jodohku. Meski tampaknya saat ini ada wanita lain yang sedang kau kagumi, aku hanya berharap dan berkomitmen pada hati untuk tetap mencintaimu dengan diam.
Sungguh sejujurnya ingin aku mengatakan aku mencintaimu. Namun ku pikir lagi itu untuk apa?? Toh jodoh telah diatur.
Apalagi status ku kini masih seorang pelajar yang harusnya belajar tanpa memikirkan hal yang seperti ini.
Namun, apalah daya ku yang hanya manusia biasa yang sulit mengendalikan perasaan ini.Lama banget ya update nya,
Maaf ya, lagi banyak banget tugas
Jangan lupa vote and comments oke.Deviana~
KAMU SEDANG MEMBACA
Inikah akhir dari penantianku??
EspiritualDia adalah manusia pertama yang berhasil membuat hatiku selalu bergemuruh hebat. Dia adalah cinta pertama ku sejak aku SMP hingga detik ini. Allah, apakah dia jodoh ku? Raut wajahnya tergambar jelas di ingatan meski tidak sering bersua. Seseorang ya...