CLBK 12

23K 3K 318
                                    


Sudah 10 menit Lovatta di dalam mobil di parkiran sekolah. Dia masih menimbang untuk keluar. Antara siap dan tak siap menghadapi hujatan, nyinyiran, atau mungkin cemoohan. Lovatta sudah menduga pasti banyak orang akan jijik melihatnya. Lovatta memeluk setir mobilnya dengan terus mengucapkan doa berkali-kali dan memejamkan matanya.

Lovatta terlonjak kaget saat kaca jendelanya diketuk oleh Langit. Lovatta langsung memastikan mobilnya terkunci rapat. Dia tidak mau membuat keributan di sekolah yang akan membuatnya semakin dikenal orang-orang. Cukup sudah berita tetang dia yang menjadi cewek murahan, tidak mau menambah predikat lain.

Nama di kontak Langit sudah menyebar bersama foto profilnya secepat halilintar. Pipi Donat? Lovatta berdecak mengingat namanya di ponsel Langit. Bagaimana bisa Langit menamainya dengan Pipi Donat?

Langit mengetuk jendelanya semakin kencang dan terus memanggil namanya. Membuat orang-orang di parkiran melihat ke arahnya. Lovatta tidak siap dengan keadaan seperti ini. Dia belum punya rencana. Rencananya hanya berangkat sekolah lalu menulikan telinga dan menebalkan muka.

"Lova, buka pintunya!"

Lovatta memberikan isyarat dari dalam mobil agar Langit diam. Tapi cowok itu justru mengeraskan suaranya. Lovatta rasanya ingin menangis, Langit begitu jahat padanya. Tak bisakah membuatnya tenang sebentar saja.

Dengan cepat Lovatta mengetikkan pesan pada Kala agar membawa jauh-jauh Langit dari mobilnya. Tapi Kala justru menyuruhnya bertemu dan menyelesaikan masalah dengan baik-baik. Akhirnya Lovatta menghubungi Senja dan meminta tolong Senja agar menyingkirkan Langit. Untung saja kali ini Senja merespon dengan baik.

Lovatta lega melihat sosok Senja mendekat bagai pahlawan dengan senyum pagi yang menenangkan. Lovatta langsung membuka pintu mobil dari arah pintu penumpang dan mendekati Senja. Bersembunyi di balik sosok tinggi itu.

"Gue mau ngomong sama lo, Lov."

"Cewek gue nggak mau ngomong sama lo."

"Apa maksud lo?" tanya Langit.

"Lova cewek gue, Lang,"

Wajah Langit yang dingin terlihat murka, telinganya bahkan memerah menahan amarah.

"Lo tahu kan Lova cewek gue!" Nada suara Langit meninggi hingga Lovatta takut dan menelan salivanya susah payah. Tangan Lovatta mencengkeram kemeja seragam Senja kuat-kuat.

"Dulu, sekarang Lova cewek gue. Kalau lo cuma mau mempermainkan dia, lo salah orang. Dia cewek gue."

"Konyol!"

"Nggak ada yang perlu dipermasalahkan lagi kan?" tanya Senja.

"Gue nggak mau berantem," ucap Langit. "Apalagi sama lo!"

"Gue juga. Tapi please, Lova pacar gue sekarang. Ada apa-apa sama Lova, gue nggak akan diam."

"Maksud lo apa, Sen? Jelas-jelas kemarin sore gue masih pergi sama Lova."

"Sorry, gue sebenarnya udah jadian sama Lova. Gue cuma nggak enak sama lo. Tapi karena kejadian ini, gue nggak bisa diem aja. Lova mungkin nggak berharga buat lo, tapi dia berharga buat gue."

"Shit!"

Langit hampir saja memukul Senja merasa dipermainkan tapi dia urungkan mengingat ini masih di lingkungan sekolah dan sudah banyak orang yang menonton bahkan merekam. Langit hanya bisa mengertakkan gigi melihat Senja menggandeng Lovatta pergi.

"Sabar, Bro!" ucap Kala pelan dan sangat pelan saat mendekati Langit.

Langit hanya mengusap kepalanya dengan kasar dan mengembuskan napas kasar. Mencari keberadaan Tiara dengan wajah kakunya yang semakin menakutkan. Kala mengikuti dari belakang mengantisipasi Langit murka.

LANGIT KALA SENJA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang