CLBK 22

20K 2.8K 381
                                    

Suasana kelas yang tadinya ramai sendiri-sendiri jadi hening dengan tatapan mata ke arah depan. Di mana Lovatta berdiri di samping Langit yang menggenggam pergelangan tangannya.

Cewek mungil dengan pipi tembam itu mengerutkan kening. Pasalnya Langit terus menatapnya dan membuatnya bingung sekaligus berdebar tidak keruan.

"Kenapa?" tanya ulang Lovatta. Dia semakin grogi dan malu jadi pusat perhatian.

"Gue nggak mau jadi temen lo."

Lovatta menelan salivanya kesusahan. Dia tidak siap jika ditolak Langit jadi teman di muka umum. Hal memalukan kedua setelah insiden ditolak balikan.

"Maaf, bukan maksud gue mau sok deket. Itu...."

"Itu apa?"

Melihat ekspresi Lovatta yang kebingungan dan takut, Senja pun maju ke depan.

"Lang, kita semua temen," ucap Senja.

"Lo aja yang temenan. Gue nggak mau," balas Langit dengan mata tetap menatap Lovatta.

"Ya udah kita nggak temenan, tapi gue boleh balik ke kelas ya?" Cicit Lovatta. Dia malu dan ingin menutup wajahnya dengan ember.

Langit menahan diri agar tidak meledak. Dia bingung dengan Lovatta. Terkadang terlihat menyukainya tapi di lain waktu terlihat tidak peduli. Seperti saat ini cewek di depannya justru bicara semudah itu.

"Lepasin, Langit. Maafin gue, nggak lagi-lagi gue ngaku jadi temen lo. Beneran deh." Lovatta berusaha menarik tangannya.

Orang-orang semakin banyak yang mengerubuti. Tapi Senja tidak bisa berbuat banyak karena takut akan membuat Lovatta semakin malu.

"Ada apa nih rame-rame? Gue mau lewat, woi," seru Kala yang baru saja datang.

"Ini kalian kenapa lagi?" tanya Kala setelah melewati kerumunan orang dan melihat Lovatta, Langit, dan Senja tengah jadi tontonan.

"Eh, itu apa pegang-pegang? Lang, lepasin. Ini sekolah. Kalau ada yang ngerekam kalian bakal viral." Kala melirik ke sekeliling di mana ponsel model terbaru sudah banyak yang menyorot pada pemeran utama tragedi pagi hari.

Saking malunya Lovatta menunduk semakin dalam. Apalagi menyadari banyak kamera yang mengarah padanya. Dia tidak mempersiapkan kejadian seperti ini sebelumnya.

"Gue nggak mau jadi temen lo. Gue maunya jadi cowok lo."

Seketika Lovatta mendongak, menatap Langit yang tersenyum miring.

"Mau sampai kapan lo bikin gue kesel, hah?" ucap Langit.

Reaksi Lovatta hanya diam karena terlampau kaget. Bahkan dia merasa seperti ada gangguan pada pendengarannya.

"Hei..." Tangan Langit tidak lagi memegang tanganya tapi berpindah mencubit kedua pipinya.

"Aw...." Lovatta kembali dari syoknya. Mengusap pipinya yang dicubit Langit.

Sorak-sorai teman-teman menggema meneriakkan kata "terima" berulang kali. Lovatta malu tapi malu kali ini berbeda. Hatinya berbunga-bunga.

"Ini bukan lagi prank kan?"

"Langit bukan youtuber yang suka kasih prank, Lov," celetuk Kala.

Lovatta masih diam kebingungan terlampau senang. Seolah syaraf-syarafnya mati selain syaraf bibir yang mengulum senyum. Sementara suasana kelas semakin riuh tepukan dan seruan teman-teman.

"Please don't ever make me feel jealous. Because I do not want to see you're with him, because it makes my heart broken."

Kini Lovatta terus menggigit bibir bawahnya agar tidak teriak kencang. Teman-teman bahkan sudah berseru keras mendengar penuturan Langit yang begitu manis. Lovatta tidak menyangka Langit bisa seperti ini.

LANGIT KALA SENJA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang