Bazar sekolah dimulai, akhir pekan ini sekolah sangat ramai dan semuanya terlihat sibuk. Termasuk Lovatta dan Via yang mulai menggantung baju-bajunya. Mereka juga menyediakan box tempat orang-orang bisa menyumbangkan bajunya untuk dijual.
"Butuh bantuan?" tanya Senja.
"Hai. Udah selesai kok. Tinggal dibuka aja."
"Yang itu?" Senja menunjuk box berwarna biru.
"Nggak muat tempatnya. Yang itu nanti aja majangnya."
"Oh, ya udah gue muter ngecek yang lain."
Lovatta mengangguk dan mengembuskan napas lega. Melirik box biru di samping Via. Kedua sekarang saling pandang lalu membuka box itu.
"Bagaimana ini? Atau gue beli aja ya?" ucap Via dengan raut wajah cemas karena salah baju ada yang rusak.
Mereka mendapati baju itu sobek seperti bekas digunting. Tapi Lovatta maupun Via tak tahu siapa yang merusaknya. Box-box itu jelas mereka tinggal di sekolah sejak sore kemarin.
"Ini bukan masalah uang sih. Gue tetep aja ngerasa kurang bertanggungjawab. Sedih banget gue ngelihat baju ini."
"Sama."
Lovatta kembali menghela napas, entah yang keberapa kali di pagi ini.
"Gimana kalau kita benerin?" Via mengusulkan ide mendaur ulang bajunya.
"Boleh-boleh. Kan lagi model tuh baju yang tembelan sana-sini," balas Lovatta lalu nyengir.
Via mengangguk dan kembali menyimpan baju yang robek di beberapa tempat.
"Kira-kira siapa yang tega ngerusak baju kita ya?"
"Itu nggak terlalu penting. Yang lebih penting tuh, gimana kita naruh box ini nanti malam biar nggak kejadian gini lagi."
"Kenapa lo nggak ngadu sama Senja. Siapa tahu dia bisa nolong. Kan dia yang bertanggungjawab sama acara kali ini."
"Iya sih."
Obrolan mereka terhenti karena beberapa siswa mulai berdatangan melihat baju-baju mereka. Kebanyakan siswa SMA Gemintang adalah anak orang kaya. Jadi mereka hanya melihat sekilas tanpa membeli. Lovatta dan Via pun memutar otak agar baju-baju itu terjual.
"Kenapa?" tanya Langit yang sejak tadi mengamati mereka berdua.
"Stan kami ramai tapi sedikit banget yang beli. Mereka mana mau beli baju bekas. Kebanyakan mereka justru kasih baju-baju mereka tuh." Via mengarahkan dagunya pada box tempat orang-orang bisa menyumbangkan bajunya.
"Bagus itu."
"Bagus gimana?" tanya Lovatta.
"Lo jadi ngumpulin banyak baju. Lo bisa jual online dan lo bisa juga nyumbangin bajunya langsung. Lo nggak harus nyumbang uang kan?"
"Iya juga ya? Gue nggak kepikiran."
"Baru-baru ini banyak bencana alam, jadi pasti banyak yang seneng kalau dapat baju-baju ini."
"Iya, sih. Apalagi biasanya kalau udah lewat beberapa hari dan beritanya udah nggak keluar di TV kadang orang udah nggak peduli padahal mereka masih butuh bantuan."
"Pinter," ucap Langit.
"Makasih ya," ucap Lovatta.
"Apa sih yang nggak buat pacar?" ucap Langit dan langsung memberi efek memerah di pipi Lovatta.
"Ehem, gue masih di sini lho," ucap Via.
Lovatta menggigit bibir bawahnya masih tersipu malu apalagi ditambah ledekan Via.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT KALA SENJA (Revisi)
Fiksi RemajaVERSI REVISI Lovatta Zanna sangat mencintai kekasihnya yang sekarang sudah berstatus MANTAN. Lovatta menyesal telah meminta putus dari Langit Zayyan Edzard. Ingin kembali tapi Langit jelas-jelas telah menolak untuk kembali. Ingin melupakan tapi buk...