CLBK 19

20K 2.7K 374
                                    

Minggu yang cerah secerah hati mereka berlima, Lovatta, Via, Langit, Kala, dan Senja. Mereka datang ke Panti Asuhan Kasih Bunda dan bermain di sana beberapa saat. Menghabiskan Minggu pagi hingga siang di sana.

Dalam hidup, berbagi membuat diri merasa lebih berarti. Bersama teman-teman di Panti Asuhan mereka belajar untuk bersyukur karena memiliki banyak kebahagiaan dan keberuntungan. Pulang dari Panti Asuhan mereka mampir di kafe Brown. Senyum mereka belum juga pudar meski sudah pergi dari Panti Asuhan.

"Nyenengin ya? Harusnya lo ngajak kita dari dulu-dulu," ucap Kala.

Lovatta dan Via mengangguk semangat. "Besok gue ajak lagi," ucap Lovatta.

"Nah gitu!"

"Lo juga boleh lho nyumbang baju yang udah nggak lo pake buat kami jual. Ntar uangnya kita sumbangin lagi. Gue sama Lova lagi bikin proposal gitu buat dibagi-bagi ke temen di kelas biar mau pada ikut partisipasi," ucap Via.

"Boleh-boleh. Wah keren kalian! Kepikiran gitu ya."

"Lova tuh yang punya ide," ucap Via.

"Lo mau ikut nggak?" tanya Lovatta pada Langit dan dijawab anggukan.

Lovatta juga menawari Senja. "Lo juga ya?"

"Sampe rumah gue pilihin baju-baju gue," ucap Senja.

"Akhir bulan ada acara bazar di sekolah, nanti gue usulin sama temen-temen OSIS buat bikin stand khusus buat kalian," ucap Senja lagi.

"Serius? Makasih Senja," seru Lovatta, girang dan memegang tangan Senja.

Langit dehem melirik Lovatta. Menyadari tangannya yang memegang Senja, Lovatta langsung menarik tangannya dan nyengir.

"Maaf nggak sengaja," ucap Lovatta pada Senja.

"Nggak pa-pa," balas Senja dan memberikan senyuman manis semanis milk shake vanila miliknya.

"Asyik ya kumpul gini kalau ada ceweknya, biasanya kita cuma bertiga terus nggak ada yang manis-manis," ucap Kala.

"Cari pacar dong," sahut Via.

Kala menggeleng dan mengangkat tangan, menggoyangkan telunjuknya.

"Gue nggak mau pacaran, ribet urusannya."

"Cewek kali yang males sama lo, diduain terus sama gundam-gundam lo itu," ucap Lovatta yang tahu hobi Kala dari zaman dulu.

Seketika semuanya tertawa kecuali Langit yang tetap pasang wajah datar.

"Hobi lo tuh menyita waktu," ucap Lovatta lagi.

"Gue juga nggak mau pacaran. Mending ngurusin gundam dari pada ngurusin cewek. Yang cemburuanlah, yang salah paham lah, ribet. Dan kalian tahu nggak, kalian tuh para cewek sukanya nyari penyakit sendiri. Dikit-dikit dimasukin hati, sakit hati dibuat sendiri, terus tahu-tahu ngambek nggak jelas. Ribet pokoknya."

"Lo pengalaman banget," ucap Via.

"Kakak gue tuh, dikit-dikit galau nggak jelas. Gue suka kasihan sama cowoknya. Gue juga suka kasihan sama temen gue yang diputusin ceweknya tiba-tiba. Cewek aneh kan?" cerocos Kala.

"Aw...." seru Kala karena tulang keringnya ditendang Langit.

"Sindir aja gue terus," ucap Lovatta lalu memanyunkan bibirnya.

"Nanti pulang lo bareng gue. Ada yang mau gue omongin," ucap Langit, tiba-tiba.

"Tapi gue kan sama Via," ucap Lovatta.

Bukannya menjawab pertanyaan Lovatta justru Langit menatap Kala.

"Gue? Oke nanti Via gue yang anter," ucap Kala yang paham dengan tatapan Langit.

LANGIT KALA SENJA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang