Bab 7(18++)

125 5 0
                                    

"Wah..indahnya yang lagi kasmaran.."dengan gemas Dito menepuk bahu Rian saat melihatnya tersenyum sendiri begitu menutup Hp.
"Apaan siy loe To..keipo banget..!"gerutu Rian yang kaget di tepuk secara tiba tiba.
"Tuh urus pasien loe yang da mo partus!"
"Akh masih lama,baru aja bukaan dua"
"Tungguin dunk disana!"canda Rian
"Ogahh akh..muak gua liat si Diana!sombong bener..!baru aja jadi asisten dokter Tondang,mau nya merintah mulu!!nyuruh buat status lah,periksa Hb lah mang dia yang gaji gua..??"
"Slow To...,jangan ngegas gitu dunk..!makanya nyanyiin sedikit lagu rayuan pulau kelapa.."
"Ga salah loe,Rian??jauh dari standar gua..,kira kira dunk bro..!"
"Hati hati ma ucapan loe,Bro..!senjata makan tuan tar.."goda Rian sambil tertawa lebar.
"Mana status pasienmu,To..??"gerutu Diana yang tahu tahunya sudah muncul diambang pintu ruang jaga mereka."Jangan asik ngobrol dunk!"
"Dah di bawa suster Ayu!"sahut Dito seenaknya.Dan Diana pun berlalu pergi dengan wajah masam..dan Dito mulai memgumpat lagi.
"Enak aja..sesuka perutnya merintah gua kerjakan!masa semua pasien yang masuk musti aku yang tulis statusnya dan periksa Hb nya??Herann..ga praktikum ga dinas selalu jumpa dia!" Kali ini Rian benar benar tidak dapat menahan tawanya melihat tingkah Dito yang sedang mendumal kesal.
"Terimalah kenyataan,To...ini jodohmu..!"
"Jodoh dengkulmu!"umpat Dito gemas sambil memanyunkan bibirnya kedepan.
"Memang apes banget,ga giliran co schap di kebidanan dan umum selalu jumpa dia..!"
"Sudah nasibmu ,To..jadi jangan mengeluh!"seru Rian sambil menepuk pundak Dito dengan senyum mengejek.
"Sstt..Rian..Tuh cewe yang lagi periksa status dibangsal empat cakep yah?"
Rian mengangkat mukanya mengarah ke tempat yang Dito maksud.
"Lohh..itu bukannya Danilla,..?kok bisa seregu ama kita malam ini??"tanya Rian penasaran.
"Gua heran napa loe bisa ga suka ama barang sebagus ini,bro..?"
"Dari dulu orang sudah pada tau kalo Danilla tu cakep,kembang kampus..!Nah loe kok baru ribut sekarang??"
"Iya ..tau cantik..tapi posisinya sekarang itu loh..lembah di kedua bukit yang mempesona itu.."bisik Dito sambil menunjuk kearah Danilla yang kini tengah membungkuk dalam memeriksa tensi darah pasien.,lupa leher bajunya terlalu rendah,ntah lupa mengancingkannya atau memang sengaja dibiarkan terbuka seperti itu.
"Plakk...!"Rian menepuk jidat Dito spontan."Dasar mesumm!"
Dan kini mereka sama sama tertawa geli dan sama sama menoleh kearah pintu ketika suster Ayu muncul.
"Pasien atas nama Mutia sudah hampir partus,Dok.."
"Okee sus..saya yang handle aja.."ujar Rian dan bersiap masuk ke dalam ruang bersalin.
"Semuanya sudah disiapkan ?"
"Sudah dok.."jawab suster Ayu mantap.lalu Rian segera menyambar masker wajah dan mensterilkan tangannya.kemudian memakai sarung tangannya begitu sampai diruang bersalin.didalam ruang tampak bidan Aisyah sudah mempersiapkan segalanya.
"Kepala bayi sudah nampak dok..!tapi sepertinya kepala bayinya besar.."lapor bidan Aisyah begitu Rian masuk.
"Ayo bu..ngeden yang lebih kuat lagi.."ujar bidan Aisyah kepada pasien.
"Saya tidak kuat lagi suster.."jerit sang pasien menahan sakit nya.
"Segera Episiotomi,sus.."perintah Rian,setelah itu Rian pun segera mengambil tindakan menyayat antara daerah vagina dan anus untuk melebarkan jalan lahir sang bayi.
"Ayo bu..ngeden yang lebih kuat lagi.."seru bidan Aisyah pada pasien yang mulai kelelahan menahan sakit.
Dan setelah beberapa menit kemudian,sang bayi pun keluar dengan sempurna.Rian segera menampung sang bayi dengan kedua tangannya.ditepuk tepuknya punggung sang bayi beberapa kali hingga akhirnya sang bayi menangis untuk pertama kalinya.Rian segera menyerahkan bayi itu kepada bidan Aisyah dan setelah plasenta lahir dirinya melakukan proses penjahitan pasca persalinan.

Sementara Rian sibuk dengan pasiennya yang partus,Dito duduk santai diruang jaga sambil menonton Youtube dari Hpnya.Tiba tiba suster Tika muncul dibalik pintu.
"Ada tamu cari dokter Rian,dok..!"lapor suster Tika ketika melihat Dito duduk dimeja ruang jaga sendirian.
"Ohh dokter Rian sedang menangani pasien partus.."jawab Dito."Siapa..?"
Belum sempat suster Tika menjawab,Dito sudah melihat sesosok tinggi putih dengan paras yang tidak asing lagi.
"Hai.."sapa pria itu sambil membagi senyum ke suster Tika dan Dito,sementara itu mata suster Tika hampir tidak bisa lepas memandangi pria tersebut.
Dito segera bangkit menghampiri pria tersebut sambil mencolek lengan suster Tika untuk melanjutkan tugasnya.
"Christ?"tanya Dito untuk memastikan.dan pria itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
"Saya Dito..temennya Rian..!"ujar Dito sambil mengulurkan tangannya,dan pria itu menyambut uluran tangan Dito.
"Christ.."sambil tersenyum Christ menyodorkan sebuah kantong plastik besar."Untuk makan malam kalian.."
"Wah boleh sering sering niy.."gurau Dito.Tiba tiba ntah darimana muncul Danilla menghampiri mereka.
"Hai.."Danilla duduk berjuntai di pinggir meja.ditatapnya Christ yang tegak berdiri didepannya dengan tatapan tidak bersahabat.
"Lain kali tidak usah repot repot bawa makanan kesini,makanan kami cukup banyak berlimpah..kalau kurang didepan masih banyak yang jualan..!"
Dito sudah hampir membuka mulutnya untuk menegur Danilla.sementara Christ tampak santai dan tersenyum tipis.
"Silahkan kemanapun anda ingin makan..mau di kantin atau warung depan.."Christ tampak tetap santai.
"Lagian saya tidak membawa makanan ini untuk anda.."
"Disini dilarang masuk bagi yang bukan dokter dan perawat hanya keluarga pasien diperbolehkan itupun ada waktu kunjung pasien..."
"Kalau dia tidak boleh masuk..saya yang akan keluar..!"cetus suara Rian terdengar tiba tiba dibalik pintu sambil membuka masker dan sarung tangannya yang masih berlepotan darah.dihempaskannya dengan kuat ke dalam tong sampah.
"To..urus tuh pasien loe dah bukaan delapan!"
Dan ditariknya tangan Christ dan mengajaknya keluar dari ruangan.sementara itu Dito pun segera menyusul keluar.kini tinggal Danilla sendiri dengan wajah menahan amarah.

Guilty Pleasure  [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang