Bab 17

45 4 0
                                    

Danilla mengawasi photo Christ yang bergantung  didinding kamarnya penuh dengan kebencian.dicabik cabiknya photo Christ dengan sebuah pisau yang terhunus dari tangan kanannya.
"Kamu tau akibatnya merebut sesuatu yang aku sukai??"dengusnya sengit dengan mata penuh kebencian.
"Apa yang tidak bisa aku miliki,orang lain juga tidak bisa memilikinya..!"
Tiba tiba Danilla mengamuk dan membanting semua barang yang ada di depannya,meluapkan amarah nya yang memuncak,mukanya memerah kemudian tanganya menyambar vas bunga kaca dan dilemparkannya kearah photo Christ tergantung.
"Dasar gay!manusia kotor..!!kamu kotori Rianku..mati kau..!"dipukulinya dinding yang tergantung photo Christ dengan sengit sampai akhirnya dirinya berhenti sendiri karena kelelahan.
Dari balik pintu tampak ibu Sofiana,mama Danilla terenyak kaget luar biasa.ditutupnya mulutnya rapat rapat dengan kedua tangannya supaya tidak terdengar pekikannya oleh Danilla.dirinya benar benar shock.sudah gilakah Danilla???
Bergegas ibu Sofiana beranjak dari pintu kamar Danilla,sempoyongan dia melangkah jauh dari tempatnya berdiri tadi dengan wajah pucat,dihampirinya suaminya yang tengah membaca buku di dalam kamar mereka.
"Pa..kita harus segera membawa Danilla konsultasi ke psikiater..!"cetus Ibu Sofiana dengan suara yang bergetar kepada suaminya."Sebelum Danilla benar benar sakit jiwa,pa..!!"
Dokter Adrian memandang istrinya  dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Ada apa siy ma..??"
"Aku melihatnya mengamuk didalam kamar,pa..semua barang dalam kamar dihancurkannya dan photo model muda itu dicabik cabiknya dengan pisau..!"ucap ibu Sofiana dengan suara dan tubuh yang gemetaran.Kali ini dr Adrian tidak bisa menganggap sepele meliat reaksi tubuh istrinya yang tampak ketakutan.Lalu mereka berdua pun bergegas menuju kamar Danilla,istrinya menyusul dari belakang.Dan mereka pun berhenti didepan pintu kamar Danilla dan mengintip perilaku Danilla dari balik pintu.Dan hampir saja dr Adrian jatuh terduduk diatas lantai,matanya tidak bisa mempercayai apa yang baru dilihatnya dari balik pintu.
"Ada baiknya Danilla kita ungsikan sementara ma..dia bisa membahayakan setiap orang terutama yang di bencinya..!"desis dr Adrian lemas."Dia butuh terapis kejiwaan..!"
"Ini semua salahku pa..tidak bisa melahirkan anak untukmu,sehingga harus mengadopsi Danilla yang tidak kita ketahui jelas asal usulnya.."sesal ibu Sofiana di tengah isak tangisnya.
"Semua telah berlalu ma..kita harus segera menolong Danilla!"

Rian datang secepat mungkin menemui Christ di ruang ICU begitu suster Tika mengabari Christ telah memperoleh kesadarannya penuh.
Dan begitu melihat sosok dengan wajah yang dirindukannya,dengan sorot matanya,Christ langsung menyambut kedatangan Rian dengan seulas senyum.
"Hai omega.."sapa Rian mesra,sambil meraih tangan Christ lembut.
"Bagaimana perasaanmu..mana yang sakit..??"
"Tidak apa apa,Rian..semua baik baik saja.."jawab Christ dengan suara lemah.
"Aku pikir akan kehilanganmu selamanya,Christ.."desis Rian dengan suara tertahan.
"Tigor telah memberikan nyawanya menggantikanku,Rian.."
"Kamu bisa mengingat semuanya,Christ??Lantas siapa yang menabrakmu..?Danilla kah..??"tanya Rian antusias.Christ hanya mengaggukkan kepalanya kearah Rian.
"Benar benar gila..!"cetus Rian menahan emosinya."Kita harus melaporkan Danilla..semua harus berakhir sebelum jatuh korban lagi!"
"Gadis itu harus di hentikan,Tigor mati ditangan suruhannya yang diperintahkan untuk membunuhku..!"
"Lantas,kenapa Tigor tidak menyentuhmu,Christ..??Rian bertanya penuh selidik."apakah terjadi sesuatu..?"
Christ menatap ke arah Rian.dia tau pria ini tidak pandai menyembunyikan perasaannya.ada nada cemburu di dalam pertanyaannya barusan.
"Haruskah kamu curiga pada orang yang telah mati,Rian..??"perkataan Christ barusan menyentakkan Rian.
"Lho..kok malah bertanya yang lain?"Rian sedikit merajuk dan malu.
"Kalau bukan begitu,kenapa bertanya apakah terjadi sesuatu antara aku dan Tigor?"
"Aaku..aku hanya panasaran,Christ!"
"Sebelum pergi dia berkata ini semua demi membayar hutangnya padaku!"
"Maksudmu,Christ..??"
"Karena turut andil dalam kecelakaan itu!Hari itu kamu dan dia  berkelahi di jalanan.dimana seharusnya batu itu tertuju padanya dari tanganmu,Rian..!tapi..batu itu malah tertuju padaku..!"
Rian tertegun seketika..tidak tau harus menjawab apa,matanya memerah menahan perasaannya yang menyentak bila teringat kejadian itu.
"Sudah lah jangan kita ungkit lagi..!"potong Christ pelan,sambil mempererat genggaman tangan Rian.
"Maafkan aku,Christ.."Rian menyentuh wajah Christ dengan jemarinya."Emosiku agak labil belakangan ini,apalagi sejak kamu diculik Tigor..!"
Rian menaikkan sandaran tempat tidur Christ dan menempatkan posisi duduk untuk Christ.
"Merasa baikkan,Christ?"tanya Rian sambil membantu Christ membetulkan letak posisi tubuhnya agar terasa nyaman.Christ menatap Rian dengan seulas senyum khasnya,membuat Rian tidak bisa menahan diri untuk memeluk kekasihnya itu.Tangannya refleks meraih Christ ke dalam pelukannya,lupa Christ baru sadar dari tidur nya,lupa mereka masih berada di ruang ICU.dan Rian baru tersadar begitu Christ memekik kesakitan.
"Aku menyakitimu,Christ??"tanya Rian cemas.
"Kamu benar benar dokter yang payah!!sekarang aku pasienmu,bukan kekasihmu pandir....!!"
Rian tersenyum hangat."Tidak bolehkah aku menjadi kekasihmu sekarang,Christ?"tanya Rian dengan sorot mata yang selalu meluluhkan Christ."Boleh tidak..?"
"Tentu saja boleh..tapi jangan kuat kuat..badanku masih sakit..!"
"Kalau begitu peluklah aku dulu,supaya aku tidak menyakitimu,Christ!"
Christ memajukan tubuhnya dan merebahkan kepalanya di pundak Rian.tangannya masih belum bisa bergerak karena terpasang alat.Rian mengelus lembut kepala Christ.
"Peluklah aku,Rian...seperti tadi.."
Lalu Rianpun melingkarkan kedua tangannya di pinggang Christ,direngkuhnya dengan penuh kerinduan.
"Aku tidak bisa bayangkan kalau kamu benar benar tidak kembali,Christ..jadi jangan pergi tanpa seijinku .."bisik Rian lirih disela telinga Christ.sesaaat mereka saling tatap.
"Kamu juga alasanku untuk kembali,Rian.."sambil berucap Christ memberikan senyumannya.

Akhirnya dr Adrian Gani berhasil mengajak putrinya,Danilla untuk bertemu dr Winardi,SpKJ temannya saat masih kuliah di FK dulu.dan setelah menceritakan detail tentang masalah yang dihadapi Danilla,dr Winardi mengajak Danilla mengobrol untuk melakukan pemeriksaan kejiwaannya.
"Kamu masih memikirkan Rian kah,Danilla..?"tanya dr Winardi memulai pembicaraan.Danilla duduk dengan manis dihadapan dr Winardi,namun matanya memandang kearah lain bukan tertuju pada dr Winardi yang kini duduk di depannya.
"Kamu pikir dia masih mau menemuimu,Nilla?setelah apa yang kamu lakukan terhadapnya?"kali ini mata Danilla mulai tertuju padanya.
"Dia harus menemuiku..dan minta ampun padaku..!"sahut Danilla dingin.
"Kenapa harus memohon padamu,Nilla?"
"Dia seharusnya mencintaiku!tapi karena pria laknat itu..dasar gay!dia telah mengotori Rianku..!!harus di basmiii..!"geram Danilla yang mulai terpancing amarahnya dengan mata yang berapi api.
"Kamu mencintai Rian sejauh itukah..?"dari mata amarah kini Danilla berubah sedikit tenang,dan tampak sedang menelah pertanyaan yang baru di berikan padanya.
"Ya aku sangat mencintainya..dan dia harus jadi milikku..!"
"Kalau dia tidak mau..??"
"Harusss!kalau tidak dia akan menyesalinya..!sesuatu yang tidak bisa aku miliki..orang lain juga tidak bisa memilikinya!"

"Erotomania syndrom atau delusi cinta..!"tulis dr Winardi di bawah catatan status pasiennya.dr Adrian menatap resah kearah temannya itu.
"Danilla perlu terapi,Adrian..lebih cepat lebih bagus dirawat sementara di klinik kejiwaan..!"dr Adrian hanya mampu mengangguk pelan disertai helaan nafas panjangnya.
"Itu yang telah ku diskusikan dengan istriku..Danilla harus di terapi dan diobati sebelum bertambah parah!"
"Kalau boleh saya tau siapa Rian ini,Adrian...??kenapa Danilla begitu terobsesi padanya?"
"Febrian baskoro..putra tunggal Handi baskoro..!"
"Ohh..lantas kenapa dia menolak Danilla?"tanya dr Winardi heran."Danilla cantik pintar,dia memiliki semua yang di idamkan setiap pria..!"
"Masalahnya Rian tidak mencintainya!dia mencintai seorang pria.."keluh dr Adrian dengan wajah yang tampak letih.
"Pantas saja tadi Danilla mengumpat 'dasar gay'dan 'pria laknat'serta 'harus dibasmi'.."kata dr Winardi mulai mengerti maksud ucapan Danilla tadi.
"Ini harus kita waspadai,Adrian..sebelum Danilla merejeksikan dirinya sebagai orang yang ditugaskan untuk membasmi pria laknat yang dimaksudnya itu..sangat berbahaya..!!"
"Maksudmu Danilla bisa mencelakakan orang?"
"Kita harus segera meredakan delusinya..kalau dia masih dalam keadaan normal dia akan baik baik saja..hanya ditakutkan di saat dia marah dan teringat akan Rian nya itu!"
"Aku tidak mau tinggal disini,pa..!"protes Danilla tiba tiba muncul di hadapan mereka."Aku tidak gila..!!"
"Bukan begitu maksud papa, Nilla..!papa ingin kamu beristirahat sejenak disini sambil melupakan Rian..!"
"Pokoknya Nilla tidak mau disini.titikk..!!!otakku masih waras pa..masa papa tega tinggalin Nilla disini dengan orang gila?"Kali ini Danilla memohon dengan wajah memelas sambil memeluk papanya.
"Win..biar aku yang merawat dia di rumah..bukalah resep untuknya..!"
"Kamu yakin sanggup,Adrian..?"
"Untuk sementara waktu..aku bisa menahannya..!"ujar dr Adrian sambil memandang ke arah temannya.





Guilty Pleasure  [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang