Bab 8

54 2 0
                                    

"Rian..loe harus tanggung jawab soal ujian praktikum bedah tengkorak kepala yang gagal kemarin..!"ujar Hans begitu mereka berkumpul.
"Group Benny boleh bawa pulang preparat loh..!"
"Nyolong?ga takut kena sanksi?diskors?"mata Rian langsung melebar.
"Bukan..!Diana yang kasih..!"
"Diana..??"Rian langsung melirik ke arah Dito."Jatahmu urus,To..!"
"Emang harus banget gua yang urus?ogahhh..!"gerutu Dito kesal
"Bungkus aja,To.."bujuk Bram kepada Dito."paling kamu cium sekali..!"kelakar Bram sambil menepuk pundak Dito yang sedang cemberut.
"Kuadukan Diana aja..!main pinjam preparat secara ilegal..!selesai..!"
"Duhh..buat apa siy..?"sahut Rian acuh tak acuh."Ribet banget loe org..!Curi aja satu preparat lagi..!"
"Takut,bro..!"Hans menyipitkan matanya."Kualat ama yang punya tengkorak!"
"Yang punya tengkorak dah final hidupnya!"cetus Rian gemas memandang kearah Hans.
"Keluarkan duit kalian!"perintah Rian sambil menjentikkan jari nya kearah tiga sohibnya.
"Buat apa??"tanya Dito penasaran."Mau dapat preparat gak??"desak Rian sekali lagi."Loe yang musti bandarin lebih banyak gegara loe uring uringan kemaren!"gerutu Dito.lalu mereka pun mengeluarkan beberapa lembaran uang seratus ribu dari balik saku mereka masing masing.
"Tunggu aku disini sampai kembali membawa mr tengkorak kita..!"perintah Rian dengan seulas senyum nakal disudut bibirnya sambil berlalu dari mereka menuju ruang praktikum anatomi.

"Ada apa?"tanya pak Wai dingin,sang pengurus mayat ruang anatomi."Hari ini praktikum sudah kelar!"tanpa berkata kata lagi pak Wai melanjutkan tugas nya memindahkan mayat ke tempat penyimpanan semula di bak pengawet.Rian menyusul dan berdiri di belakang pak Wai.
"Kenapa belum pergi juga??"tanya pak Wai sambil mendengus kesal.
"Anu pak..ermm anu...kalau boleh dan kalau bisa,kalo di ridho in..saya mau pinjam preparat...!"
"Bawa surat dari dokter Tika atau asisten Diana gak?"
"Su..suratt..??sloow...ada niy pak!"Rian mengeluarkan sebuah amplop dan menyerahkannya ke tangan pak Wai dengan percaya diri.
Rian menunggu dengan dada yang berdebar.bagaimana bila sang mummi tua ini menolak amplop yang disodorkannya.satu menit berlalu..dan di menit kedua masih juga tidak terdengar suara pak Wai.
Dan...di menit ketiga,..
"Preparat apa?"tanya nya sambil tersenyum dan memasukkan amplop tadi ke balik saku celananya."Segera kembalikan dalam dua hari..!"
"Siappp pak..!"Rian memekik kegirangan.ternyata duit diatas segalanya..!mummi masih doyan duit juga!
Rian kembali mencari ketiga sohibnya yang masih menunggunya di lapangan parkiran di belakang kampus.
"Hebat loe,bro..!"puji Dito langsung begitu membuka kantongan yang dibawa Rian barusan.
"Tunggu apa lagi??ayo pulang buat ngebahas tengkorak ini buat ujian terakhir!"ajak Rian sambil mengantongi kembali tengkorak yang dibawanya tadi.Tanpa menunggu lagi Rian melompat naik keatas motor Dito,sedang Bram membonceng Hans.
"Pelan dikit,bro..kita masih di area kampus!"herdik Rian sambil menepuk bahu Dito dari belakang.
"Lho..tapi katanya mo cepat balik ke asrama buat ngebahas tu tengkorak!"Belum selesai Dito melanjutkan kata katanya,Rian menjerit kaget.
"Awass Toooo...ada yang nyebrang tuhh!"spontan Dito membanting stang kemudi motornya secepat kilat menghindari seorang gadis yang melintas seenaknya didepan mereka,dan tidak sempat mengatur keseimbangannya motornya langsung limbung ke kiri dab roda depan menghantam trotoar.dan mereka berdua sama sama terbalik,diiringi jeritan Bram dan Hans dari belakang serta orang yang kebetulan lewat.Rian dan Dito pun jatuh tumpang tindih dengan motor mereka.
"Gilaa loe,To.!"gerutu Rian sambil merayap bangun dari aspal.Rian merasakan nyeri di pelipis kirinya dan tanpa disadari darah mengucur keluar.
"Buset..kalau di jalanan dah remuk kepala gua bro..!"
"Kamu terluka,Rian!"ujar Bram sambil memapah Rian sedang Hans sibuk membantu Dito.
"Akh cuman lecet sedikit..!"tepis Rian."Cepat selamatin itu preparat kita sebelum ketahuan!!"Dan Bram pun buru buru memasukkan kantongan berisi preparat itu ke dalam tas Rian,sebelum orang yang datang berkerumun heboh.
"Ayo kita mampir ke IGD sebentar!"ujar Bram sambil membantu Rian naik ke atas motornya.sedang Hans kini yang membonceng Dito.

Begitu sampai di IGD,Rian tidak dapat menghindar lagi.Danilla disana.melihat Rian yang berdarah,Danilla langsung menarik tangan Rian dan mengajaknya masuk ke ruang pasien.
"Kenapa bisa terluka??"tanya Danilla sambil mengusap luka Rian dengan kapas yang telah di olesi Nacl."Untung tidak dalam jadi tidak perlu dijahit..!"
"Jatuh dari motor,cuma lecet sedikit!"potong Rian datar.
"Masih marah padaku soal aku menegur temanmu itu?"
"Jangan dibahas lagi..!"dan Rian pun beringsut turun dari ranjang pasien
"Lukamu Rian..belum dioles antiseptik!"sergah Danilla.
"Aku bisa obati lukaku sendiri..!"balas Rian hendak berjalan keluar.sebelum sempat keluar,Danilla langsung menyambar tangan Rian dan memeluknya erat.
"Tidak bisakah kamu memberiku sedikit ruang dihatimu,Rian?"
"Maafkan aku Nilla..!hatiku sudah kuberikan kepada orang lain.."desis Rian lirih sambil membelai rambut Danilla untuk menenangkan gadis itu yang mulai terisak."Aku tidak pantas untukmu.."
"Sampai seangkuh inikah kamu,Rian?karena cintamu padanya?"
"Tolong mengertilah,Nilla..!Jangan memaksakan apa yang bukan milikmu..kita akan sama sama tersiksa!"
"Kamu tidak adil,Rian..kamu akan menyesalinya karena telah mengabaikan ku.."
"Cukup,Nilla..!"potong Rian mulai gusar dengan ucapan Danilla."Aku tidak ingin merusak persahabatan kita!"setelah berkata demikian Rian pun berjalan keluar meninggalkan Danilla.
"Suatu hari akan kubuat kamu berlutut dan memohon padaku,Rian!dan membuatmu merangkak diatas puing puing kehancuran!"teriak Danilla histeris tanpa memperdulikan seluruh isi IGD tertuju mata kepadanya.
"Tau bisa ricuh begini bagusan tadi tidak usah ke IGD!"gerutu Rian menahan emosi didepan sohibnya setelah mereka berkumpul di kantin."Percuma loe orang dokter ga bisa obati luka kepalaku!"
"Ga nyangka Danilla bisa begitu terobsesi padamu!"timpal Hans tanpa ditanya komentarnya."Kita ga pernah di liriknya..!"
"Makanya jadi cowok musti punya modal supaya dilirik cewek,kalau ga punya tampang ya musti punya kedudukan!"sahut Bram sambil tersenyum tipis.
"Wah..nyindir ya..!?mentang mentang muka ku pas pas an..!"
"Nah,nyadar loe..!"Febrian baskoro dilawan..tampang punya kedudukan punya..!"tersenyum Bram yang memang suka mengusili Hans.
"Akh loe orang kok pada ngaco jadinya?"protes Rian dengan wajah masam."Kepalaku tambah sakit mendengar ocehan ga bermutu loe orang!"
"Nah jika Danilla bisa meledakannya..yang datang satu ini bisa meredamnya.."gurau Dito,tangannya tertuju pada sesosok tinggi putih dengan kacamata hitam sedang berjalan kearah tempat duduk mereka sekarang.
"Cihuii..omega datang..!"goda Bram sambil dipukulnya pundak Rian,lupa akan sohibnya baru mengalami trauma kecelakaan.sementara itu Rian tersipu malu digoda sohibnya.emosi yang tadi nya membludak kini sirna seketika begitu melihat sosok omeganya datang.
"Boleh duduk disini??"tanya Christ begitu sampai dimeja dengan senyum khasnya,dilepaskannya kacamata hitam yang tertengger dihidung nya yang mancung.
"Bolehh bangett..!"sahut Bram sambil menggeser duduknya,memberi Christ untuk duduk berdampingan dengan Rian.!Begitu duduk,Christ langsung menoleh kearah Rian,dan menyentuh pelipisnya."Masih sakit?"
"Uhuiii..so sweet..!"sorak Hans yang kemudian diikiti Dito dan Bram berbarengan sambil bersuit suitan.mendengar sorakan mereka spontan wajah Christ memerah.
"Usill banget sih loe orang!!"potong Rian cepat sambil menahan tawanya melihat Christ,dirangkulnya pundak Christ.
"Ini kukenalkan padamu Christ..itu Hans yang meledekmu barusan..dan ini Bram.."ujar Rian sambil menunjuk kearah dua sohibnya itu.
"Dan ini Dito kan?"Christ menimpali."Yang kemarin di klinik bersalin?".Dito mengangguk."Thanks ya buat makanannya kemarin.."
"Sama sama..."sahut Christ dengan semyumannya."Senang berkenalan dengan kalian semua.."
"Terus..bagaimana kamu bisa bonyok begini??"tanya Christ sambil menoleh kembali kearah Rian yang duduk disampingnya.
"Gegara tu pandir..!"sambar Rian spontan.
"Tu cewe yang gila..seenak perut muncul di tengah jalan!"
"Kualatt loe orang ama preparat ini.."timpal Hans dengan tangannya tertuju ke kantong plastik hitam diatas meja mereka.
"Apaaan tuh?"tanya Christ penasaran dan tanganya bergerak ingin membuka kantongan plastik itu.
"Jangan Christ..!"cegat Rian langsung.
"Soalnya isi dalam nya ORI loh..!"
Dan Christ pun makin penasaran dan diintipnya isi dari plastik tersebut.begitu melihat isi dalamnya,Christ tertegun seketika dan di tatapnya Rian.
"Sepertinya kalian memang kualat ma tengkorak ini,Rian.."
"Habisnya gimana dunk?musti kubaca doa atau asapin kemenyan dulu?"
"Paling tidak permisi dulu ama yang punya..!"timpal Hans membenarkan ucapan Christ.
"Kenal juga tidak yang mana mayatnya..!duhh Hans..ga usah jadi dokter deh loe kalau percaya tahayul ginian..!"potong Rian gemas sambil di tepuknya jidat Hans ringan.
Dan akhirnya mereka berlima pun larut dalam tawa.dari kejauhan tanpa mereka sadari,sepasang mata tengah mengintai mereka sambil menahan amarah.
"Ternyata memang dia.."geram Danilla sengit di balik pohon yang tertanam diseberang gedung kantin.

Guilty Pleasure  [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang