Bab Penutupan

123 7 0
                                    

Ketika membuka matanya,Christ melihat Rian tengah duduk disamping ranjangnya dengan posisi telungkup,memegangi tangannya.
Dibelainya kepala Rian dengan tangannya yang masih terpasang infus.Rian terbangun seketika.
"Sudah bangun,Christ..?" tanya Rian dengan seuntai senyum dibibirnya meski mata nya masih tampak letih.
Christ mengangguk lemah badannya tidak mampu bergerak banyak,masih terasa nyeri dan sakit terutama bagian pinggangnya.
"Untung luka sayatan itu tidak sampai melukai ginjalmu,Christ.."kata Rian sambil mengelus kening Christ merapikan rambut yang menutupi matanya.
"Bagaimana luka lenganmu,Rian?sudah kamu obati?"Christ balik bertanya kepada Rian sambil ditatapnya lengan Rian yang terbalut perban.
"Amann..!"balas Rian lembut.
"Lantas bagaimana dengan Danilla,Rian..?"tanya Christ cemas."Dia sangat berbahaya..!"
"Danilla juga masih dirawat,Christ..!pelurunya sudah di keluarkan,dan luka di tangannya akibat tikaman pisauku juga sudah dijahit dan dibalut..!"
"Lalu..polisi akan menangkapnya?"tanya Christ penasaran."Dia harus bertanggung jawab atas nyawa Tigor..!"
"Danilla sakit..!!"kata Rian sambil menatap Christ."Penjara bukan tempat yang cocok untuknya,barangkali dia lebih cocok berada di rumah sakit jiwa..!"

"Biarlah pengadilan yang memutuskannya..!"sahut kapten Aryo yang tiba tiba muncul dari balik pintu."Akan ada tim medis yang akan menilai kondisi jiwanya..jika Danilla dianggap tidak dapat memepertanggung jawabkan perbuatannya dan terbukti ada kelainan,dia akan di kirim ke RSJ..!"
"Baiklah kami serahkan pada anda,kapten Aryo..kami memutuskan untuk tidak menuntut Danilla atas apa yang telah dia lakukan pada kami..tapi urusan kematian Tigor dia harus mempertanggung jawabkannya.."ujar Rian kepada kapten Aryo."Dan terima kasih pak..sudah banyak membantu kami.."
Tidak lama kemudian tampak orang tua Christ datang,alangkah bahagia nya mama Christ begitu melihat anaknya sudah dalam kondisi sadar.Dipeluknya Christ erat sambil menangis.
"Syukurlah..kamu baik baik saja nak.."desis mama Christ lirih disela isak tangisnya."Mommy worried about you so much.."
"Sorry mom...,sudah membuat mama khawatir..ur little boy is fine.."bisik Christ sambil menyusap airmata dan mencium pipi mamanya dengan lembut.
Rian menatap haru pertemuan Christ dengan mamanya.Dia akan merasa sangat bersalah pada wanita ini jika sesuatu buruk terjadi pada Christ.
Masih segar dalam ingatan Rian ketika awal pertama kali berjumpa dengan wanita ini,mukanya tampak letih karena stress hebat yang melandanya akibat musibah yang menimpa Christ,disusul kejadian Christ ditabrak oleh Danilla dan kini hampir saja terbunuh di tangan Danilla akibat dirinya.Sungguh dia tidak tau bagaimana bertanggung jawab pada wanita ini jika terjadi sesuatu pada Christ!!
"Maafkan saya,tante..karena saya..Christ mengalami banyak masalah sulit dan anda sebagai mamanya turut menderita.."ucap Rian tulus dengan nada sesal.
"Semua telah berlalu,Rian..yang penting kalian berdua selamat dari maut..!"ujar papa Christ yang sedari tadi berdiri disamping Rian sambil menepuk pundak Rian ringan."Kamu juga sudah seperti anak bagi kami.."
"Kamu harus merawat lukamu,Rian.."sambung mama Christ.
"Iya tante..aman kok.."jawab Rian sambil tersenyum.

Setelah keluar dari rumah sakit,Christ harus menjalani masa memberikan kesaksian tentang penculikan dirinya oleh Tigor,hingga bagaimana akhirnya Tigor mengalami tembakan yang menewaskan dirinya.
Danila dinyatakan bersalah tapi di karenakan kondisi jiwanya di nyatakan terganggu akhirnya pengadilan memutuskan mengirim Danilla ke RSJ.sedangkan pelaku penembakan dijatuhkan hukuman limabelas tahun penjara dengan tuntutan pembunuhan berencana.
"Ayo..temani aku ke makam Tigor..,Rian..!sejak dia meninggal aku tidak pernah ziarah ke makamnya.."ajak Christ ketika mereka baru keluar dari ruang persidangan putusan hakim terakhir."Kamu tidak keberatan kan?"
"Baiklah.."ujar Rian sambil mendorong Christ yang masih duduk diatas kursi roda akibat kondisi badannya yang masih lemah.
Rian memapah Christ berjalan menuju makam Tigor berada,setelah tiba di depan makan Tigor,Christ pun melepaskan kacamata hitamnya, berjongkok dan menaburkan bunga diatas makam sambil berdoa.
"Tigor..kamu sudah bisa tenang sekarang..Danilla telah menjalani hukumannya di RSJ,semua telah berakhir.."desis Christ lirih dalam doanya."Terimakasih untuk sebuah nyawa yang telah kamu berikan..sekarang kita tidak saling berhutang lagi.."
"Terimakasih juga,Tigor..karena kamu membiarkan Christ untuk tetap hidup..kita bertiga tidak saling berhutang lagi dan aku yang akan menjaga Christ.."sambung Rian sambil turut menaburkan bunga di makam Tigor.
Lalu Rian memapah Christ bangun dan mereka berjalan keluar meninggalkan kompleks perkuburan sambil bergandengan tangan.
Masih segar dalam ingatan Christ akan pertemuan singkatnya dengan Tigor,meski awalnya Tigor menyakitinya namun pada akhirnya dialah yang paling menjaganya hingga nafas terakhirnya.dan ciuman itu..biarlah menjadi rahasianya dan Tigor telah membawa kisah itu bersamanya di dalam kubur.

Guilty Pleasure  [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang