Emilia-1

50.9K 1.2K 39
                                    

Jam kecil berbentuk bola ping pong dengan warna yang sangat gelap itu berbunyi sangat nyaring dan juga keras, seperti suara gergaji mesin. Karena tidak ingin mendengarkan suara jelek yang bisa membuat telinga sakit jika dibiarkan, akhirnya sang pemilik jam kematian itu terbangun dari tidurnya.

"Nyesel beli jam ini" gerutunya, yah gimana mau kesal, suara jam kecil itu seperti suara kematian, kalau mendengarkan jam itu terus-menerus yang ada telinga milik seorang gadis ber rambut pendek hitam tuli.

"Oh jam 7 pas" setelah melihat angka jam kecil itu, ia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh badan nya, karena semalam dirinya lupa mandi atau malas mandi.

Dia Emilia Camela Lexander anak perempuan dan anak bungsu kesayangan dari keluarga lexander. Walaupun dia anak bungsu, tetapi ia sudah ber pendidikan Sarjana S3 di luar negeri, London, Britania Raya dengan beasiswa fully funded yang diterima oleh pemerintah indonesia, karena dirinya telah memenangkan lomba yang di adakan diseluruh dunia, lomba menembak. Hebatnya, ia telah mengalahkan raja tembak dari mesir. 

---

"Morning ma" ucapnya sambil mencium pipi kanan mamanya yang sedang sibuk membuat sarapan nasi goreng bumbu rendang. Makanan favoritnya. 

"Seperti biasa, masakan mama enak, ini udah matang bukan?" Tanyanya sambil mengambil sebuah piring di lemari.

"Sudah sayang" ucap mama nya.

Camela Delio Lexander beliau adalah mama Emilia dan juga istri kesayangan tuan Lexander yang sangat ia sayangi melebihi samudra pasifik. Bagaimana tidak sayang? Istri yang sudah memiliki tiga anak ini masih cantik saja dan memilik hati yang imut dan baik.

"Gimana restoran mama? Berjalan baik kan?" Tanya Emilia ke camela yang berada di hadapan nya.

Camela mengangguk menandakan bahwa restoran yang ia kelola sejak lama sangat baik, tidak ada masalah sedikit pun malah, restorannya sangat ramai dari hari ke hari.

"Ma, lia izin ke sekolah ya"

Camala menatap putrinya dengan ter heran-heran. Biasanya, putrinya ini tidak ingin melihat sekolah yang ia bangun, entah mengapa alasan nya.

"Tumben sayang, ada masalah disana?" Tanya camela.

"Enggak si, lia pengen lihat-lihat. Sekalian cari udara segar di indonesia" utusnya. Tetapi benar, dia sudah lama tidak di indonesia, mungkin 20 tahun ada.

"Iya, mama izinkan ya, tapi tetap hati-hati. Karena mereka masih mengincarmu diluar sana."

Emilia berhenti sejenak. "Sejak lia ke london, apa mereka masih neror kesini? Pas mama keluar apa mama juga di ancam? Pas ngk sama papa apa mama suk--"

Pertanyaan yang dilontarkan emilia ke camela berhenti, karena camela menahan bibir mungil milik putrinya dengan sendok supaya terdiam.

"Kamu ini, masih saja banyak pertanyaan" hela camela. "Semua baik-baik aja. Mereka tidak meneror sama sekali kesini, apa lagi saat mama keluar, semua terjamin terjaga, berkat deni, bodyguard mama yang diutus sama papa mu" jawab camela dengan tenang.

"BAGUS! kalau boleh tau, mana deni?" Emilia mencari keberadaan deni di sekililing rumah, tetapi tidak ada.

"Deni ada di luar sayang"

"Loh?"

Camela mengusap rambut cantik milik putrinya. "Tenang, mama suru deni cuci mobil diluar karena semalam dipakai abangmu keluar dan kemarin hujan"


---

Emilia nama yang bagus apalagi orang nya, cantik, memilik body goals yang sangat di inginkan  kalangan remaja perempuan apa lagi ibu-ibu yang sudah melahirkan jangan lupa, Emilia juga mempunyai warna mata yang sangat indah, Biru laut warna yang sangat cantik jika dilihat secara langsung. Walaupun umur lia terbilang cukup muda, ia mempunyai perusahaan dan membangun sekolah dengan hasil uang kerja keras yang lia miliki.

LHS atau Lewi High School sekolah yang ia bangun sendiri dengan bantuan papa nya juga telah menjadi sekolah swasta yang terkenal di Jakarta dan juga sekolah swasta yang paling mahal se indonesia, biaya masuk kesana saja 150 juta, itu hanya biaya masuk, belum lagi biaya SPP, uang gedung, dan lain-lain.

Untuk menuju ke sekolah, lia mengendarai mobil milik nya yang sudah lama nenganggur digarasi, mobil kesayangan lia yang tidak boleh dipakai sama sekali oleh orang, kecuali sang pemilik mobil.

Untungnya, saat lia kesini tidak ada murid, yah mereka telah memasuki ruang kelas, karena ini masih di jam pelajaran. Sekolah ini cukup berubah, karena ia mengutus manajernya untuk membuat suasana baru setiap ajaran baru dimulai.

Lorong yang sunyi, cantik dan nyaman. Sesekali lia melihat ke arah kelas yang ternyata semuanya sedang ulangan dengan pengawasan yang sangat ketat. Good.

Suara notif handphone miliknya berbunyi, lia segera melihat dari siapa notif tersebut berbunyi.


Kak cantika

Lia,kepala sekolahnya minta duit lagi

Lia terdiam sejenak saat melihat chat tersebut. Karena sebulan lalu, kepala sekolah sudah meminta dana 50 juta untuk biaya kamar mandi yang dirusak oleh beberapa murid disini.

Buat apa

Katanya komputernya rusak,
Kabelnya molor

Jumlah

33 jt

Biar ku cek
Read

Setelah melihat pesan dari kak cantika, dia adalah manajer ter handal yang ia kenal. Sebelumnya, manajer sebelum kak cantika hanya memanfaatkan kekayaan lia.

Ruang komputer berada di lantai tiga, paling ujung sendiri, tak heran semua murdi bilang ruang komputer ini sangat horror. Satu per satu lia melihat seluru komputernya, kabel, mouse, pc dan keyboard.

"Tidak ada yang rusak" ucapnya pelan.

Hallo kak, kirim 22 juta ucap lia ditelfon kepada cantika.

"Oh, ternyata dia main-main" lia sudah tidak heran lagi, setiao bulan kepala sekolah ini selalu meminta dana besar kepadanya. Ternyata dia memakan uang tersebut untuk hal pribadi

Lia memegang kepalanya yang sedikit penat, ada-ada saja masalahnya, apalagi soal uang. Karena tidak ingin terlalut masalah, perut miliknya berbunyi, padahal tadi ia sarapan nasi goreng rendang menambah ber kali-kali.

Maklum, perut perempuan memang begitu, perut karet.

Timming nya gak pas ucap lia di hatinya.

Ternyata saat ini jam istirahat, mau tidak mau ia harus melewati lorong itu yang dimana banyak murid laki-laki sedang duduk santai di kursi depan kelas. Ia paling benci suasana ini. Karena tidak mau muter karena sangat jauh, kantin aja ada di pojok lorong ini.

Lia segera berjalan dengan santai sambil mendengarkan lagu yang ia setel melalui Earphone miliknya.

"Kiw cewek, cantik amat"

"Kok ngk pakai seragam? Nanti di sita sama bu sri loh"

"Nomornya dong neng"

Lia berhenti sejenak, karena telinganya sungguh gatal, padahal sudah memakai earphone tetap saja terdengar. Ia memandang murid itu dengan intes, lalu ia berjalan lagi.

"Bro, tatapan nya seram" ucap murid laki-laki yang di tatap tajam olehnya.

E'miliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang