Tidak ada manusia yang baik.
Tidak ada manusia yang tetap.
Semua manusia pergi tanpa alasan.
Ibaratkan manusia seperti bunga.
Ia tumbuh dengan cantik dan elegan.
Seperti manusia yang datang secara manis dan senang. Namun, di balik kecantikannya ada benda tajam yang berada dibelakangnya.Kamu tau itu?
"Mimpi itu lagi" Emilia terbangun secara cepat karna ia bertemu seseorang yang ia tidak kenal sama sekali. Ia tidak tau dia siapa. Ia hanya melihat seorang itu adalah laki-laki. Berambut pirang dengan potongan rambut yang pendek.
Mimpi itu terus menghantui Emilia saat ia tertidur dengan lelap. Jika ia tidak tertidur dengan lelap. Mimpi itu tidak akan datang. Ia sudah datang ke psikologi pribadinya. Namun, dokter itu tidak tau penyebabnya apa. Dokter bingung Emilia juga bingung.
Hari ini adalah hari pertama ia sekolah. Seragam sudah ada dilemari yang telah disiapkan oleh cantika dua hari yang lalu.
"Cocok" ucap Emilia sendiri sambil melihat dirinya dikaca menggunakan seragam sekolahnya yang berwarna putih dengan dibaluti rompi berwarna merah marron dan dasi kupu-kupu berwarna merah putih.
Merasa sudah rapi. Mulai dari seragam hingga perlatan sekolah. Tapi ia tidak memerlukan perlatan sekolah. Yang ia ambil hanya tas ransel berisi powerbank, uang cash, kartu atm, kipas mini, buku kecil dan ponsel.
Saat ia menuruni tangga. Emilia melihat abangnya bermain violin dihadapan Felalo yang sedang asyik membaca koran. Ia tidak tau kenapa Emiliand disuruh memainkan violin padahal Felalo sedang sibuk membaca koran.
"Hukuman pa?" Tanya Emilia memandang abangnya sangat tertekan akibat bermain violin yang bukan ke ahliannya.
Felalo menatap Emiliand. "Mainanmu buruk casio! Ini hasil kamu selama delapan belas tahun?" Emiliand menundukan wajahnya karna tidak berani menatap mata marahnya Felalo.
"Papa baru dengar. Casio bolos saat bermain violin. Benar Emilia?"
Pertanyaan dari Felalo membuat Emilia terdiam sejenak. Ia terkejut karna papanya tau rahasia mereka berdua, padahal mereka udah sepakat untuk menyembunyikan ini dan berunding bersama miss karla. Guru yang mengajar mereka cara memainkan violin secara elegan.
"Tau dari mana papa ngomong gitu?" Tanya Emilia kembali.
"Kok tanya balik ke papa? Papa yang seharusnya tanya sama kamu, Emilia! Kamu tau juga kan Casio bolos les selama sembilan tahun ini!"
Tidak. Felalo benar-benar marah. Ia tidak tau harus berbuat apa. Sungguh, ini tidak masuk ke dialog mereka berdua. Emilia terdiam sejenak, apalagi abangnya. Tangan Emiliand sudah merah karena terkena pululan rotan Felalo.
"Ada apa si. Pagi-pagi marah! Kenapa papa bawa rotan?! Mau mukul adek?!" Camela datang sembari membawa cetong nasi ditangan kanannya. Karna Camela sedang memasak nasi untuk sarapan pagi ini.
"Kenapa pa! Abang kenapa?" Tanya Camela ke Emilaind yang hanya terdiam dibelakang pungung Felalo.
"Papa mukul abang pakai rotan" sahut Emilia tanpa ekspresi.
Setelah mendengar ucapan dari putri cantiknya. Camela langsung berlari menghampiri Emiliand untuk melihat keadaan putranya itu. Benar, Kedua tangan Emiliand memerah akibat pukulan rotan yang sangat kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
E'milia
Random"Dia datang lagi. Sembunyikan Emilia" Perintah seorang pria paru baya menyuruh mereka untuk menyembunyikan Emilia. Gadis yang akan di incar olehnya. Gadis itu tidak boleh jatuh ditangan mereka. Tidak akan boleh. Emilia, Gadis yang di inginkan oleh s...