Emilia-2

26.9K 936 19
                                    

"Tante pesan mi ayam satu dong sama es jeruk yah" ucap lia ke tante mi ayam yang masih muda tetapi sudah memiliki dua anak

"Siap neng" ucapnya.

Sambil menunggu mi ayam jadi, lia segera duduk dibangku yang kosong, semua murid LHS membeli makanan di kantin, karena di kantin ini semua serba ada kecuali makanan di dalam mall. Ya, karena kasihan sama murid yang menengah kebawah tidak sanggup membeli jajan di kantin. Harganya juga ramah di kantong tidak melebihi angka 20.000.

Hadeuh, belum lama ia duduk sudah ada anak yang meneriaki namanya. Sapa lagi kalau bukan,

"QUEEENNN" Alvena Frestyana Dickson, gadis yang sangat hobi teriak, mungkin kalau dirumah nya sudah di gebuki sama papanya. Dia alvena, keluarga terkaya nomor delapan

"Kebiasaan, mesti ngk kabarin kita kalau udh pulang" kesal vania. Dia Vania Kalvina Aljandra keluarga terkaya nomor lima, gadis yang suka kepo sana sini.

"Gak heran kalau dia di panggil cewek misterius" celetuk Zaza. Zaza Aldebara Piter keluarga terkaya nomor enam. Ia adalah sahabat yang paling lama lia kenal, dari mereka di dalam perut saja sudah kenal.

"Ya ya ya, keluarkan semua bacotan mu. Kemarin aku pulang dan kesini pas jam pelajaran" jawab lia sambil menyalakan roko dilingkungan sekolah.

"Li, matiin tu rokok, ini area sekolah cokel" peringat vena.

Emilia menoleh. "Lalu? lo kira gua murid?" Jawab sombong lia.

"Sombong" teriak vena dan vania berbarengan kecuali zaza.

Emilia terkekeh melihat tingkah mereka berdua, karena mereka berdua memiliki sifat yang sama, kecuali perlikau yang berbeda. Vena hobi teriak dan vania hobi kepo.

"Nih, gua teraktir, sebagai permintaan maaf gua ke lo semua" ucap lia sambil mengeluarkan tiga lembar uang berewarna merah kepadanya.

"Asyikk, makan gratis" jawab vania sambil menggambil uang yang diberi lia.

Lia langsung kembali ke aktivitas nya yaitu, merokok sambil melihat tugasnya di handphone miliknya. Tetapi, hal itu tidak lama memudar, karena semua murid yang berada disini mulai berteriak histeris, teriaknya mengalahi teriakan milik vena, ini benar-benar seperti lapangan sepak bola.

"Kenapa si mereka, brisik" ucap lia kesal karena ia tidak tau apa yang mereka teriaki sampai begitu histeris.

Ternyata

---

"Gimana perkembangan markas di sini?" Ucapan lia membuat mereka terdiam.

Lia yang heran kenapa mereka semua terdiam gara-gara pertanyaan itu. "Napa terkejut?"

Mampus batin vena

"Ven,napa lo?" Tanya lia

Goblok ven,queen kan bisa baca batin gua  vena

"Gua gak tau gimana kabarnya, soalnya kita udah jarang ke markas " ucap zaza mewakilkan vena dan vania. Memang terbaik de zaza, counternya emilia.

"Kenapa?" Tanya lia balik

"Kar-" ucap vania terpotong karna ada se segerombolan cowok datang ke arah bangku mereka.

"Yo wassap ciwi-ciwi cantik" sapa cowok ber rambut hitam dengan kalung cicin besi dilehernya.

"Basi" jawab tegas lia, karena terdengar menjijikan.

Cowok yang tadi sok akrab tersebut langsung terdiam setelah mendengar lia berbicara yang begitu singkat tetapi menyakitkan.

"Queen, ngak boleh gitu ah" senggol vania dengan lengannya. Karena vania duduk disamping lia.

"Ada apa segerombolan monyet? Apa kalian mau minta uang? Sorry ni ye, gua kaya dan gua pelit" jawab vania sambil meminum es teh pok ida.

"Yeu, bener tapi salah. Kita mau duduk disini, no komen no usir" ucap cowok dengan tindik di hidung nya.

Semua perkumpulan monyet, ah bukan, perkumpulan cogan Cowo Ganteng duduk di samping mereka, Cecan Cewek cantik. Azegg

"Belum di izinin udah duduk, sok paling ganteng?" Celetuk lia.

Semuanya hening, tidak ada yang berani menjawab. Benar-benar hening.

"Dan juga lo, ngapain rokok disekolah? Sok paling keren?" Celetuk salah satu cowok yang sangat berpakaian rapi dibanding teman cowoknya.

Wow. Seperti ada bom di tengah-tengah, semuanya meledak benar-benar meledak, iya meledak.

Emilia mematikan rokoknya karena udah surut bukan karena di ejek. "Berani juga lo jawab perkataan gua" senyum emilia dengan manis.

Lia berdiri dari bangkunya dan berjalan menuju cowok yang telah membalas perkataannya.

"Liam Bratadikara Bwana weslie, anak terkahir yang tidak di inginkan oleh keluarga weslie. Benar?" Bisik lia melalui telinga liam.

Liam langsung menarik kerah baju milik emilia, sontak mereka langsung terkejut saat liam berani menarik lia.

"LIAM"

"QUEEN"

"Jaga omongan lo njing, lo gak tau apa-apa" ucap liam dengan nada tinggi yang bisa semua murid di kantin melihat kearah mereka.

Lia tersenyum. "Santai liam, lo cowok yang menarik." Ucap lia sambil mendorong liam menjauh darinya.

"Queen lo ngk papa?" Khawatir vena ke lia, tetapi pertanyaan vena di abaikan oleh lia.

"Kasihan di cuekin, aowkawoakowk" ejek vania ke vena.

"Diam lo!" Vena

"Wo dek, lo pulang. Kok abang ga tau kamu pulang?"

E'miliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang