#04 : Distance

1K 184 5
                                    

Semenjak hari itu, semenjak Kila dengan mata kepala sendiri melihat kalau Jaemin-nya memang ada hubungan dengan adik tingkatnya, Kila lebih menjaga jarak dengan Jaemin. Mulai membiasakan diri tanpa Jaemin, jadi seandainya nanti kalau mereka pisah, Kila nggak kaget-kaget banget.

Membiasakan diri dengan kebiasaan baru yang tadinya biasa dilakukan dengan orang lain itu susah. Tapi, mau nggak mau harus bisa.

Bahkan sampai sekarang, Kila belum berani nanya langsung ke Jaemin. Dan, Jaemin pun nggak ada pengakuan sama sekali ke Kila. Kalau emang udah bosen atau mau pisah, kenapa nggak bilang aja sekalian? Sakitnya sekaligus, enggak kayak gini sedikit-sedikit tapi menyiksa.

"Terus sekarang lo sama Jaemin gimana?" Tanya Nata dari layar laptop, ya mereka lagi facetime.

Kila menghela nafas. "Gini-gini aja Ta, masih bareng tapi yagitu. Nggak sehat banget ya hubungan gue."

"Kenapa nggak lo ajak ngomong aja Kil? Kalau emang harus pisah ya pisah aja. Hubungan yang gini gabaik loh, okelah kalau emang nantinya lo bakal sakit hati, tapi daripada lo kesiksa sendiri sedangkan dia bahagia dengan yang lain?"

"Gue ngak apa-apa kok kayak gini. Mungkin Jaemin masih butuh waktu, gue masih nunggu." Jawab Kila.

"Bagi lo gapapa karena lo sayang dia. Gue yang nggak terima temen gue diginiin, enak banget hidup dia? Okelah Jaemin temen gue juga, tapi gue nggak terima kalo kayak gini."

"Iya Ta. Nanti gue pikirin buat ajak ngomong. Tunggu gue siap."

"Don't be sad. Gue mau peluk tapi jauh banget. Pokoknya harus cepet selesai ya."

"Siap Ta. Gue tutup ya, bentar lagi kelas nih."

"Okay. Bye."

Berterimakasihlah Kila karena masih diperbolehkan punya sepupu seperti Nata. Siap mendengar keluh kesahnya, tentang apapun nggak peduli sepanjang apa dia bercerita. Biarpun sudah ada Ryujin yang sama pengertiannya, tapi ke Nata, Kila lebih terbuka.

Jeno juga sudah tau masalah hubungan Kila dan Jaemin yang lagi nggak sehat. Dan Jeno sendiri bingung kenapa Jaemin kayak gitu, karena selama mereka sekolah dulu Jaemin jarang banget yang aneh-aneh anaknya.

Oh ya, soal Mark. Anehnya dia jadi baik baik sama Kila, padahal dulu Mark adalah orang yang paling sulit diajak ngobrol. Karena dia aneh dan Kila bukan tipe orang yang gampang membuka pembicaraan.

"Jadi sekarang lo gimana sama Jaemin." Itu Mark, yang tiba-tiba datang membawa tugas-tugasnya itu dan duduk di sebelah Kila.

"Pertanyaan nggak ada yang lain gitu? Nanya mau dibantuin gak tugas gue apa yang lain".

Mark ketawa singkat. "Hukum ke manajemen jauh banget? Yang ada bikin lo susah."

Kemudian mereka diam. Sama-sama sibuk dengan setumpuk tugas-tugas. Tanpa suara seperti layaknya yang harus dilakukan di perpustakaan.

"Mark, apa gue udahan aja ya sama Jaemin?"

Mark menoleh, melepaskan kacamata yang dia gunakan kalau untuk belajar doang. "Kenapa? Kalian berantem?"

"Udah dua kali gue mergokin dia sama Nakyung, kayaknya gue bego aja gitu kalo diem terus."

"Ya ngomong dong, jangan diem aja. Kalau ada masalah tuh yang diputus ego-nya bukan hubungannya. Selagi masih bisa baik-baik kenapa harus selesai?"

Kila terdiam mendengar jawaban Mark. "Kayaknya gue harus break dulu, biar dia sadar."

"Silahkan, kalo lo kuat Kila."

Lagi-lagi jawaban Mark benar. Itu semua terserah Kila, asalkan Kila kuat tanpa Jaeminnya. Asalkan Kila bisa tanpa Jaeminnya itu. Semua kunci ada di Kila, hanya aja dia belum menemukan mana kunci yang paling tepat buat membuka atau menutupnya.

Niat hati hari ini Kila mau bicara sama Jaemin. Apapun jawaban dia nanti, nggak baik kalau masalah kayak gini terus berlanjut di diemin. Kalau emang harus pisah, baik-baik lebih enak. Tapi satu pesan muncul tiba-tiba, yang harusnya kata-kata itu Kila yang bilang bukan Jaemin.

From : Jaemine
Kamu dimana? Aku perlu ketemu,penting.























***

'Kalau kuku panjang yang di potong kuku nya bukan jari nya, kalau ada perdebatan yang dipotong ego nya bukan hubungannya.'

***
lustforyoun

[✔] Bittersweet : JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang