Sebelum bel istirahat berbunyi, Keysha sudah melangkah meninggalkan UKS. Lebih baik sampai di lapangan indoor lebih awal daripada terlambat, apalagi sampai ditunggu oleh Pak Andre.
Lapangan indoor lebih ramai dari yang Keysha duga, banyak anak-anak memanfaatkan waktu istirahat untuk bermain bola. Entah basket atau futsal. Mereka sepertinya meninggalkan kelas lebih cepat karena bel berbunyi tepat ketika Keysha melangkahkan kaki memasuki gedung besar ini.
"Oh, siapa ini?"
Suara yang tidak asing terdengar di belakang Keysha, membuatnya menoleh, hanya menoleh tanpa berbalik badan. Dia hanya menatap sekilas, kemudian sibuk mencari lagi. Pak Andre belum juga ditemukannya, begitu pula dengan Rizal dan dua teman sekelas yang seharusnya ikut tes bersama.
"Heh, gue ngomong sama lo!"
Keysha merasakan sesuatu menubruk punggungnya dengan kasar, tapi tidak sampai membuatnya terhuyung, hanya kaget. Gertakan itu dia hiraukan, dan memilih menyibukkan diri mencari siapapun yang dikenalnya.
"Sialan!" Kali ini benturannya lebih kuat, Keysha terdorong maju. "Belagu banget jadi cewek, lo siapa sih?"
Kali ini Keysha memutar badan, menatap cowok yang tak lain adalah Khisom, kakak kelas yang pernah mengancamnya dan juga melempar bola basket padanya tadi.
"Kenapa?"
"Kenapa? Wah, beneran nggak punya takut ya lo?" Khisom maju, mempersempit jarak. "Mentang-mentang sekarang udah punyak backingan anak PKS, ya?"
"Anggap aja begitu," jawab Keysha tak acuh.
Di depan sana, dari pintu samping, terlihat Rizal dan Akbar baru masuk bersamaan, kemudian Sena menyusul di belakangnya. Ada rasa lega karena akhirnya Keysha menemukan wajah-wajah orang yang dia kenal.
"Cewek kayak lo emang harus dikasih paham dulu biar ngerti lagi berhadapan sama siapa," kata Khisom, dari suaranya sudah bisa dipastikan dia mulai marah.
Dasar, sumbu kesabarannya pendek sekali. Orang seperti dia akan mudah kalah dalam pertandingan, tapi lihat, dia memakai jersey tim basket dengan bangga. Keysha yakin, anggota tim basket cowok itu pasti muak dengannya.
"Ada apa, nih?" Akbar mendekat dan berdiri di samping Keysha. "Oh, Bang Khisom. Tim basket mau latihan, ya?" tanyanya, sok akrab.
Keysha tahu mereka kenal sebatas nama, terlihat dari ekspresi Khisom yang tidak suka dengan kedatangan Akbar. Kemudian ada Rizal dan Sena menyusul, kejadiannya sama seperti sore itu di lobi sekolah.
Khisom melirik Keysha sekali lagu, berusaha menakuti, sayangnya Keysha membalas dengan santai. Dia pergi dengan dua temannya yang juga memakai jersey basket ke sisi lain lapangan, memang ada beberapa anak basket di sana.
"Key, lo diapain sama dia?" tanya Sena. "Beraninya keroyokan."
"Enggak diapa-apain." Keysha menoleh ke belakang sambil meraih ujung bajunya, memeriksa.
Mengerti apa yang dilakukan, Rizal berpindah ke sampingnya, ingin membantu. Seragam olahraga mereka berwarna putih dengan garis biru tua, akan sangat terlihat jika terkena noda.
"Ada?" tanya Keysha setengah berbisik.
Rizal menggeleng, tidak menemukan apapun. Seragam Keysha bersih, rapi, dan wangi. Aroma parfum yang sama seperti saat Rizal menggendongnya kemarin.
Rizal mengerjap sekali, kenapa jadi memikirkannya?
"Pak Andre belum datang?" tanya Akbar, cowok itu sudah membawa bola basket sendiri.
"Belum."
"Nunggu, nih, untung udah makan," celetuk Sena, lalu merebut bola basket dari Akbar. "Ayo main bentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyshara Story [TERBIT]✔
Novela JuvenilKeyshara benci ditinggalkan. Setiap kali berusaha menerima orang baru dalam hidupnya, baik teman maupun keluarga, Keyshara dihantui rasa takut akan kehilangan. Walau begitu ia tetap gadis remaja yang tidak ingin sendiri. Keyshara ingin punya seseora...