Prepare1: Lo gak marah kan sama gue?

21 5 11
                                    

Arfania Tatunura terus memperhatikan lelaki malang yang tengah membersihkan sudut lapangan di belakang kelasnya, sekolah sudah hampir sepi teman-temannya sudah mengajaknya pulang tapi gadis berambut sebahu ini tetap tidak bergeming. Memandang orang yang sedang dihukum atas kesalahannya yang bertindak gegabah waktu itu.

Sampai semua siswa bubar dan menyisakan kesunyian.

Tidak ada tanda-tanda gadis itu untuk pergi, dia masih saja memerhatikan lelaki itu dalam diam. Ya, lelaki itu adalah Almas Juna Andara yang sudah 6bulan menjadi musuh gadis itu. Tak ada keakuran bila mereka bertemu sebelumnya, tapi semuanya terasa berubah saat ini.

Tatu biasanya akan terus mengganggu Juna dengan keusilannya dan Juna tampak tidak terganggu akan hal itu, meski terkadang ada saja kelakuan Tatu yang menjengkelkan. Tapi setelah kejadian itu jangankan untuk mengganggu Juna, bertegur sapa saja mereka jarang.

Tepat seminggu yang lalu Juna terlibat perkelahian dengan lelaki yang memukul Tatu di parkiran sekolah, saat itu Juna baru tiba ke sekolah dan langsung memarkirkan motornya dan ketika itu juga Juna melihat gadis itu berjalan mengendap-endap di balik beberapa mobil yang terparkir.

'Udah biasa. Paling juga ngeprank orang lagi' pikir Juna

Tapi ada yang janggal di sana, terdengar suara seseorang terisak di balik mobil Avanza hitam tepat di tempat Tatu berdiri sekarang.

''Wooyy... Lo ngapain temen gue, hah??!'' teriaknya menggebu-gebu

"Lo udah nabrak gue bentak-bentak gue, dan sekarang Lo jahatin temen gue di tempat sepi begini" tegas si gadis memberi jeda

"Pengecut!!"

Lelaki itu melangkah angkuh kedepannya, mengangkat tangan dan telapak tangan yang kasar itu mendarat di pipi gadis itu hingga .. bugh.. tubuh mungilnya menghantam lantai parkir, darah segar mengalir dari hidungnya pipinya merah menyala matanya terpejam seiring dengan teriakan histeris perempuan di seberangnya.

Melihatnya membuat rahang Juna mengeras matanya menyorot tajam pada orang yang sudah memukul si gadis. Juna mengepalkan tangan kuat-kuat, lalu maju selangkah dan membogem keras lelaki urakan itu.

"Lo laki-laki, tapi berani mukul cewek. Gak malu Sama batang Lo?" Sarkas Juna

" Arghhh... Sialan Lo!" Cowok itu menyumpah serapahi Juna yang menyerangnya

Lalu tanpa aba-aba ia menarik kerah seragam cowok itu dan memelintir lehernya di ketiak nya "Lo itu sialan!" Sembari melempar cowok itu.

Cowok yang Juna lempar tadi terbatuk-batuk, memegangi lehernya yang seperti mau copot itu.

" Berdiri Lo jangan jadi banci!!" Bentak Juna, beberapa siswa menariknya.

" Udah Juna, udah" temannya menepuki bahu Juna

" Cowok kayak dia harus di kasih perlajaran, biar ga seenaknya sama cewek!!" Juna berapi-api dan bersiap menghajar cowok itu lagi.

Hingga beberapa guru turun untuk melerai perkelahian keduanya.
" Juna BERHENTI!!" suara nyaring dari Bu BK menjerit, membuat Juna menahan pukulannya hingga beberapa guru menariknya paksa.

Sampai tibalah kini Juna harus menikmati hukuman yang diberikan guru BK, menjadi tukang kebun tanpa upah.

" Gara-gara Lo Juna sampe babak belur, dan dihukum kayak gini!! Puass loo udah bikin Juna sengsara!!"

"Hobi banget ya lo, ganggu hidup orang sampe menderita gitu!!"

"Eh, Juna udah ditendang dari OSIS.. gara-gara dia!!"

Ucapan Nessa tadi pagi terus berputar di ingatan nya, Tatu mengacak rambutnya frustasi. Sejak kapan dia peduli tentang kesengsaraan orang? Sejak 6 bulan terakhir ini dia sangat suka jika melihat Juna, Nessa atau siswa lain kesusahan saat dia mengganggu mereka.

"Ah, peduli apa dengan mereka? Juna atau Nessa sama-sama menyebalkan dan pantas untuk itu "- desisnya meyakinkan diri.

Hari mulai sore, sudah tak terlihat lagi aktivitas di sekolah ini. Yang ada hanya kebekuan dua orang yang saling menatap tanpa tegur sapa di depan pintu gerbang beberapa lama. Sampai salah satu dari mereka menyadarkan dan melambaikan tangan di muka. "Lo sehat?"

"Mmm, Gu...gue minta maaf" kata si gadis spontan

"Maaf.. buat??"

"Semua ini gara-gara gue kan? Lo di berhentiin dari OSIS sampe harus ngebersihin lingkungan seko--" kalimatnya tergantung, jari Juna mendarat di bibir mungil gadis itu hingga tak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Iya. Gara-gara Lo yang gapunya otak, bertindak sendiri sampe Lo celaka. Lo tau gue takut Lo kenapa-napa. Gue panik dan akhirnya gue hajar Teo abis-abisan" nafasnya memburu, tak terasa rasa sesak itu kian dalam saat dia teringat kejadian itu.

'dia musuh gue. Dia musuh gue!' hatinya terus merapalkan kalimat itu, menegaskan bahwa gadis di depannya itu adalah musuhnya dan membelanya sama saja dia sedang menjatuhkan harga dirinya. Tapi kenapa dia membelanya, dan marah saat musuhnya terluka? Bukankah seharusnya Juna senang melihat musuhnya dihajar orang.

"Jadi Lo gak marah kan sama gue?" Tatu yang sejak tadi berbicara panjang namun tak di indahkan sedikit pun oleh lawan bicaranya.

"Wooooy!! Helooo''
Menyadarkan Juna yang dari tadi hanya bengong.

"Emmh.. eh, gue gak khawatir sama keadaan lo" jawabannya linglung

"Gak nyambung Lo!!" Tukas si gadis

"Yang tadi gue bilang..."| "Lo Ga ngomong apapun dari tadi cuma bengong. Lo masih waras?" Selorohnya

Di detik berikutnya Tatu meninggalkan Juna yang mematung melihat ke arahnya.

***

prepare |Sebuah Perjalanan Menghapus RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang