MK - Sepuluh

13.7K 1.3K 206
                                    


Hari ini Skylar tidak masuk sekolah dikarenakan demam, membuat Ros juga harus memperhatikan anak sulungnya itu. Tak lupa juga dengan Una yang lagi-lagi berulah lagi, tiap hari malah. Sampai bingung untuk mengalihkan yang lebih bermanfaat bagi masa pertumbuhannya.

Tet tet tet

Suara tetot dari tukang cilok yang lewat depan rumah membuat Una heboh. Ia langsung mencari Ros, tentu untuk meminta uang. Apalagi.

"Mama, Mama."

"Ma..ma.."

Ros yang sedang menyuapi Skylar itu menyahut, "Apa, Adek!"

"Ma..ma.."

"Di kamar Abang!"

Langkah kaki Una segera beranjak ke kamar Skylar, langsung saja ia mengutarakan niatnya. "Minta duit."

Ros mengerutkan dahinya, "Buat apa?"

"Beli colek." polos, Una sabar menanti kemauannya.

"Colek apa?"

"Colek tet tet itu o." fokusnya sesekali tak terlalu pada Ros. Tingkahnya pun tak bisa diam, tangan mengupil lalu mengelapnya pada seprei Skylar walaupun tak diketahui sang pemilik tapi Ros melotot saat melihatnya. Apa-apaan anaknya ini!

"Joroknya, Adek!"

Una malah mengelapkan tangannya pada baju Ros, tanpa takut ia lakukan itu. Wajahnya biasa saja, tanpa ekspresi.

"Minta duit, kok!" kesabaran Una berakhir, sebab suara tukang ciloknya semakin menjauh. Sementara dirinya masih diintrogasi oleh Ros yang tak kunjung usai.

"Berapa?" tanya Ros kemudian.

Jari telunjuk Una mengacung. "Seribu?" Ros bertanya.

Una menggeleng dengan masih mengacungkan jari telunjuknya. "Satus libu."

"Kok banyak?"

"Ih, Mama. Kok omong terus." Una merengek karena tak kunjung diberi uang. Kan, yang Una tahu memang uang bernominal seratus ribu.

"He, mau beli apa? Uangnya seratus ribu."

"Colek." Una menjawabnya dengan nada gemas, karena merasa dipermainkan sementara Ros memang tak tahu maksud Una yang kini sudah menangis.

Skylar yang sedari tadi diam itu pun bersuara, "Aku makan sendiri aja, Ma."

Langsung saja Ros menyerahkan piring makanan Skylar, tanpa memikirkan perasaan Skylar yang seketika muram. Harusnya Ros bertanya dulu, bukan langsung memberikan piringnya. Mampukah Skylar melakukannya, misal.

"Bentar, ya. Mama urus Adek dulu." Skylar mengangguk. Dan Ros langsung menggendong Una keluar kamar Skylar.

"Colek tetet Mama."

"Nggak usah pake nangis, dong." tangan Ros mengusap aliran air mata yang membanjiri pipi Una. Tangan mungil Una terus menunjuk ke arah luar.

Begitu di jalan, Ros baru mengetahui maksud Una. Cilok, bukan colek. Tak makan pipimu, Nak.

"Cilok?" Una mengangguk.

Segera saja Ros memanggil tukang ciloknya dan membelikan untuk Una juga Skylar. Sekali ini Ros akan membelikannya tapi tidak untuk hari esok. Nanti ia akan membuatkannya sendiri.

"Ciloknya lima ribu, dua. Nggak pake bumbu semua."

"Pake tahu, bu?"

"Nggak usah."

Monster Kesayangan | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang