MK - Tiga Belas

6.1K 564 42
                                    

Indahnya masa lalu adalah ketika kita berada di masa kecil, tak mengenal beban.


Ros sedang mempersiapkan kebutuhannya untuk nanti ketika menginap di rumah mertuanya. Karena cukup lama ia dan Romi tidak berkunjung kesana. Padahal hanya memakan waktu satu jam saja untuk perjalanan. Tapi, kesibukan Romi membuatnya sulit meluangkan waktu untuk orang tuanya. Ini saja juga karena paksaan Ros, mengajak untuk berkunjung dan menginap disana. Weekend.

"Mas, Mama enaknya dibawain apa?" tanya Ros meminta saran pada Romi yang sibuk dengan ponselnya. Mungkin, sedang memeriksa akun email-nya.

Romi mengalihkan pandangannya pada ponsel lalu menatap Ros. "Apapun yang kamu bawa pasti Mama terima."

"Mama suka apa sih, Mas?" tanya Ros lagi.

"Mama itu apapun suka, asalkan halal." jawaban Romi membuat Ros mendengkus. Daritadi dimintai saran yang ada malah membuat Ros buntu.

"Masa iya aku kasih bakso tikus, Mas," kesal Ros.

"Kok bakso tikus?" Romi mengerutkan dahinya.

"Ya, makanya kalau istri minta saran itu jangan terserah mulu jawabnya," decak Ros merasa sebal.

Romi pun bangkit mendekati Ros lantas merangkul pingangnya, lalu mencium pipi Ros yang terkejut. Kemudian Romi menatap Ros dan tersenyum.

"Sayang kamu, deh."

Ros menatap suaminya itu dengan kedua alis terangkat, merasa aneh. "Kenapa, sih? Mas demam, ya?"

Romi terkekeh. "Orang romantis malah dibilang demam," gumamnya.

"Geli, tau. Aneh lagi."

Romi menyentil hidung mungil Ros. "Suamimu ini!"

"Yang bilang suami tetangga juga siapa?" kata Ros. Lalu ia melepaskan rangkulan Romi dipinggangnya, "Gimana, Mama dibawain apa?" tanyanya.

"Bawain brownis sama lapis di tempat biasanya aja," Ros pun seketika mengangguk setuju.

Tidak enak rasanya jika berkunjung ke rumah orang tua—mertuanya tidak membawa buah tangan. Seperti ada yang kurang pas dan membuat Ros kurang nyaman. Menantu tidak perhatian, nanti.

Sementara Ros sibuk berkemas, lain halnya dengan anak-anak mereka. Yang sedang menonton televisi juga bermain, tapi mulutnya Skylar yang menyebalkan membuat Una menggeram kesal.

"Hai Una, hai Una!" celetuk Skylar membuat Silmi memutar bola matanya. Sudah hal biasa.

Una seketika menatap Skylar kesal. "Hai tayo!" ralatnya.

"Hai Una." Skylar usil.

"Heeehh. Hai tayo, kok!" seru Una benar-benar jengkel dengan Skylar yang malah terkekeh, melihat Una kesal seperti ini adalah suatu hiburan tersendiri. Lucu saja. Tapi jika sampai Una menangis, Skylar akan melarikan diri. Tunggu saja nanti.

"Adek, ada Upin Ipin!" beritahu Silmi untuk mengalihkan Una dari rasa kesalnya pada Skylar. Dan Una pun segera duduk di samping Silmi dan memperhatikan bocah yang hingga kini masih di duduk dibangku Taman Kanak-kanak. Film kartun Upin-Ipin dan kawan-kawanya.

"Upil Ipil." celetuk Skylar, lagi.

Una yang tadinya sudah fokus pada layar bergambar itu beralih menatap Skylar kesal. "Upinupin," sahut Una cepat.

Skylar terkekeh selagi menyahut, "Upil ipil."

"Upinupin."

Silmi yang merasa risih pun mencoba mengalihkan Una, lagi. "Udah, dek. Biarin Abang temenan sama hantu iik," bisik Silmi. Ia pun mengikuti Una yang menyebutkan hantu iik.

Monster Kesayangan | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang