MK - Lima

16.3K 1.2K 53
                                    

Saling memberi hadiah-lah kalian, sehingga kalian akan saling mencintai. (HR. Bukhari)


Tiga hari kemudian, dimana hari pada tahun ini Skylar berulang tahun yang ke 12. Ros berencana nanti malam mengadakan pesta syukuran kecil-kecilan, hanya anggota keluarga saja. Sekedar memperingati ulang tahun karena masih diberi kesempatan bernapas hingga usia ini.

Saat ini Ros sibuk membuat nasi kuning beserta lauknya. Iya, karena menurutnya kue tart terlalu biasa. Toh, tiup lilin bukanlah ajaran Islam. Dan Ros mengerjakannya sendiri, walaupun bi Ipah sudah kembali. Ini spesial untuk Skylar, jadi harus dirinya-lah yang membuat. Tapi, sedikit-sedikit Ros juga meminta bantuan Bi Ipah.

"Bi, tolong incip sambal gorengnya. Udah pas, belum?" ujar Ros saat sambal goreng yang dimaksud baru saja matang, dan ia menyisihkan sedikit agar lekas mendingin untuk dicicipi Bi Ipah.

Bi Ipah pun mendekat lantas mencicipi sambal goreng buatan majikannya. Ia tersenyum. "Udah pas, Bu."

Ros tersenyum takjub lalu ikut mencoba hasil masakannya. "Nggak kurang asin, kan?"

"Ndak, Bu."

"Kalau urap-urapnya?" Ros mengambilkan sedikit urap-urap agar dicoba oleh bi Ipah juga.

"Sama enaknya, Bu. Jos gandos." Ros dibuat terkekeh.

Ros pun segera menata nasi kuning beserta lauknya di sebuah wadah yang sudah disiapkan. Nasi yang dibentuknya kerucut lalu diletakkan di tengah kemudian lauknya dibagian pinggir mengelilingi nasi kuning.

Begitu selesai, Ros mengabadikan nasi kuning itu dengan kamera ponselnya. Walaupun tidak seperti jika membeli di tempat catering-an, tapi rasa dan bentuknya tidak mengecewakan.

Setelah itu menyimpannya, jangan sampai orang-orang tahu apalagi kucing tetangga. Bisa habis duluan.

***

"Adek, mandi yuk!" ajak Ros setelah benar-benar selesai dengan pekerjaannya.

"Gak mau." Ros langsung melotot dengan berkacak pinggang. Yang dipelototi masih asik bermain mobil-mobilan, jadi tukang servis. Sesekali tangannya memukul mobil tersebut. Mobil remot besar yang bisa dinaikinya.

"Mau ikut jalan-jalan, nggak?"

"Adek!" Una tak merespon. Ros tak ingin menunggu lagi, ia langsung menggendong Una dan membawanya ke kamar mandi.

Tentu saja berontak, Una berteriak. "Gak mandi, gak mau."

"Jorok."

"Gak mau mandi, Mama."

"Bau asem gini, nggak mau mandi." ujar Ros setelah berhasil membawa Una ke kamar mandi.

"Gak asem."

Ros berusaha melepas pakaian yang melekat pada tubuh Una yang terus memberontak, padahal lukanya beberapa hari yang lalu sudah mengering bahkan tersisa bekasnya. Lantas kenapa susah sekali disuruh mandi. Gemas.

Begitu semua terlepas, Ros langsung mengguyur tubuh Una dengan air. Sangat pelan juga lembut, agar anaknya itu tidak gelagapan dan merasa nyaman. Tapi yang namanya malas mandi, tetap saja Una berteriak 'gak mau mandi,'. Saat selesai pun tetap sama, sampai ayahnya datang masih sama.

Romi menggelengkan kepalanya, heran. "Kenapa nggak mau mandi?" tanyanya saat Ros memakaikan baju, yang sebelumnya mengoleskan minyak telon pada tubuh Una.

"Gak mau."

Tidak punya alasan pun, tapi menolak mandi.

"Ayah punya...."

Monster Kesayangan | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang