MK - Dua

21.2K 1.3K 71
                                    

Tiada pepatah mengatakan pelit pangkal kaya, karena berbagi dalam hal kecil saja sudah terhitung pahala.

MK—Dua

Keesokkan harinya, pagi itu rumah Romi ada kegaduhan. Bukan pertengkarannya dengan istri tentang semalam tapi anak-anak mereka. Si sulung mengganggu si bungsu, jajanan kemarin yang diminta Una--katanya dibagi dengan Kakak-kakaknya itu ternyata hanya settingan saja.

Saat abangnya--Skylar memintanya eh Una malah marah-marah. Bahkan mengancam untuk memberi jamu pada abangnya itu. Ngawur, kan. Pelit banget lagi.

"Ini jajan Una, kok," ujar Una sembari menyembunyikannya di balik punggung.

Ros muncul karena risih dengan suara mereka, pagi-pagi sudah ribut. Tiada hari tanpa ribut.

"Abang minta."

"Gak oleh, kok. Abang pelit, kok."

Kata -kok- ini tidak tertinggal, membuat orang yang mendengarnya tentu saja gemas. Dan, malah mengatakan kakaknya pelit. Padahal yang tidak mau berbagi adalah Una.

"Adek, jangan pelit. Dikasih satu Abangnya, itu kan punya tiga."

"Gak mau, kok."

"Ya udah, nanti Mama tinggal jalan-jalan sama Kakak. Adek di rumah aja, ya."

"Tinggalin aja, Ma."

Ros mendekati Una yang masih kekeuh menyembunyikan sekantong jajannya. "Ikut, ya."

"Boleh, tapi jajannya dibagi sama Abang."

"Incip tok."

"Oo, Una plokoto!" gemas Skylar yang pada akhirnya tak minat lagi, ia pun mencubit pipi Una hingga membuat Una menangis. Karena pada dasarnya Una itu memang pelit, sangat.

"Abang! Adeknya, kok, dibikin nangis, sih," Ros marah, sementara Skylar sudah berlari menjauh menghindari mama dan adiknya itu.

Skylar Akmal ini kelas 6 SD, sementara Silmi kelas 2 SD. Lalu memiliki adik Una dengan jarak yang terpaut cukup jauh, Una yang masih berusia 2 tahun 7 bulan. Baru pra--sekolah di Taman Posyandu yang diadakan setiap pekan dua kali pada hari Kamis dan Jum'at.

"Sakit, Mama." ujarnya manja sembari mengelus pipinya yang kini tampak memerah.

Ros mencium pipinya itu, kemudian berkata, "Makanya, jangan pelit."

"Gak pelit, kok. Huuu,."

"Nggak pelit gimana?"

"Abang yang pelit, huu.."

Una tak mau diam dan menghentikan tangisannya yang ada malah semakin keras. Melempar jajannya ke sembarang arah. Ros segera memunguti dan memasukkannya ke dalam kantong plastik kemudian menyimpannya di atas meja.

"Diem, dong."

"Abang dikasih jamu, ya."

Bagaimana mau marah, jika si monster kecil ini sangat menggemaskan seperti ini. Ros pun memutuskan untuk menggendong Una dan membawanya ke dapur. Karena kegiatan memasaknya belum selesai. Asisten rumah tangganya tak bisa hadir untuk sepekan kedepan. Cukup membuat Ros kelimpungan, bekerja mengurus rumah sendirian.

***

"Ma, tas Silmi dimana?" tanya Silmi yang sudah siap, memakai seragam olahraga. Karena jam pertama waktunya, memang olahraga dan harus memakai seragam warna merah itu dari rumah langsung. Ia pun menghampiri Mamanya yang sedang mengaduk masakan sembari menggendong adiknya.

"Di depan televisi, Kak," jawab Ros tanpa menoleh. Silmi pun segera menuju ke ruangan yang disebutkan mamanya. "Udah Mama siapkan semuanya!" imbuhnya berteriak.

Monster Kesayangan | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang