MK - Enam Belas

3.5K 201 7
                                    

Terkadang firasat itu sebuah petunjuk yang sering kita abaikan karena ketidakpercayaan diri

Kembali pada aktivitas hari Senin, maka kemarin Romi dan sekeluarga berpamitan pulang. Sebenarnya masih ingin menikmati suasana di rumah orang tuanya, tapi pekerjaan sudah menyapa.

Hadiah yang diterima Una dari Hj. Sarifah itu berupa cincin emas dengan hiasan kuda Unicorn. Silmi pun sama, ia juga mendapatkan cincin emas dengan hiasan strowberry. Hanya Skylar saja yang tidak mendapatkan tapi sakunya yang banyak. Sempat iri tapi tak berlangsung lama, ia sadar bahwa saku yang didapatkannya tidak sama dengan Una dan Silmi. Skylar simpan di celengan ayam jagonya.

Hari ini entah kenapa lagi dengan Una yang tak mau lepas dengan Romi, mencegahnya untuk bekerja.

"Ayah gak usah kelja." gumamnya yang terus merangkul erat leher Romi. Kedua kakaknya sudah berangkat diantar tadi dan Una ikut mengantarkannya. Tapi, saat hendak berangkat bekerja Una mencegah. Untungnya tak ada jam hari ini, tapi ada janji sama para mahasiswa yang ingin berkonsultasi mengenai skripsi mereka.

"Lah, kalau nggak kerja susu Adek belinya, gimana?" tanya Romi.

Una melepas rangkulannya lalu menatap Romi intens dan menjawab, "Gak inum susu, gak papa."

"Serius?" Una mengangguk lalu mengusap bekas air matanya.

"Gak usah mana-mana," kata Una lagi, kembali merangkul leher Romi.

"Iya." tapi tidak untuk nanti, ia akan ke kampus sedikit siang, kasihan anak bimbingannya yang sudah pasti menunggu.

"Mas?" bisik Ros memanggil, ia ingin mengambil alih Una agar Romi bisa berangkat bekerja. Tetapi Romi langsung menggeleng, membiarkan Una bermanja ria padanya.

Beginilah Una, selengket-lengketnya dengan Ros jika ditinggal Romi tetap akan dicari, pernah suatu hari Romi tidak pulang dikarenakan ada diklat di luar kota selama sepekan. Una jadi sakit demam namun begitu ketemu Romi langsung menempel dan sembuh.

"Eh, tadi ikannya udah dikasih sarapan belum?" tanya Romi mengalihkan topik.

Ya, sepulang dari rumah orang tuanya Romi. Una membawa sepasang ikan yang kini masih ditaruhnya di ember. Sebab belum memiliki akurium ataupun kolam kecil untuk ikan-ikannya itu.

Una menggeleng tanpa mengalihkan posisinya.

"Kita kasih makan, ya."

"Gak usah."

"Ya, kasian ikannya nanti. Kalau nangis gimana?"

"Gak papa."

"Eh?"

Tapi walaupun seperti itu Romi tetap mengajak Una ke belakang rumah untuk memberinya makan ikan. Ia menaruh di ember bekas cat tembok lalu menutupinya dengan tutup cat tembok tersebut, sedikit dilubangi juga. Selain menghindari dari kucing juga agar tetap mendapat oksigen.

"Nanti dibelikan akuarium apa bikin kolam?"

Tiba-tiba Una bercerita, ia ingin ikannya sama seperti di rumah pak dhe Fauzi yang diletakkan di akuarium. Lalu nanti diberikan tumbuhan hiasan dan pernak-pernik untuk akuarium.

"Yang sama kemalin, Ayah. yang ada ikan buanyak."

"Iya," jawab Romi pendek, kemudian mencium pipi Una gemas.

Setelahnya mereka benar-benar memberikan makan yang juga dibawakan oleh orang tua Romi. Demi sang cucu, rela saja melakukan apapun.

***

Maaf, cerita ini tidak berlanjut di Wattpad. Tapi, jangan sedih yang ingin membacanya masih bisa, kok. Ada di Dreame mumpung masih gratis. Silahkan mampir dan nikmati ceritanya. 

Caranya: 

* Unduh aplikasinya di app store atau playstore (Dreame)

* Install aplikasi Dreame

* Daftar 

* Search judul Monster Kesayangan atau nama haqiqinurfitria

Jangan lupa masukkan ke dalam library kalian dengan cara "klik tanda love"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa masukkan ke dalam library kalian dengan cara "klik tanda love". Matur syukron^^

Monster Kesayangan | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang