Red Light(ViSan)

1.6K 99 22
                                    

Ia pernah menyerah. Di antara mimpi-mimpinya dalam semesta bertabur bintang, ia mengalah. Ia ingat ayahnya pernah berkata ketika mentari tenggelam dalam dirgantara; gagal tak akan membuatmu menjadi pecundang, menyerahlah yang membuatmu menjadi pecundang. Tapi sudahlah, ia memang pecundang apa mau dikata.

Vito menemukan tujuan saat ia baru menjalani 10 tahun hidupnya. Mungkin ia sudah mengenalnya sejak bertahun-tahun bermain bersama ayah di kampung. Bermain setiap sore hingga ibunya akan berteriak agar pulang. Sebuah tujuan yang nyatanya hingga kini ia jalani sepenuh jiwa raga. Bulutangkis menjadi jalan kehidupannya.

Ia menemukan segalanya dari permainan semasa kecilnya ini. Ia menemukan rekan, teman, sahabat, dan seseorang yang berharga. Seseorang yang bahkan bisa membuatnya melepas semua mimpinya. Segala tentangnya adalah keajaiban dalam hidup Vito yang mengambang. Senyumnya adalah senyum terindah setelah senyum ibunya. Tawanya adalah sabu yang mencandu tubuhnya. Dan tangisnya adalah belati menyakitkan yang menusuknya.

Ihsan Maulana Mustofa namanya.

Vito bertemu dengannya sebagai anak baru dalam klub. Klise, namun nyatanya meninggalkan sejuta warna dalam hidupnya. Ia tak tahu bagaimana melabeli perasaannya pada Ihsan. Namun kala itu, label adik adalah yang ia pasang pada anak kecil kurus nan menyebalkan.

Ihsan kecil adalah anak yang menggemaskan. Bertubuh kecil ramping dan tinggi, tak setinggi Vito memang, tapi tetap tinggi. Giginya penuh namun kecil bagai biji jagung muda. Matanya cerlang dengan jenaka. Tak menangis ketika kok menghantam matanya. Anak yang kuat, santun, dan menyenangkan.

Beberapa mengatakan bahwa dirinya kaku, terlalu formal, dan pendiam. Ihsan adalah anak yang berisik, enerjik, dan jahil. Layaknya dua kutub berlawanan, mereka saling mengisi tanpa sadar. Ihsan yang mentertawainya melemaskan kakunya. Vito belajar tertawa, bercanda, dan bahagia.

Vitolah yang membagi nasinya pada Ihsan jika ia mengeluh masih lapar. Vitolah yang berlari bersama Ihsan ketika ia belum terbiasa dengan porsi latihan. Vitolah yang menggenggam tangan Ihsan ketika ia merasa gagal. Vitolah yang memeluknya ketika juara. Vitolah yang menangis bersandar mendengar jerit tangis ketika Ihsan terjatuh dan sulit bangkit.

Mungkin bukan salah Ihsan jika Vito menyerah pada mimpinya. Melainkan seorang pendatang baru dengan tinggi menjulang. Anak yang menyenangkan pada awalnya. Ia menggunakan anak itu meledek Ihsan. Mengatakan anak itu pendek, karena yang di bawah usianya saja sudah lebih tinggi. Ihsan cemberut dan bersungut-sungut meneguk susu kalsiumnya. Membuatnya mual dan berkunjung tiap satu jam ke tempat pembuangan. Semuanya baik saja, pada awalnya.

Inginnya dengan Ihsan kata anak itu. Vito menekuk alisnya tak suka. Banyak yang lebih baik daripada Ihsan, mengapa harus Ihsan? Tetapi sang empu nama tak keberatan katanya. Dan Vito tak lagi bisa mendengar tawa Ihsan dalam dekatnya.

Bayu Pangisthu. Anak emas. Anak yang hebat. Ihsan Maulana Mustofa. Calon juara. Calon legenda. Nama keduanya gaung seantero gor Kudus Djarum. Dua sahabat yang kelak akan bersaing dalam kerasnya laga.

Shesar Hiren Rustavito. Hanya Vito. Bukan BayudanIhsan.

Tuhan masih begitu sayang rupanya. Ia menginjak cipayung. Melihat Sony Dwi Kuncoro, bertemu Taufik Hidayat, melihat cantiknya kak Liliyana Natsir. Ia pikir ia akan baik-baik saja. Ia sudah berada ditempatnya. Ia berkunjung berlatih dan bertemu atlet-atlet dunia. Hidupnya sempurna.

Dan terlampau sempurna ketika sebuah nama yang begitu dikenalnya berada di daftar magang pelatnas. Ihsan Maulana Mustofa kembali padanya tanpa Vito minta. Hidupnya kembali sempurna, berwarna.

Vito memeluknya dalam remang hotel asing yang melingkupi mereka. Vito mengusap puncak kepalanya dengan sayang ketika gor pelatnas sepi tanpa teman. Menciumnya ketika ia terlelap dalam mimpi bertabur fantasi. Hidupnya sempurna.

Bayu Pangisthu kembali. Hadir di pelatnas dengan senyum menjengkelkan. Ihsan memeluknya mengenalkannya pada Anthony, Jonatan, dan Firman. Melabeli Bayu dengan sahabat baik katanya. Dan Ihsan tak lagi dalam jangkauannya.

Vito marah, geram, dan terluka. Smashnya adalah amarahnya ketika Ihsan enggan berbagi nasi dengannya. Servisnya adalah kegeraman ketika Ihsan enggan lagi bersamanya. Permainannya tak lagi tertata. Dan dunia seolah membencinya.

Ketika dihadapannya, Bayu Pangisthu mengecup sayang dahi Ihsan Maulana, Vito menyerah.

Shesar Hiren Rustavito tak pernah menyerah. Tapi kini ia menyerah. Ia telah berjuang dan kalah. Dan apa yang telah ia perjuangkan telah terenggut. Tak ada yang ia punya. Hidupnya kembali membosankan dan menyedihkan seperti dahulu kala.

Tak ada pelatnas, tak ada tuntutan, tak ada keharusan, dan tak ada Ihsan Maulana Mustofa. Ia kembali menata hidupnya perlahan. Membiarkan kenangan manis tertata dalam semangat bangkitnya. Ia akan bangkit meski dunia menentangnya. Meski tanpa Ihsan Maulana Mustofa, warna dalam hidupnya.

Dan kini ia berdiri tegak dengan kakinya. Menatap Anthony Sinisuka Ginting peraih gelar juara China Open S1000 yang menggemparkan jagat raya mendesah pasrah karena kalah. Vito tak lagi menyerah, tak lagi pasrah. Ia tersenyum dan tahu hidupnya akan kembali baik-baik saja. Ia melirik disisi lapangan, melihat MS Djarum lainnya. Vito tak akan menyerah lagi apapun yang terjadi. Bahkan meski tatapan Ihsan Maulana Mustofa tak ada padanya saat ini. Ia tak akan menyerah.

Ihsan tak berubah, meski hujan, badai, dan taufan. Ia masih ceria, masih jenaka, masih santun, masih indah seperti sedia kala. Namun Vito bukan orang awam, dia tahu, Ihsan telah terluka. Ada goresan panjang menyedihkan dalam tatapan matanya. Ia tak tahu luka apa itu, namun ia tahu Bayu Pangisthu yang turut menatap sedih turut andil atas lukanya.

Ia hanya memandang jauh punggung Ihsan. Dalam ruang yang sama namun berada di dua ranjang berbeda. Lelaki itu hanya menyapanya sesaat, seolah ia sama saja seperti rekan-rekan bertandingnya. Ihsan seolah tak pernah merasakan belaian tangan Vito di puncak kepalanya, seolah genggaman tangan mereka dalam sedih dan luka dahulu hanya angin lalu. Tetapi Vito tak menyerah.

Kini ia beranjak dari ranjangnya. Menelusup dalam selimut hangat Ihsan yang terlelap. Ia hanya memeluknya, mencium rambutnya, dan berbisik rindu padanya. Dan ketika tangannya digenggam, Vito tahu ia belum terlambat.

Ihsan menyambutnya ketika kakinya menginjak pelatnas. Wajahnya lelah namun sumringah. Vito memeluknya, mencuri ciuman di pucuk kepalanya. Ia berkenalan dengan Anthony yang menatapnya canggung, lalu Jonatan yang supel dan menyenangkan, lalu Firman, lalu Chico, dan banyak lagi. Banyak, dan bukan Bayu salah satunya. Dan ia bersumpah akan memulai segalanya dari awal dan tak menyerah.

"San?"

"Selamat kembali mas."

Dan ia pulang ke rumah, dalam pelukan Ihsan yang tak akan ia lepaskan dan serahkan.

.
.
.

Vito meringkuk, menangis. Hatinya terluka. Ingin ia mendobrak batas antara dirinya dan orang terkasihnya. Memeluknya, meminta maafnya, dan jika perlu bersujud padanya. Namun ia tahu, bukan ini yang diinginkan kekasihnya. Mereka bertarung bukan atas ingin mereka. Harga diri, kemampuan, dan batas mereka kerahkan.

Peluhnya tercurah, tenaganya terkuras. Hanya satu yang Vito genggam hingga ia mampu menahan siksa dalam dadanya saat terkasihnya berteriak marah dan kecewa. Ia pernah menyerah, merasakan kepahitannya sebagai pecundang. Kini ia akan tegar, menghapus air matanya, menguatkan hatinya. Tangisan Ihsan kini adalah saksi dari janji Shesar Hiren Rustavito.

Janji untuk tak menyerah, pada takdir, pada batas diri, pada kata yang menyakiti, dan pada Ihsan yang ia kasihi.

Ia pernah menyerah namun kini ia akan berjuang dan tak pasrah.



































Random sumpah random. Dikarenakan ican kalah dramatis dr mas kesayangan kita, lalu aku ngehalu dong. Apa yg terjadi setelah itu ya? Apakah ican nangis sedih di shower dan mas vito cuma bisa meringkuk dan bersandar di pintu dinding dengerin tangis ican? :((

And btw, mas vito tuh pernah dipelatnas ya? Trus keluar knpa? Degra kah? Saya masih awam wankawan(dan terlalu mager buat nyari)

Red Light : lampu merah : berhenti : menyerah

ClusterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang